ILY, 06

1.3K 83 2
                                    

Hidup itu bukan tanpa makna. Kalau kau anggap hidupmu itu tak bermakna. Itu artinya kau yang belum bisa memaknainya.

~NaufalHabibie~

.

.

.

Anisa PoV

"Menurut lo, hidup itu apa sih?", tanyaku pada makhluk di sebelahku.

"Hidup?! Kenapa lo tiba-tiba tanya kayak gitu?", jawab Tia keheranan, sebenarnya itu bukan jawaban sih. Malah lebih kayak tanya balik?!

"Gue penasaran aja sama pendapat lo".

"Hidup?! Lo tanya ke gue tentang arti kata 'hidup'? Bagi gue, hidup adalah suatu keadaan dimana tidak ada kata bahagia untuk orang-orang seperti kita"

Benar! Ku pikir pendapatnya benar. Memang tidak ada kata bahagia untuk orang-orang seperti aku dan Tia. Sungguh kita berdua bernasib sama.

Mungkin, karena orang lain sudah mengambil bagian dari kata bahagia yang seharusnya menghiasi hidup kita. Hingga yang tersisa untuk orang-orang seperti aku dan Tia adalah kesedihan dan airmata.

Tidak heran, di dunia ini ada orang-orang yang hidupnya dipenuhi dengan kebahagiaan. Dan ada orang-orang yang bahkan sedikitpun tidak bisa mengecap rasa itu.

Karena bagiannya telah diambil!

Aku belum mengecap rasa bahagia lagi setelah kejadian lima tahun silam. Dan nasib Tia tidak jauh berbeda dengan nasibku. Hanya saja mungkin aku lebih beruntung.

Tia. Dia bahkan belum pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. Dia dibuang. Dan akhirnya tinggal di panti asuhan. Usianya dua tahun lebih tua dariku.

Setelah agak besar, dia keluar dari panti. Dia pikir dia harus bantu Ibu panti. Dia harus menghasilkan uang. Namun, siapa sangka? Niatnya ke kota Jakarta ini untuk merantau. Mencari rezeki untuk adik-adiknya di panti. Dia malah ditipu tetangganya.

Tetangga yang mengajak Tia ke Jakarta, memang benar menyalurkan Tia ke tempat kerja. Tapi, bukan sebagai barista, pramusaji, tukang cuci piring di restoran, atau bahkan asisten rumah tangga. Bukan semua itu.

Ah, sudahlah. Tak perlu ku perjelas, kalian juga tahu.

Aku menuang anggur ke dalam gelasku yang sudah kosong. Ok! Aku belum mabuk. Hanya minuman anggur seperti ini tidak akan melumpuhkan ku. Aku sudah terbiasa.

Paling tidak siapkan lima botol anggur jika kalian ingin membuatku mabuk! Tapi ingat anggur! Bukan minuman abal-abal yang hanya dengan mencium aromanya saja sudah membuatku mual.

Terus terang aja, aku tidak mengerti dengan pola pikir orang-orang di luar sana. Kenapa mereka memilih minum minuman berbau busuk seperti itu? Disaat ada minuman yang berbau manis seperti ini?

Tapi, tidak ku pungkiri sebagian dari otak ku juga berpikir, mungkin karena anggur terlalu mahal bagi mereka. Tidak semua orang seberuntung diriku, yang meski hidup bagai sebatang kara, masih bisa dibilang bergelimang harta.

Bukan maksudku sombong. Tapi terserah kalian mau menganggapku apa?

Ok! Seperti yang sudah kalian tau. Hidupku bagai sebatang kara, padahal aku masih punya Papa.

I Love You, Yaa Habib Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang