ONE

458 64 25
                                    

Kini gadis itu terdiam. Memikirkan apa yang terjadi 1 tahun belakangan. Saat dia tertawa, menangis, dan gembira bersama laki-laki yang ia sangat sayangi.

Ditambah kejadian barusan yang membuat laura masih kesal.

Air matanya menetes.

"Kenapa tuhan?" suara lirih terdengar dari bibir laura yang kini air matanya sudah menderas.

Ia berdiri, berjalan, kemudian mendongak melihat bintang. Bibirnya tersenyum dan matanya terpejam.

"Ada kamu disini"

06:00

"Non...nonn..bangun non"

"Akhh..apa si bi?" Laura terbangun, dia masih setengah sadar.

"Ada teman non laura"datang perempuan paruh baya yang biasa disebut 'bi Lastri' itu, kemudian mendekati nya dan berbisik "Mas Fero"

Laura menghembuskan nafasnya. Ia mulai sadar "ck, ngapain?"

Bi lastri kembali berbicara dengan setengah berbisik kepada laura "bibi ga ta.."

Omongan bi lastri dipotong bersamaan dengan mendekat nya Fero ke kasur laura
"Berangkat sekolah bareng yu?"

"Ga usah. Lo pergi dari sini!" tanpa menatap nya laura mengusir Fero dengan kasar.

"Soal kemarin gue minta maaf la. Gue sal.."

Laura berteriak membentak fero "PERGI!!!" kemudian ia mengambil lampu kamar yang ada disebelahnya,  dilemparkan nya benda itu ke arah fero dan pecah.

"Eh lampu eh lampu pecah"

Bi lastri yang sudah tau kebiasaan yang dilakukan laura bersiap siap menahan kaget, tapi tetap saja dia masih latah.

Berbeda dengan Fero yang diam karena merasa bersalah.

Bi lastri membisikki Fero "Udah mas pulang aja, kapan kapan lagi aja kesini"

Fero bergegas keluar sebelum barang  barang selanjutnya laura pecahkan dan ia yang jadi sasaran.

Bi lastri ikut keluar...

Laura teringat kejadian tadi malam.

                                      ***

"Udah nunggu lama ni?" ucap lelaki yang baru datang ke rumah laura. Ia membuka pintu mobil untuk wanita yang ia sayangi nya itu.

"Buruan gue males keluar keluaran kaya gini"

fero memasuki mobil sedan hitam nya tersebut. Kemudian menjalankan mobilnya ke arah yang ia tuju.

Hening. Tidak ada suara diantara keduanya. Suara ketus laura memecahkan suasana canggung tersebut.

"Sebenernya kita mau ngapain si? lo tau kan gue males sama tempat rame" laura berbicara tanpa melihat Fero.

"Iye non gue tau. Bentaran doang kok" kata Fero dengan senyum jahilnya.

Di Cafe....

Tidak ada perbincangan. Terasa garing makan malamnya ini. Laura mulai risih dengan keaadaan awkward.

Perasaan laura tidak enak. Ia merasakan ada mata yang daritadi memandanginya. Bukan Fero. Laura mencoba mencari, tapi tidak berhasil

Kemudian pandangannya teralih ke Fero yang tengah di atas panggung. Ia bahkan tidak sadar ketika fero berjalan ke panggung. Laura tidak tau maksudnya apa. Dia Sangat malas.

"tes tes" suara mik berhasil membuat pengunjung menjadi diam dan memusatkan matanya ke sumber suara.

"Well. Jadi berdirinyaa saya disini, saya akan mengungkapkan isi hati saya yang selama 2 tahun ini terpendam. Untuk perempuan manis yang duduk disana" Fero menunjuk laura.

Laura diam. Dia menahan amarahnya.

"Gue tau la, mungkin gue lancang. Tapi gue ga sanggup lagi buat nahan ini semua. Selama 2 tahun lebih kita sahabatan. Dan selama itu juga gue pendam rasa ini la. Lo tau peribahasa 'kalo ada cewe sama cowo temenan, diantara mereka pasti ada yang cinta. cuma tinggal tunggu akhirnya. sekedar friendzone atau bisa sampai jodoh'
dan disini gue kalah. Gue yang jatuh cinta ke lo"

Laura mengepalkan tangannya.

"So..Laura Athena Maxymillian maukah kamu menjadi kekasih manis saya? Menjadi satu satunya yang ada dihati saya?" Fero mengambil bunga yang diberikan pelayan cafe.

semua pengunjung terutama perempuan setengah berteriak. Mereka iri  karena laki laki tampan menembak perempuan di hadapan orang banyak seperti ini 'romantis' itu yang mereka katakan.

Berbeda dengan laura dan seseorang yang duduk dibelakang laura. Seseorang itu seperti tidak bahagia. Dan laura, ia mulai merasa risih dengan peristiwa ini.

Laura benci situasi ini. Dia berdiri dan banyak mata yang tertuju padanya. Laura berbicara pelan namun bisa didengar oleh orang yang duduk disekitar nya.

"Basi!" laura pergi meninggalkan cafe itu. Sebelum ia pergi ia membanting gelas ke arah panggung yang membuat pengunjung kesal dan membicarakannya.

                                       ***

Laura mengacak acak rambutnya. Ia muak dengan semua ini.

Ia pergi mandi dan turun ke bawah untuk sekedar mengambil roti tawar yang ada di meja makan.

"Pagi sayang.." kata seorang wanita yang ia sebut mama.

Laura tidak menjawab.

"Tadi kata bi lastri ada Fero ya? Kemana sekarang? Kok mama ga lihat"

Laura tidak menjawab.

"Sekolah kamu gimana?"

Laura hanya melirik nya sekilas. Ia memakan roti yang ada ditangannya. Kemudian ia berjalan keluar. Tidak sampai 4 langkah, Nadhira menggebrak meja.

"Lo punya kuping ga si? Mama nanya dan ga ada satupun yang lo jawab" mata Nadhira menatap laura tajam.

Laura membalas tatapan Nadhira.

"Gue ga peduli! Dan lo" laura menunjuk kakak perempuan nya itu "Lo ga usah ikut campur. Lo itu anak mamih! Apa apa ke mama, apa apa ke mama. Jadi jelas! Disini gue yang lebih dewasa." laura menekan  setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"LAURA!! CUKUP" mama membentak laura.

"Kenapa ma? Mama mau belain dia lagi? Silahkan!" laura  pergi meninggalkan mereka dengan air mata yang mulai turun membasahi pipinya.

                                        ***

Hohoho..Akhirnya part 1 Beres.
Maapin kalo gaje or banyak penulisan kata yang salah. Karena utor masih belajar bahasa indonesia yang baik dan benar.😒

Gimana ni menurut kalian? Vote & Comment nya dong. Semangatin utor biar rajin rajin nulisnya.

ATHALARIQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang