FOURTEEN

145 27 8
                                    

"Hai Cindy! Bu Ketu nya Premium!"

Cindy baru datang di sebuah cafe modern yang dipenuhi pemuda pemuda yang kurang kerjaan seperti nongkrong, vandalisme, minum alkohol, dsb. Berjalan menuju sekelompok gadis gadis yang sedang merokok dan tertawa tidak jelas. Ia mendapat sapaan dari salah satu gadis yang ada di kelompok tersebut.
Kelompok tersebut bernama premium. Sapaan dari gadis berambut sedikit ikal dibagian bawah berwarna coklat tua bernama Angel itu sebenarnya terdengar seperti sindiran.

Cindy membalasnya dengan senyuman yang dipaksakan. Kemudian ia duduk dibangku kosong dekat dengan Angel.

"Kemana aja ni? Jarang ngurusin premium?" Goda Angel dengan menatapat sinis Cindy.

"Lo ga tau ngel? Dia kan udah temenan tuh ama si manusia aneh" Tambah salah satu teman cindy.

"Maksud lo?" Cindy menatap mata dua orang yang barusan berbicara.

"Maksud gue? Si manusia aneh, siapa lagi kalo bukan Laura!" Ucap Angel dengan keras.

"Denger ya!" Cindy menggebrak meja. "Laura itu sahabat gue! Dia ngga aneh! Dia itu jauh beda sama kalian!"

"Jelas kita beda! Dia bukan siapa siapa bagi kita. Bahkan lo ga inget? Dulu lo paling benci sama dia kan? Sekarang apa? Lo bahkan ngelupain kita cuma buat cewe aneh kaya dia!"

Plak..

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi kanan Angel, membuat bekas merah di pipi putihnya.

Angel yang mendapat tamparan keras dari cindy terus memegang pipinya yang panas.

"Kurang ajar!!"

Tidak mau kalah Angel menampar cindy. Namun, usahanya gagal ketika ada sebuah tangan yang menghalanginya.

'Raga' batin cindy berbunga bunga.

Raga mengambil gelas yang berisikan air dan menyiramkannya ke Angel.

Byurr..

Mulut angel membulat. Mata nya menatap tajam Raga.

"Gue colok mata lo mampus!!" Ucap raga.

"Guys! Cabut!" Ucap Angel kepada ketiga temannya. Mereka pun pergi dari cafe tersebut.

Setelah mereka pergi, cindy dan raga saling bertatapan.

"Makasih kak" Cindy menduduk.

Bukannya menjawab Raga justru memeluk cindy, pipi cindy memanas. Ia kaget, dan jantungnya? Jangan ditanya lagi, mungkin ia sudah mati rasa sekarang.

Kemudian Raga melepas pelukannya,
"Lo ngapain disini?"

"Euh..anu kak..aku..tadi..ya gitu deh. Kakak sendiri kenapa bisa disini?" Cindy mengederkan pandangannya, apakah mungkin raga sering nongkrong disini juga?

"Tadi aku sempet lihat kamu kesini. Aku tahu ini cafe anak anak yang...ya lo tau lah..jadi gue putuskan buat ngikutin lo. Takut terjadi apa apa, dan benerkan dugaan gue" Raga tersenyum tipis.

Cindy yang merasa Raga perhatian kepadanya pipinya menjadi panas.

"Eh cin lo kenapa? Pipi lo?"

"Hah?" Cindy menutupi pipinya. "Gapapa kok kak. Kak raga mau makan?"

"Ehmm boleh deh. Tapi ga disini"

Cindy mengangguk, kemudian mengikuti raga yang mencari tempat makan.

Sebuah warung pecel lele pinggir jalan pun jadi tujuan akhir mereka.

"Lo gapapa kan gue ajak makan disini?"

ATHALARIQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang