TWENTY

119 25 5
                                    

Mood laura pagi ini benar benar hancur. Ia hampa. Entahlah, perasaanya tak karuan. Ia hanya memikirkan atha.

Ia sengaja datang lebih pagi agar bisa menghirup oksigen sekolahnya yang masih sepi pelajar.

Setiap langkah kaki yang menimbulkan suara oleh sepatunya laura anggap itu seperti nyanyian yang bisa sedikit menenangkan hatinya.

Ia sengaja untuk melewati pinggiran lapang untuk menginjak daun daun kering yang telah gugur.

Begitupula dengan atha, semalaman ia tidak bisa tidur. Hatinya bergemuruh ingin bertemu laura. Atha sengaja datang lebih pagi agar ia tidak berpapasan dengan laura di parkiran ataupun di lorong. Dengan banyak lebam diwajahnya ia berjalan menyusuri koridor yang sepi. Ia sengaja memasang earphone agar bisa sedikit meredakan sesaknya.

Ia malu bertemu laura karena, pertama ia telah membentaknya. Kedua, ia telah meninggalkannya di halte sendirian. Penyesalannya adalah ketika laura mengiyakan tawaran revan yang mengajak nya bareng. Padahal jika ditanya siapa yang mendapat luka lebih banyak, jelas kalian tau jawabannya, atha. Harusnya ia tidak sekolah hari ini. Namun hari ini adalah ulangan fisika. Ia tidak mau mengikuti susulan.

Langkahnya gusar menuju kelas. Ia tau laura akan mengacuhkannya hari ini. Ia pasrah. Kakinya sudah menginjak ruang kelas yang terdapat 1 murid didalamnya. Laura.

Laura sedikit kaget ia akan terjebak dalam keadaan dimana ia ingin menghindar dari atha ia justru dipertemukan didalam ruangan. Hanya ada dia dan atha.

Atha diam, ia berjalan menuju bangku yang biasa ia duduki. Tapi ia tidak langsung duduk. Matanya menatap lekat gadis disampingnya. Laura sedikit kikuk, ia berusaha agar tidak panik.

"Maaf ra aku udah bentak kamu, aku egois, aku udah biarin kamu nunggu taxi di halte sendiri. Aku bakal pindah bangku kok, tenang aja" senyum paksaan merekah di bibir atha. Ia berjalan dua langkah dari bangku laura.

"Ga ada lagi bangku kosong" Laura memberanikan diri menatap laki laki tinggi tersebut.

Atha senyum "aku bisa tukeran kok sama farel atau linda"

"Kamu gamau lagi sebangku sama aku?" Ucapnya sedikit lirih.

Atha diam, ia kembali merasa bersalah "aku cuma gamau kamu sakit lagi karena aku" atha tersenyum kemudian melanjutnya langkahnya menuju bangku farel dan linda.

Laura mengembalikan tubuhnya menatap whiteboard yang ada didepan. Hatinya sungguh teriris.

Satu persatu murid datang, sedikit aneh dengan keadaan laura dan atha yang duduk berpisah.

"He ata! Lo ngapain duduk dibangku gue?" Ucap linda berteriak.

"Ya elah lo kata ni bangku punya nenek moyang lo apa?" Balas atha tak terima di teriaki.

"Kalo iya emang kenapa?" Ucap linda berteriak kembali.

"Gue ga peduli!"

"Lin, lo duduk sama gue aja" suara lembut itu memisahkan perdebatan antara atha vs linda.

"Eh ra. Euhh gimana ya"

Mata atha terus menatap laura. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Hatinya sakit ketika yang diajak kebangkunya linda bukan dia.

"Gue ga galak kaya dulu lagi kok"

"Iya deh gue mau ra"  linda pun berjalan menuju bangku laura yang berjarak 2 bangku dengan atha.

"Awas lo ya. Gue pantau lo!" Ucap linda kepada atha.

Atha tidak lagi memperdulikan linda. Laura dan atha saling menatap. Bisa dilihat mata laura seperti berair, kemudian ia menudukkan pandangannya dan kembali duduk di bangku nya.

ATHALARIQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang