Laura Pov.
Tangan gue berdarah. Sakit. Perih. Ya iya lah. Gue bodoh juga ya. Ngapain coba so so an mukul kaca. Aduh aduh. Ya maap, tadinya kan mau keliatan sangar gitu. Eh malah jadi gini.
Pas gue keluar dari kamar mandi. Tiba tiba tangan gue ditarik. Narik nya lembut. Dan kayanya gue kenal dengan tarikannya.
"Ura" mata gue mendadak panas. Panggilan itu. Gue ga berani ngeliat mata dia. Yang gue lakuin cuma nunduk.
"Rey"
"Ra tangan lo" laura melihat mata laki-laki itu. Saat gue menatapnya.
Plak...
"Aduhh" laki laki itu ngelus pipinya. Gue nampar dia.
"Lo siapa? Berani banget megang megang tangan gue"
Gue bener bener ga kenal sama dia. Dan gue juga belum pernah lihat muka dia disekolah ini. Atau emang gue yang kudet si?
Ya udah lah. Bodo amat
"Tangan lu berdarah"
Yailah mas. Gue juga tau kali tangan gue berdarah.
"Gue tau" tanpa basa basi lagi gue langsung pergi ninggalin dia.
Tapi, tangan gue ditahan. "Biar gue obatin"
Jujur jantung gue mau copot. Darah gue seakan berhenti mengalir. Oke terlalu lebay. Tapi gue kenal sama sentuhan ini.Tapi gue sadar, laki laki ini bukan dia. laki- laki yang entah namanya siapa ini narik tangan gue. Firasat gue dia mau bawa gue ke uks deh.
Dan tadaaa.. feeling gue bener.
Sumpah yaa ni orang so kenal so deket banget deh.
Dan sekarang kalian tau apa?
Dia megang tangan gue so so an ngobatin tangan gue. Hilih, sinetron.
Dengan tenaga gue yang pas pas an, gue tarik tangan gue dari tangannya.
"Gue bisa sendiri" gue mulai obatin luka ditangan gue pake obat merah. Pas lagi pake perban gue kesusahan. jujur gue butuh bantuan.
Dan ya.. Kalian tau selanjutnya. Dia yang bantu gue. Jantung gue mau copot lagi. Gila. Sebenernya ada apa ini?
Dia natap gue. Mata itu. Ah sudah lah. Gue pergi ninggalin dia. Tanpa terimakasih ataupun basa basi.
Karena menurut gue. Tidak penting.
Author Pov.
Ketika laura meninggalkan dia. Dia memerhatikan setiap gerakan laura. Dia tersenyum.
"Dia cantik"
"Sama sama ra" bibirnya tersenyum.
***
Bel berbunyi.
Laura masuk kelas dengan Pa Endang yang ada dibelakang nya. Saat dia berjalan menuju bangkunya. Ada seseseorang yang sedang merapih rapihkan isi tasnya.
Laki-laki duduk dibangku laura yang sebelumnya diisi oleh seseorang yang sangat ia cinta.
'Berani beraninya' batin laura.
Dia menggebrak meja yang membuat isi kelas melihatnya.
Laki laki itu menoleh.
Laura kaget. Telunjuk nya mengarahkan tepat didepan matanya.
"Lo!"
Laki-laki itu tersenyum.
"Ngapain lo disini? Berani banget si duduk dibangku yang bahkan satu sekolah pun ga berani buat duduk disitu. Pergi!" Laura menyentak laki laki itu.
"Hey kamu. Ada apa ribut ribut. Saya akan memulai pelajaran" Suara Pa Endang membuat laura hanya diam. Berdiri di tempat dia marah marah barusan.
"Eh iya kamu" pa endang menunjuk laki laki itu. "Ayo kenalin diri kamu di depan"
Laki-laki itu maju kedepan. Saat dia di depan, banyak cewe cewe alay yang teriak teriak ga jelas.
Laura duduk. Ia melirik tas laki laki itu. Dan membuangnya asal ke lantai.
Laura mengambil satu satunya buku yang ada di tasnya kemudian ia membuka halaman belakang buku tersebut. Banyak coretan coretan tidak jelas tergambar di kertas itu. Dia kembali mencoret coret bukunya.
"Anak-anak, Dia adalah murid baru pindahan dari Jogja. Ayo tha kenalin diri kamu" ucap pa endang.
Aktifitas laura terhenti ketika ia mendengar kata 'murid baru' yang diucapkan oleh pak endang.
Laura bertanya dalam hatinya.'Tunggu tunggu. Murid baru? Terus dia tau nama gue dari mana? Kenapa dia panggil gue ura?'
kata pertama yang laki laki itu ucapkan adalah "Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam" balas se-isi kelas. Kecuali laura.
Dengan percaya diri dan tak lupa senyuman bodohnya dia menebar pesona kepada seisi kelas yang dibalas jeritan jeritan dari para siswi.
"Ck, apaan si berisik amat" laura berdecak karena jeritan itu mengganggunya. Ia melanjutkan kegiatan nya barusan. Mencoret coret buku.
Kelas menjadi hening saat laki laki itu mengeluarkan suaranya.
"Nama saya, Athalariq Muhammad Asyafi'i"
Pensil yang digenggam laura terlepas dari genggaman nya. Tangannya lemas.
"Asyafi'i?" Ucap laura yang hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.
Laura menelan ludahanya kasar. Dia melihat kedepan untuk memastikan bahwa laki laki yang kini berdiri disana bukan orang yang ia tunggu selama 1 tahun lebih. Reynand.
Saat matanya melihat wajah laki-laki itu. Dia terpatung. Pandangannya bertemu dengan laki laki itu. Ternyata athalariq juga tengah memandangi nya.
"Kalian bisa panggil gue atha, ada pertanyaan?"
Salah satu murid megacung. Cindy. Ketua geng Premium yang dikenal orang kaya tapi alay nan centil sana sini.
"Kenapa pindah? Dapet petunjuk ya kalo jodohnya ada disini? Gue pastinya kan?" Sontak se isi kelas menertawakan ke'pede'an cindy. Kecuali laura yang masih mematung memperhatikan athalariq.
"Hehe. Gue pindah karena disini gue punya tugas." Atha melihat laura. "Tugas gue membahagiakan seseorang"
Mata laura berkaca kaca. Air matanya ia tahan.
"Baik, atha silakan duduk" ucap pak endang
Atha kembali ke bangku laura. Mata laura tidak bisa lepas dari atha. Saat atha mengambil kembali tas nya yang sudah laura buang kemudian duduk. Suara laura memecahkan pertahanan air matanya.
Suaranya bergetar saat dia memanggil nama itu.
"R-Reynand."
Atha tersenyum. "Hey..laura" atha menepuk pipi laura.
Laura tersadar.
"Reynand? Gue Atha. Athalariq. Bukan reynand"
Laura diam.
"Hey..laura! Athalariq! Tolong perhatikan saya" Seru pak endang tegas.
***
Yuhuu.. Gimana ni part nya? Garing ngga?
Next ya next. vote&comment nya juga baby.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALARIQ
Teen Fiction#cerita sudah lengkap! Ini bukan kisah tentang perempuan manis yang jatuh cinta kepada laki laki nakal atau laki laki yang baru ia kenal. Ini kisah tentang perempuan yang kehilangan bahagianya. Sulit baginya untuk sekedar merasakan senyuman. Athala...