TWENTY THREE

94 19 2
                                    

Tok tok tok..

Suara ketukan pintu terdengar cukup kencang di ruangan yang sepi. Ditambah dengan suara nafas yang terdengar seperti orang gugup.

Tidak sampai 2 menit pintu berlapis cat coklat itu pun terbuka dan menampakkan seorang wanita paruh baya menggunakan pakaian cream. Tak luput senyuman manis yang merekah di wajah cantiknya.

"Laura" Matanya berbinar melihat siapa yang datang tepat pukul 21:00 itu "ini kamu kan?" Tambahnya seolah tidak percaya.

Laura merekahkan senyumannya "Iya, Ma!"

Tanpa basa basi, stevi langsung memeluk laura penuh hangat. Air matanya tidak dapat ia bendung lagi. Ketika ia mendengar panggilan yang selama 7 tahun ia rindukan.

"Maaf, ma!" Jujur ketika menyebut kata mama laura sedikit canggung. Mungkin karena selama ini ia tidak pernah lagi menyebutnya. Hatinya bergejolak antara bahagia dan merasa bersalah. Dan tanpa ia sadari air matanya lun menetes.

Stevi melepas pelukannya "Ayo nak, masuk!" Ia menarik lembut tangan laura, membiarkannya memasukki kamarnya.

"Sini duduk sebelah mama" Stevi sangat bahagia. Ia gembira laura sudah bisa menerimanya.

Laura pun menurut. Ia duduk di kasur empuk disamping stevi, mama nya. "Mama apa kabar?" Tanya laura penuh canggung.

"Nak selama 7 tahun ini mama tidak baik. Mama sakit ketika kamu sudah tidak menganggap mama lagi. Tapi rasa sakit selama 7 tahun belakangan ini, barusan sudah terobati ketika kamu datang ke kamar mama. Mama bahagia nak" Tangisan mengiringi disetiap kata perkatanya.

Laura menunduk. Kemudian ia turun untuk bersujud di kaki mamanya. Ia menghela nafasnya.
"Ma, maaf laura bikin mama sakit selama ini. Maaf laura udah salah paham sama mama. Bi lastri udah cerita semuanya. Semua yang mama ceritakan, bi lastri sampaikan ke laura. Dan orang orang di masa lalu mama, kemarin dia datang menemui laura ma. Dan maaf laura salah besar selama ini"

Air mata stevi semakin tak bisa tertahankan, ia menatap ke luar jendela. Ia mengelus lembut rambut laura, membantunya ia bangkit. Namun laura sedikit menolak, ia beralih memeluk lutut mamanya yang sedang terisak.

Stevi tetap memandang lurus ke jendela, seolah di luar ada kejadian selama 7 tahun ke belakang.

***

Suara telphone dan getaran dari dalam tasnya sedikit membuat stevi risih. Ia sedang sibuk berkutat di depan layar laptopnya. Karena merasa terganggu dengan panggilan yang hampir 5 kali terdengar itu, akhirnya ia memutuskan untuk melihat siapa orang yang berani menganggunya bekerja saat ini.

Terpampang nama 'Papa Erix' di layar ponselnya. "Ahk kenapa si pa?" Karena tidak mau menganggu pekerjaannya, ia memutuskan untuk tidak mengangkat panggilan dari suaminya itu.

Kemudian tak sampai 1 menit, panggilan datang lagi, bukan dari ponselnya tapi dari telphone kantor yang terpajang disebelah kanannya.

Stevi akhirnya mengangkat, sedikit berfikir 'siapa yang menelponnya di jam setengah sepuluh ini?'

"Hallo! Dengan Adytama group, ada yang bisa dibantu?"

"Mama!!" Teriak nadhira di sebrang telphone.

"Ya ampun dhir. Kamu ganggu mama kerja aja deh. Habis ini mama pulang"

"Tapi ma.."

Tut tut...

Sambungan diputus oleh pihak stevi, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya yang sempat terputus oleh telphone dari nadhira.

ATHALARIQTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang