Bibi Eli

4 0 0
                                    

Hari ini, Egios menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, tadi bibi Eli menelpon ada tamu menunggu kepulangannya.

Egios melajukan motornya membelah jalanan, ia sadar sudah sangat telat sejak bibi nya menelpon tadi.

Saat sampai di rumah, ia melihat bibinya berbicara dengab seorang lelaki yang ia taksir itu adalah tamunya.

Ia bergantian melihat bibi dan tamunya itu dengan pandangan menyimak.

Ia agak bingung melihat tamunya yang begitu rapi dengan jas kerja berwarna hitam lengkap dengan dasi nya yang dipakai rapi.

"Gi, kamu pulang? Sini nak." Senyum bibinya sambil menepuk-nepuk kursi di sisinya mengisyaratkan Egios untuk duduk disana.

Egios menghampiri bibi Eli dan mencium tangannya, kemudian menyalami tamunya.

"Kamu Egios?" Tanya tamunya.

"I-iya, bapak siapa?"

"Kau tidak kenal dia Gi?" Tanya bibi nya.

"Emang dia siapa?" Egios melihat wajah tamunya yang sudah berkaca-kaca.

"Pak Leo, kamu ga inget?" Tanya bibinya.

"Pak Leo?" Tany balik Egios dengan senyum yang mengembang.

Egios kemudian memeluk tubuh pak Leo dengan erat sambil terisak, dan dibalas pelukan itu oleh pak Leo.

Setelah melepaskan pelukannya Egios kembali duduk ditempatnya.

"Kenapa bapak baru kesini sekarang? Saya nunggu kamu 12 tahun lalu."

"Maafkan saya tuan, saya memenuhi permintaan terakhir ayahmu."

Pak Leo adalah tangan kanan kepercayaan ayahnya, Pak Leo bertugas menjaga perusahaan ayahnya jika ia sedang tidak bisa menanganinya.

Pak Leo memang orang yang dekat dengan Egios, bahkan sangat dekat.

Saat kejadian memilukan 12 tahun silam Egios berusaha menemuinya untuk berlindung,tetapi tidak bisa. Tangan kanan ayahnya ini sangat sulit ditemui.

"Apa permintaan terakhir ayahku?"

"Dia berpesan saya tidak boleh menemui tuan sampai tuan dewasa dan siap meneruskan perusahaan."

"Tapi kenapa?"

"Beliau ingin tuan berusaha dari nol seperti beliau dahulu. Ia ingin tuan menjadi orang yang perfectional untuk perusahaan, maka dari itu saya menitipkan tuan kepada bibi Eli untuk menjaganya."

"..."

"Tuan, saya juga sering memantau anda. Ketika tuan kecil, saya sering mengunjungi anda ketika anda tertidur."
"Sekarang saatnya tuan meneruskan warisan beliau, perusahaan."

"Tapi saya belum siap, saya belum punya skill. Bahkan kuliah pun tidak."

"Ini memang salah saya, akhir-akhir ini perusahaan sedang sulit. Banyak penanam modal yang membatalkan saham mereka sehingga saya tidak mengirimi uang lebih untuk biaya kuliah tuan.

Tapi saya yakin, anda mewarisi kepiawaian beliau. Saya akan mengajari anda langsung."

"Baiklah, jika ini permintaan ayahku. Tapi sebelum aku siap, boleh kan aku masih bekerja di tempat kerja ku sekarang?"

"Boleh, tentu saja boleh."


----------


Egios berusaha menutup matanya untuk tidur, tapi tidak bisa.

Ia terus memikirkan ayahnya, memorinya tentang hal itu kembali lag.

Unhandled [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang