Alena menyapukan pandangan, kakinya terus melangkah mencari keberadaan Egios.
"Bi, bi Asih!" Panggilnya.
"Iya non?" Seorang pembantu bernama Asih menghampiri.
"Egios kemana? Katanya cuti? Aku bangun tidur dia udah gaada."
"Tadi ke kantor non, katanya ada klien dari Myanmar." Jawab Asih.
"Hmmm oke deh, makasih yaa."
"Iya non, saya ke dapur lagi."
Alena berdecak, ia berjalan ke halaman belakang rumah, menyiram tanaman di dalam rumah kacanya.
"Mmm wanginya seger." Ucapnya.
"Iya non, non Alen rawat bunga-bunga nya sepenuh hati sih.. Jadinya tumbuh subur." Ucap seorang pelayan yang menemaninya.
Seorang pelayan pria masuk kedalam dengan terburu, ia menghampiri Alena.
"Permisi bu, ada tamu di depan." Ucapnya
"Siapa?"
"Katanya dari kepolisian."
"Suruh aja dia masuk, tawarin minum saya cuci tangan dulu."
"Iya bu." Ucap si pelayan kembali ke ruang utama.
Alena menghampiri air mancur kecil dan membersihkan tangannya yang kotor karena pupuk tanaman.
Alena melihat seorang lelaki duduk di sofa membelakanginya. Ia mendesah pelan kemudian dengan wajah dingin duduk dihadapannya.
"Ada apa? Kasusnya udah ditutup kan? Ngaku aja kalo kalian ga becus kerja." Ucapnya sinis.
"Maafkan kami bu,kami tidak bisa memenuhi harapan ibu, saya disini ingin menyerahkan ini."
Si inspektur menyerahkan plastik bening berisi barang bukti yang langsung Alena terima.
Alena Mengernyitkan kening
Ia merasa familiar dengan barang di dalam plastik bening pemberian lelaki di depannya ini."Maaf bu, kami tidak bisa menemukan pembunuh itu sampai sekarang. Kami temukan itu di TKP." Tuturnya.
"Kalian ga bisa nangkap pembunuhnya karena kalian nyerah, nutup kasusnya gitu aja."
"Maaf bu. Saya permisi dulu, ada urusan lain." Ucap inspektur hati-hati. Alena hanya menganggukkan Kepala mengiyakan.
Alena membolak-balikkan benda itu ditangannya dengan kening berkerut kemudian ia terlonjak.
Ia menutup mulutnya yang terbuka dengan telapak tangan, ia menyadari sesuatu kemudian langsung merogoh ponsel di saku bajunya.
"Hallo?" Sapanya pada seseorang di telpon
"Iya bee, ada apa?"
"Katanya cuti, ko kerja?"
"Iya bee maaf, ada meeting mendadak. Ga enak udah jauh-jauh dari luar negri."
"Kamu janji mau hangout loh."
"Iya bee, sorry nanti aku cari cuti lagi, oke?"
"Aku mau ke kantor kamu sekarang bawain makan, kita makan siang bareng di kantor yaa."
"Iya, kamu jangan nyetir sendiri. Minta pak Joko anterin kamu."
"Iya suamiku yang posesif.."
"Ha-ha"
Alena menutup sambungan telpon, rahangnya mengeras, bulir hangat tak tertahan jatuh menyusuri pipinya, setelah sekian lama ia melupakan kejadian naas menimpa ayahnya kini kembali terbesit dibenaknya.
----------
"Udah lama bee?" Tanya Egios
"Iya lama banget, sampe ngantuk."
"Maaf ya, ayoo" Egios menggandeng lengan Alena menuju ruangannya.
Alena membuka rantang, menyusunnya diatas meja.
Ia melirik Egios yang duduk di sampingnya tengah membalas chat dengan mulut yang terus mengunyah mentimun yang Alena bawa.Alena mengalihkan pandangan menuju meja kerja suaminya, ia menyadari sesuatu kemudian menurunkan pandangannya kemudian menghela nafas pelan.
Egios menyadari sikap diam istrinya jadi menoleh.
"Ada apa bee?"
Alena terkejut, tersadar dari lamunannya. "Hm-" Alena mengambil mentimun dan mengunyahnya. "Kamu fokus sama ponsel mulu, kapan makannya?"
"Eh? Mm- ini aku lagi bales chat Leo."
"Udah ayo makan."
Alena mengunyah makanannya dengan setengah hati, ia kembali melirik meja kerja Egios. Ia jadi susah bernafas, tenggorokannya terasa sakit.
"Aku ke toilet dulu bee." Ucapnya, ia berjalan menuju toilet pribadi suaminya.
Alena mengunci pintu toilet, tangisannya pecah. Ia menutup mulutnya rapat agar tidak ada suara tangisan yang keluar.
----------
Egios memakan makanan yang dibawa Alena dengan lahap, karena memang sejak pagi iya hanya makan roti isi saja.
Egios menoleh ketika pintu toiletnya dibuka, melihat mata Alena yang sembab Egios refleks berdiri menatap istrinya khawatir.
Alena yang menyadari sedang ditatap terus merunduk, ia hanya berani melirik suaminya tanpa mengangkat wajah sama sekali, ia merutuki diri kenapa harus menangis seperti itu tadi.
"Kamu.. Nangis bee?" Ucap Egios hati-hati.
"Aku mau pulang." Ucap Alena, tangisannya kembali pecah.
"Kamu kenapa bee?" Egios memegang pundak Alena.
"Aku.. Hiks- hiks- mau.. Pulang,," Ucapnya.
Egios merangkul istrinya menuntunnya pulang. Semua karyawan yang melihat Alena langsung berdiri menatapnya heran, Egios yang menyadari istrinya ditatap seperti itu langsung melayangkan tatapan menyeramkan, dan dengan segera semua karyawannya kembali duduk meneruskan pekerjaan.
-----------
Apakah Alena sudah menyadari semuanya? Kira-kira barang bukti seperti apa yang ia terima?
Lanjut ga? Vomennya yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Unhandled [End]
HorrorSakit memang jika orang yang kau sangat sayangi harus pergi meninggalkanmu sendiri di dunia ini. Rasanya hancur, tak ada harapan lagi. Tapi percayalah, Tuhan memberikan cobaan pada setiap orang dengan alasan. Mungkin agar orang lain bisa belajar dar...