"Kamu sakit bee?" Egios menempelkan punggung tangannya di kening Alena.
"Nggak" Alena menurunkan tangan Egios. "Bee, aku mau kamu jujur soal sesuatu."
"Apa sayang?"
Alena mengambil sesuatu dari laci di nakas tempat tidurnya.
"Ini punya kamu?" Tanya Alena mencoba tenang walau ia kesulitan menahan tangisannya.
Egios terkejut, tapi kemudian ia kembali tenang, ia menundukkan kepalanya dalam.
"Iya."
Alena tertohok mendengar ucapan Egios yang tenang seperti tanpa beban.
"Kamu ko tau pulpen itu punya aku?" Tanya Egios lagi.
Alena menghela nafas panjang sebelum membalas pertanyaan Egios.
"Tadi ada pihak kepolisian datang kesini ngasih aku ini. Aku inget pernah liat ini di kantor kamu. Pas aku liat tadi di kantor kamu ga ada." Alena membuang muka "Jelasin semuanya, sekarang."
"Iya bee, aku yang bunuh ayah sama mommy kamu, aku yang nusuk, aku yang suntikkin virus ke ayah kamu."
"KENAPA BEE? KENAPAA??!!!" Teriak Alena sampai seisi rumah menghampiri mereka.
"Ada apa ini?" Tanya bibi Eli panik. Karena tidak ada respon dari keduanya, bibi Eli kembali bertanya. "Egios ada apa?"
"Gapapa Mom, kita cuma butuh bicara berdua aja." Ucapnya tanpa menoleh.
Bibi Eli menyuruh semua pelayan keluar dengannya kemudian menutup pintu kamar rapat.
Egios menggenggam lengan Alena yang terus menangis.
"Jelasin Gi, jelasin."
Egios tertohok menyadari istrinya tak lagi memakai panggilan mereka.
"Maafin aku bee, aku-"
"Kamu tega sama aku bee? Kamu bikin aku jadi yatim piatu."
"AYAH KAMU JUGAA!!" Egios mengusap wajahnya kasar, ia menyesal sudah berteriak pada istrinya, "Maaf bee"
Alena membeku, ia tak menyangka Egios berteriak padanya, Sekaligus terkejut karena jawaban Egios tadi.
"Ayah kamu bunuh ayah sama ibu aku."
"..."
"Dia yang lebih dulu bunuh orangtua aku, dia bunuh orangtua aku karena uang."
"Tapi Bee.. Kejahatan ga harus dibales sama kejahatan lagi." Ucap Alena.
"Aku ga ada maksud gitu bee, aku cuma turutin kemauan terakhir paman buat balas dendam. Aku minta maaf." Egios melepaskan genggaman tangannya, beranjak pergi.
Egios membanting pintu kamar keras membuat Alena semakin membeku.
Egios menyalakan mesin mobilnya, ia berkendara menembus jalan dengan kecepatan tinggi, untung saja jalanan masih lenggang sehingga sikapnya ini tidak membahayakan orang lain.
Egios merogoh ponsel menelpon seseorang.
"Lu dimana?"
"Lu tau nomer gua dari mana,Gi?"
"Lu dimana?"
"Sabar elah.. Gua di rumah gua yang dulu."
"Gua otw."
"What? Lu-"
Belum selesai Hans bertanya, Egios sudah menutup telponya. Ia mengacak rambutnya kasar dan mempercepat laju mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unhandled [End]
HorreurSakit memang jika orang yang kau sangat sayangi harus pergi meninggalkanmu sendiri di dunia ini. Rasanya hancur, tak ada harapan lagi. Tapi percayalah, Tuhan memberikan cobaan pada setiap orang dengan alasan. Mungkin agar orang lain bisa belajar dar...