Disa dan Kevin memakan batagor bersama. Seperti biasa, Disa memakan saus sambal jauh lebih banyak ketimbang Kevin. Melihat saus kacang batagor Disa yang warnanya tidak lagi coklat seperti saus kacang pada umumnya, Kevin langsung bergidik. Cowok itu sangat jijik melihat saus batagor Disa yang justru berwarna kemerahan.
"Di mana-mana, yang namanya batogor itu saosnya warna coklat." Kevin mengucap sembari mengunyah batagornya, "Masa saos batagor warnanya merah."
"Merah itu tandanya berani!" Disa berujar dengan cepat.
"Berani? Lo pikir kita lagi perang kemerdekaan sambil bawa Bendera Pusaka?" ucap Kevin menatap Disa dengan tatapan bercanda, "Jangan kebanyakan makan cabenya. Kalau lo sakit perut, gue yang ikutan sakit."
"Halah! Nggak usah sok perhatian, deh, lo. Urus aja diri lo sendiri. Terutama nilai ulangan Fisika lo yang dapet 50 itu." Disa tertawa geli.
"Itu nggak usah khawatir." wajah Kevin nampak santai, "Gue, kan, punya pengajar Fisika abadi."
"Siapa emang?"
Kevin memandangi Disa dengan tatapan serius, "Ada, deh. Cewek pokoknya. Cantik, deh."
Tanpa menyadari perubahan wajahnnya sendiri, Disa mulai cemberut. Gadis itu tidak melanjutkan kunyahan batagornya. Dia meletakan piring batagor itu di meja makan. Kevin jelas bingung ketika melihat perubahan sahabatnya itu.
"Kok nggak dimakan batagornya?" tanya Kevin, "Tadi katanya laper?"
"Siapa pengajar Fisikanya? Gue kenal nggak?" Disa mengucap dengan tatapan penasaran, dia menarik lengan seragam Kevin yang lusuh sehabis tawuran tadi, "Jawab, Vin. Gue kenal nggak?"
Kevin ingin mengerjai Disa. Cowok itu ingin membuat Disa semakin penasaran, "Yang jelas, lo nggak kenal sama dia. Rahasia."
"Oh, gitu. Mainnya rahasia-rahasiaan sekarang?"
"Kalau rahasia, ya, rahasia. Nggak boleh dikasih tau ke siapa-siapa, dong?"
"Apaan, sih, Vin!" Disa memukul lembut bahu sahabatnya, "Kasih tau nggak."
"Kenapa kepo banget, sih, Dis?"
Disa memasang tampang cemberut, "Ya, gue, kan, pengen tau. Siapa tau, gue bisa juga minta diajarin sama dia. Supaya nilai gue bisa seratus."
"Ye!" Kevin kini meletakan piring batagornya di meja makan, "Lo ngarang, ya? Mana ada nilai seratus harus remed? Yang jelas-jelas remed itu gue karena dapet nilai 50. Nilai gue, kan, di bawah KKM. Nilai lo udah jelas-jelas di atas KKM."
"Tau ah! Pokoknya, gue mau tau siapa yang ngajarin lo. Titik!"
"Nggak bakalan gue kasih tau. Pokoknya, ra-ha-si-a!"
"Oh, gitu?" Disa mendelik, "Oke, kalau gitu. Habis makan batagor dari sini, gue nggak mau pergi ke tempat les dianterin sama lo. Pokoknya gue nggak mau pergi bareng sama lo!"
"Emang ada cowok lain yang bakalan nganterin lo ke Primagama?" tanya Kevin penasaran, "Mana ada cowok yang mau sama cewek kayak lo? Jutek gitu. Dapet nilai 95 aja mewek kayak cewek dapet."
Disa tidak menanggapi ucapan Kevin.
Kevin malah makin lanjut mencibir Disa, "Yang setia nganterin lo ke tempat les? Yang bakalan nemenin lo makan batagor kayak gue? Yang buru-buru ninggalin tawuran cuma demi ngehibur seorang Disa yang nangisin nilai 95 ulangan Fisika?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tiga Kata
RomanceDia sahabatku. Tapi, melihat kedekatan kami berdua, orang lain tidak ada yang percaya bahwa kami hanyalah teman biasa. Aku mungkin tidak menyimpan rasa apa-apa. Dia juga tidak menyembunyikan perasaan apapun. Namun, mengapa amarahnya memuncak, ketik...