Hingga kelas di tempat les usai, Kevin tak kunjung menampakan batang hidungnya. Kevin benar-benar tidak datang ke tempat les. Disa semakin merenggut.
Ketika melihat Disa cemberut, Kian langsung menepuk bahu Disa, "Bakso aci, yuk?"
"Nggak, ah. Lagi nggak mood." jawab Disa pendek, "Kalau lo mau, gue temenin makanan, tapi gue nggak ikutan makan."
"Yah. Nggak enak dong kalau gue makan, tapi lo ngga makan." tanggap Kian dengan muka bete, "Mau langsung balik aja? Gue anterin, ya?"
"Gue pesen ojeg online aja. Mending lo balik duluan." ujar Disa langsung mengambil HP-nya, yang ternyata lowbat, "Yaelah. Pake lowbat. Mana nggak bawa powerbank lagi buat nge-charge."
Kian langsung menarik tangan Disa, "Yaudah. Tandanya, semesta mendukung gue buat nganterin lo balik!"
Bersama dengan Disa, Kian langsung berjalan ke parkiran sepeda motor. Kian memberikan helm pada Disa sebelum mereka sama-sama meninggalkan parkiran sepeda motor di tempat les. Ketika sepeda motor Kian sudah dijalankan, Kian langsung mengarahkan kaca spionnya ke jok belakang sepeda motornya. Disa nampak murung sembari menatap jalanan.
Ketika menunggu lampu merah, Kian mengajak Disa bicara, "Lagi mikirin apa, Dis? Lo kehabisan kuota, ya? Sampe bete gitu mukanya. Hehe."
"Nggak, kok. Nggak apa-apa. Kuota gue malah masih banyak, kok." tanggap Disa.
"Jangan cemberut gitu napa, Dis, mukanya. Senyum dikit, dong. Nggak enak diliatnya." Kian menghibur.
"Gue nggak apa-apa, Kian. Lagi pengen cepet-cepet sampe rumah aja."
Intruksi Disa pun diterima dengan mantap oleh Kian. Kian berusaha untuk membuat Disa lebih cepat sampai rumah. Ketika sampai di depan rumah Disa, Disa langsung turun dari sepeda motor Kian dan memberikan helm pada Kian.
"Makasih, ya, udah nganterin gue. Lo mending langsung pulang aja. Istirahat. Supaya besok kondisi lo prima pas sekolah." ungkap Disa sembari memaksakan senyum di bibirnya, "Makasih juga tadi udah repot-repot jemput gue di sekolah, pake nganterin ke tempat les. Paginya juga jemput gue. Gue nggak ngerti kenapa lo sebaik ini sama gue, Kian. Karena gue nggak tau cara ngebales kebaikan lo ke gue."
Kian menggelengkan kepala sembari tersenyum ke arah Disa, "Nggak usah mikir buat ngebales setiap tindakan gue, Dis. Karena gue nggak minta balesan apa-apa. Kayak yang gue bilang kemarin-kemarin, gue seneng, kok, ngejalanin waktu-waktu terbaik sama lo."
"Gue seneng sama laki-laki yang tulus kayak lo," wajah Disa mulai nampak cerah, ada senyum tulus di bibirnya yang dia berikan untuk Kian, "Yaudah. Gue masuk ke rumah dulu, ya, gue mau istirahat."
Disa meninggalkan Kian dan memutuskan untuk masuk ke rumahnya. Ketika Disa baru saja membuka pagar, Kian langsung memanggil nama Disa sekali lagi.
"Dis..." panggil Kian sembari turun dari sepeda motornya, "Jangan masuk ke rumah dulu."
Disa langsung menoleh dengan cepat, "Kenapa, Kian?"
Kian mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Disa nampak bingung menatap Kian yang sedang merogoh-rogoh tasnya. Kian memberikan boneka beruang, coklat, dan sebatang mawar untuk Disa. Melihat benda-benda pemberian Kian, Disa langsung tertawa.
"Jadi, bercandaan gue yang kemarin itu lo anggep serius, ya?" Disa tertawa geli, "Karena gue bilang kenapa lo nggak sekalian bawa boneka, coklat, dan bunga? Haha! Lo polos banget, sih, Kian! Gue nggak minta beneran, waktu itu gue cuma bercanda doang."
"Lah?" Kian menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Gue pikir lo beneran mau benda-benda ini. Makanya tadi, pas pulang sekolah, gue sempet-sempetin beli. Nggak mau lo terima, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tiga Kata
RomansaDia sahabatku. Tapi, melihat kedekatan kami berdua, orang lain tidak ada yang percaya bahwa kami hanyalah teman biasa. Aku mungkin tidak menyimpan rasa apa-apa. Dia juga tidak menyembunyikan perasaan apapun. Namun, mengapa amarahnya memuncak, ketik...