Akhirnya, Disa bertemu dengan tempat tidur. Gadis itu merebahkan tubuhnya di kasur empuknya dan mengembuskan napas lega. Dia baru saja selesai mengajar 8 murid SMP, menghadapi anak SMP tentu tidak mudah, karena Disa harus super sabar. Ditambah lagi, mereka semua bergiliran menanyakan soal dalam PR-PR mereka, sehingga Disa harus sabar dan prima dalam menjelaskan soal per soal.
Hari ini sungguh melelahkan. Di sekolah, Disa bertengkar hebat dengan Kevin, berlanjut di tempat les. Sementara di rumah, Disa harus mengesampingkan mood-nya yang buruk agar tetap semangat mengajari adik-adik di bimbingan tempat lesnya.
Tanpa sadar, Disa tertidur pulas sebelum menyiapkan mata pelajaran untuk esok hari yang akan dia pelajari di sekolah. Badannya terlalu lelah untuk menahan emosi, pikiran, dan perasaannya hari ini.
Pagi-paginya, pintu kamar Disa diketuk oleh Mama. Disa ternyata bangun telat daripada biasanya. Cepat-cepat, Disa langsung mandi dan memakai seragam. Dengan sigap, dia langsung menyiapkan mata pelajarannya di sekolah. Terburu-buru sekali Disa menyiapkan segala macam perlengkapan sekolahnya hari ini karena dia bangun terlambat daripada biasanya. Bahkan, Disa menggunakan rok yang agak pendek karena tak sempat memilih rok yang di bawah lutut.
Disa langsung menuruni tangga dari kamarnya menuju lantai bawah. Di ruang makan, Mama sudah menyiapkan susu dan sarapan untuk Disa. Disa melahap roti bakar yang Mama siapkan dengan cepat, dibarengi dengan meneguk susu putih yang dibuatkan Mama.
Saat sedang mengunyah roti buatan Mamanya, Mama berucap satu kalimat yang membuat Disa bingung.
Dengan wajah jahil, Mama berkata, "Kamu, kok, nggak cerita kalau ada dua cowok yang deketin kamu?"
Disa mengernyitkan dahinya, kata-kata Mama sungguh sulit untuk dicerna, "Dua cowok yang deketin aku? Maksudnya?"
"Liat aja sendiri di depan pagar rumah." Mama menggoda sembari mencubit pipi anak sematawayangnya, "Ternyata, anak Mama banyak yang naksir juga, ya. Nggak cuma satu. Dua malah. Nggak kaget, sih, Mama. Orang kamu cantik kayak Mama, kok. Hehe."
Disa menggelengkan kepalanya dan masih memasang tampang bingung, "Aku nggak ngerti Mama ngomong apaan, deh."
"Yaudah makanya cepet sarapannya." Mama menyarankan, "Habis itu kamu cepet-cepet liat ke depan pagar. Berangkat sekolah. Supaya nggak terlambat."
"Iya, Ma." Disa langsung menandaskan makanannya, kemudian gadis itu mencium pipi Mama, "Pergi dulu, ya, Ma."
Tak lupa, Disa juga bersalaman dengan Mama sebelum dia meninggalkan rumah. Ketika jalan ke depan pagar rumah, ternyata Disa baru menyadari apa yang Mama ucapkan tadi. Di depan pagar rumahnya, ada dua sepeda motor yang sedang menunggu.
Disa melihat sepeda motor Kevin di sebelah kiri pagar rumahnya dan sepeda motor Kian di bagian kanan pagar rumahnya. Yang empunya masing-masing pemilik sepeda motor pun sudah menunggu di atas sepeda motor mereka. Disa bingung menatap keduanya.
Namun, tanpa pikir panjang, Disa tak menggubris kehadiran Kevin. Disa langsung berjalan mendekati sepeda motor Kian. Disa hanya menatap Kevin beberapa detik kemudian buang muka lagi.
Ketika mengetahui Disa lebih memilih sepeda motor Kian, Kevin langsung berteriak nyaring, "Lo boleh berangkat sekolah. Tapi, itu rok lo diganti dulu. Kependekan roknya. Nanti terlalu seksi kalau naik motor. Bakalan ada cowok yang godain lo ntar! Gue lagi nggak mau repot-repot nonjokin muka cowok yang godain lo, Dis. Cepet masuk ke rumah. Ganti roknya. Gue tungguin!"
"Gue bawa jaket buat nutupin roknya, kok." ucap Kian membela, "Lagian, kalau Disa nyaman pake rok itu, ya, nggak ada salahnya. Disa nggak bakalan digangguin cowok lain selama dia ada sama cowok yang tepat, yang bisa jagain dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tiga Kata
RomanceDia sahabatku. Tapi, melihat kedekatan kami berdua, orang lain tidak ada yang percaya bahwa kami hanyalah teman biasa. Aku mungkin tidak menyimpan rasa apa-apa. Dia juga tidak menyembunyikan perasaan apapun. Namun, mengapa amarahnya memuncak, ketik...