Disa terus bertanya ketika menatap Kevin, "Lo kenapa nangis?"
Kevin menggelengkan kepalanya kuat-kuat, dengan cepat dia segera mencari alasan, "Dih! Siapa yang nangis! Gue lagi pilek. Dari kemarin terus narik-narik ingus mulu. Kepala gue berat. Makanya mata gue ikutan berair."
Disa berusaha mempercayai ucapan Kevin. Lagipula untuk apa Kevin menangis sembari menunggu Disa di ruangan UGD? Disa memang tidak terlalu panik seperti gadis-gadis FTV lainnya yang akan bertanya lagi di mana, kenapa dia berada di rumah sakit, dan kenapa dia terbaring lemah di tempat tidur. Disa tidak perlu bertanya. Dia tahu apa yang terjadi terhadap dirinya pagi tadi dan terbaring di rumah sakit adalah salah satu cara aman untuk membuat Disa siuman.
"Gue tadi pingsan berapa lama?" tanya Disa pada Kevin masih dengan kepalanya yang terasa masih begitu berat.
Kevin bingung menatap Disa, "Dis, lo habis pingsan. Kenapa nggak kayak cewek-cewek di FTV-FTV yang habis ketabrak mobil gitu, sih? Pura-pura amnesia, dong! Nanya lo lagi di mana, kenapa bisa di rumah sakit, kenapa ada gue di samping lo, dan pertanyaan aneh lainnya. Supaya berasa di rumah sakit, nih!"
Disa menatap Kevin dengan tatapan dongkol, "Tanpa harus nanya, gue tau kali ini di mana. Masa iya hotel bintang lima tempat tidurnya kayak begini? Ada suster. Ada dokter. Jelas gue ada di rumah sakit. Gue nggak perlau nanya kenapa gue ada di sini. Gue masih inget apa yang gue alamin, kok."
"Lo kenapa emang, Dis?" pertanyaan ini yang sejak tadi ingin Kevin tanyakan pada Disa, "Kenapa lo bisa disekap di gudang sekolah? Kenapa tangan lo diiket? Kenapa badan lo basah semua? Siapa yang lakuin ini semua ke lo?"
Meskipun kepalanya masih terasa pening, Disa masih ingat wajah-wajah yang menyekap Disa di gudang sekolah. Disa pun mengenali betul dalang dari penyekapan Disa tadi pagi. Tapi, apakah menceritakan segalanya pada Kevin akan memperbaiki keadaan? Bagaimana kalau Disa dibilang hanya mengarang cerita? Disa jelas tak punya bukti apa-apa untuk mengatakan bahwa Danilla adalah dalang dari penyekapan Disa di gudang sekolah.
"Disa..." Kevin memanggil perempuan di depannya, "Lo kenapa diem? Ada yang lo sembunyiin dari gue? Gue mau tau jawabannya dari lo, Dis. Jangan sampe gue tau segalanya dari omongan orang lain."
Kali ini, ucapan Kevin membuat Disa memandangi Kevin dengan tatapan dingin, "Tas gue mana?"
"Kok malah nyariin tas lo?" Kevin nyerocos, "Lo belum jawab pertanyaan gue. Siapa yang nyekap lo di gudang sekolah tadi? Gue mau bikin orang itu nyesel seumur hidup karena udah nyakitin lo!"
Disa perlahan berusaha bangun meskipun badannya masih terasa lemah. Disa menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya, "Tas gue mana? Gue mau pulang."
"Dokter bilang, kalau lo udah siuman, lo harus minum teh hangat dulu. Lo harus banyak istirahat." Kevin membentak dengan keras, "Lo nggak ngerti kalau diomongin baik-baik, ya?"
Suara Kevin yang keras membuat beberapa suster ikut melihat ke arah Disa dan Kevin. Kali ini, Kevin seperti sudah tidak sabar untuk menjinakan sifat keras kepala Disa. Hati kevin sangaat berantakan saat ini. Antara rasa cemas, rasa panik, rasa khawatir, rasa takut kehilangan--semuanya bercampur jadi satu.
Ketika dibentak oleh Kevin, Disa nampak semakin ingin keluar dari ruangan UGD. Disa berusaha bangun meskipun badannya sendiri masih tidak sanggup untuk merespon perintah dari otaknya.
"Kuping lo congek atau gimana? Lo nggak denger kalau gue nyuruh lo istirahat dulu?" nada bicara Kevin makin meninggi, "Nggak usah usaha buat bangun. Nggak usah mikirin gimana pelajaran di sekolah lo. Lo nggak bakalan mati penasaran cuma karena ninggalin sekolah sehari doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tiga Kata
RomanceDia sahabatku. Tapi, melihat kedekatan kami berdua, orang lain tidak ada yang percaya bahwa kami hanyalah teman biasa. Aku mungkin tidak menyimpan rasa apa-apa. Dia juga tidak menyembunyikan perasaan apapun. Namun, mengapa amarahnya memuncak, ketik...