"Sayang, aku tunggu di lapangan, ya. Sebentar lagi aku orasi visi misi, nih. Doain aja lancar dan rame, ya." ucap Danilla dalam chat Whatsapp untuk Kevin.
Ketika bel jam istirahat berbunyi, Kevin bergegas pergi ke lapangan sekolah untuk menemani pacarnya berkampanye perihal visi misi jika kelak Danilla terpilih menjadi ketua OSIS.
Kevin lantas menaiki panggung yang biasa digunakan oleh pembina upacara. Ketika Kevin muncul, seluruh perempuan dari kelas 10-12 berteriak nyaring menyebut nama Kevin, tidak ada yang meneriakan nama Danilla. Nampaknya, yang menyaksikan orasi Danilla lebih banyak perempuan, yang ingin menatap Kevin daripada mendengar orasi yang dikumandangkan Danilla.
Di panggung yang terletak di lapangan tersebut sudah tersedia mic. Segalanya memang sudah dipersiapkan karena hari ini adalah jadwal Danilla untuk berorasi dan menjelaskan visi misinya. Danila tersenyum antusias serta melambaikan tangan pada seluruh pendukungnya, yang sebenarnya lebih tertarik melihat Kevin daripada mendengar Danilla.
Ketika suasana cukup tenang dan tidak ada lagi yang meneriakan nama Kevin, Danilla lantas mengumandangkan visi dan misinya, "Visi saya adalah menjadikan warga di seluruh SMA kita lebih kreatif, inovatif, dan berprestasi dalam bidang seni serta akademik. Misi saya adalah saya akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan untuk mendukung visi saya."
Ketika Danilla mengucapkan visi misi tersebut, tidak ada yang bertepuk tangan. Tapi, Kevin langsung berteriak nyaring, "Nah! Bagus itu! Tepuk tangan semuanya! Ayo, tepuk tangan!"
Karena seluruh murid yang datang ke orasi Danilla adalah fans berat Kevin, jelas mereka lebih mendengar instruksi dari Kevin untuk bertepuk tangan. Seluruh murid lantas bertepuk tangan dan meneriakan langsung nama Danilla.
Danilla tersenyum dan melambaikan tangan ketika gemuruh tepuk tangan terdengar. Hati Danilla bahagia mengira semua orang yang datang ke orasi akan memilih dirinya sebagai ketua OSIS. Padahal, semua orang juga tahu bahwa yang datang ke orasi hanya datang untuk melihat Kevin.
Kevin lantas merebut mic yang ada di tangan Danilla. Dengan mantap, Kevin berucap lantang, "Ayo! Dipilih-dipilih! Pilih Danilla jadi ketua OSIS sekolah kita untuk OSIS yang lebih kreatif dan inovatif!"
Seluruh pendengar orasi yang ada di depan panggung langsung bertepuk tangan dan meneriakan nama Kevin. Tapi, berbeda dengan Disa yang menatap Kevin dan Danilla dari lorong-lorong kelas. Disa menyandarkan tubuhnya di salah satu tiang dan menatap panggung orasi dari kejauhan.
"Apaan, tuh. Visi misinya nggak jelas dan aneh." ucap Disa sinis, "Lagian yang mau jadi ketua OSIS sebenernya Danilla atau Kevin, sih? Kok, malah Kevin yang semangat banget?"
Disa lantas menggelengkan kepalanya dan berhenti menatap panggung orasi. Dari kejauhan, Kevin menatap Disa yang sudah berjalan kembali ke kelas. Tapi, Kevin terlalu gengsi untuk memperhatikan Disa lebih jauh, Kevin memilih untuk fokus dalam kampanye Danilla. Kevin membagikan pin bertuliskan PILIH DANILLA yang menjadi rebutan banyak peserta orasi.
Orasi selesai tepat ketika bel masuk berbunyi, tanda jam istirahat sudah selesai. Kevin dan Danilla turun dari panggung.
Setelah turun dari panggung, Danilla berucap pada pacarnya, "Makasih, Sayang. Tadi orasinya rame banget pasti karena visi misi aku bagus, ya?"
Kevin merasa ucapan Danilla terlalu percaya diri. Padahal, jelas Kevin juga tahu bahwa kampanye OSIS Danilla ramai karena kehadiran Kevin sebagai pencair suasana. Tapi, Kevin tidak ingin berdebat dengan Danilla, dia tidak ingin menyakiti hati pacarnya.
Danilla segera meninggalkan Kevin, kemudian kembali ke kelasnya. Begitu juga Kevin yang segera kembali ke kelasnya. Hingga jam sekolah usai, Kevin dan Disa tidak saling menyapa. Setelah jam sekolah usai pun, Disa langsung keluar dari kelas dan menemui Kian yang menjemputnya di luar sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tiga Kata
RomanceDia sahabatku. Tapi, melihat kedekatan kami berdua, orang lain tidak ada yang percaya bahwa kami hanyalah teman biasa. Aku mungkin tidak menyimpan rasa apa-apa. Dia juga tidak menyembunyikan perasaan apapun. Namun, mengapa amarahnya memuncak, ketik...