BAB 7 - Surat Cinta Hari Selasa

14K 1.6K 442
                                    

Sesampainya di depan gerbang sekolah, ternyata gerbang sekolah belum di tutup. Disa melihat jam di tangannya, masih lima menit lagi sebelum jam tujuh pagi. Disa masih duduk di sepeda motor Kevin, tapi Kevin langsung meminta Disa turun.

"Lo turun di sini sekarang." perintah Kevin dengan nada tidak sabar, "Cepetan."

Disa menggelengkan kepala, "Nggak mau. Gue mau ikut sampe tempat parkir motor."

Kevin langsung membujuk Disa dengan cepat, "Udah, deh, Dis. Turun sekarang."

"Lo mau ke mana? Nggak ikutan masuk emangnya?" tanya Disa dengan tatapan bingung, "Lo mau tawuran lagi, ya? Mau kabur lo? Atau mau nyusun strategi buat perang sama sekolah sebelah?"

Kevin tidak menjawab pertanyaan Disa. Cowok itu hanya memamerkan barisan giginya yang rapi sembari meringis, "Ada, deh. Pokoknya lo masuk duluan, ya. Nanti lo telat, lho."

"Nggak mau. Lo harus masuk sekolah!" perintah Disa dengan nada keras, "Gue nggak mau denger lo bolos sama temen-temen lo itu, ya. Karena gue udah janji sama lo buat ngajarin materi untuk remed Fisika. Gue nggak mau ingkarin janji gue."

"Ini penting, Dis. Antara hidup dan mati." Kevin berucap penuh keyakinan.

"Mati pala lo ledot!" Disa menoyor kepala Kevin, "Lo masuk sekolah, ya. Jangan sampe bolos. Lo lupa hari ini hari apa?"

Kevin menggeleng, "Gue cuma inget tempat-tempat janjian gue kalau tawuran. Kalau tanggal, sih, jelas gue lupa. Apalagi rumus Fisika apa, tuh? Sigma torsi yang nggak jelas itu."

"Hari ini hari Selasa." ucap Disa pelan, "Lo yakin nggak mau nunggu surat itu?"

Kevin langsung menatap Disa dengan mata berbinar, "Haha! Oke, deh! Gue masuk sekolah sekarang. Tapi, bentar, ya. Gue tetap mau ke sekolah sebelah. Gue mau update ada berapa korban yang luka-luka dari sekolah sebelah. Supaya gue tau siapa yang menang di tawuran kemarin."

Disa turun dari sepeda motor Kevin dan berucap lirih, "Lo kapan, sih, punya waktu mikirin perasaan gue? Nggak cuma berantem dan tawuran mulu yang lo urusin!"

Nampaknya Kevin tak mendengar suara lirih Disa karena Kevin langsung menggas sepeda motornya dan sesegera mungkin ingin sampai di sekolah sebelah. Beberapa hari yang lalu, genk Kevin sempat menyerang sekolah tersebut dan Kevin ingin mengetahui seberapa hebat kekuatan yang dimiliki genk sekolah tersebut.

Setelah menemukan tujuannya, Kevin langsung kembali ke sekolah. Memang, Kevin tidak memungkiri perkataannya pada Disa, mengenai akan melabrak satpam sekolahnya jika gerbang sekolah tidak dibukakan untuk Kevin. Kevin sempat cekcok hebat dengan satpam sekolahnya, tapi akhirnya Kevin memenangkan perdebatan singkat itu.

Sesampainya di parkiran sepeda motor, Kevin langsung masuk kelas sambil bersiul-siul. Entah mengapa ada rasa bahagia di dadanya, ada kehangatan yang Kevin rasakan di hatinya. Karena Selasa adalah hari favorit Kevin, di antara seluruh hari chaos yang Kevin alami.

Sesampainya di kelas, Kevin langsung berdiri di depan Disa. Kevin tersenyum penuh harapan pada Disa. Disa yang sedang membaca buku mencoba untuk tidak memedulikan kehadiran Kevin.

"Nggak usah berdiri di dekat meja gue bisa, kan?" Disa berucap tanpa menatap Kevin sama sekali, "Lo pasti mau minta tolong sesuatu, kan?"

"Yaelah, Dis. Tolongin bentar, si. Lo jahat banget sama sahabat sendiri, nggak mau banget nolongin gue." Kevin mengiba dengan suara yang dibuat seakan penuh harap, "Tolong cek laci gue, dong. Banyak banget surat cintanya. Gue mau baca surat cinta yang asli dari cewek itu."

"Nggak bisa. Sibuk. Gue lagi baca buku. Lagian juga, ntar lagi guru pelajaran pertama bakalan masuk. Mending, lo nggak usah peduliin surat cinta itu, deh." saran Disa masih enggan menatap Kevin, "Balik ke tempat duduk lo sekarang. Belajar yang bener. Ke sekolah itu buat belajar, bukan buat baca surat cinta dari cewek nggak jelas."

Hanya Tiga KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang