BAB 25 - Kejutan di Gudang Sekolah

10.3K 1.1K 160
                                    

Sekarang, Disa sudah mandi dan membersihkan diri. Di dalam kamarnya, entah mengapa Disa masih terbayang betapa hangatnya peluk dari Kian. Rasanya Disa ingin merasakan lagi pelukan itu. Rasanya Disa ingin dikuatkan lagi dengan pelukan yang berasal dari lengan Kian. Karena lengan Kian, senyum Kian, suara tawa Kian membawa kenyamanan tersendiri bagi Disa.

Sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk, Disa tak sengaja menatap benda-benda pemberian Kian tadi. Benda itu sudah Disa letakan di atas meja belajarnya. Gadis itu berjalan ke meja belajar dan memeluk boneka pemberian dari Kian. Beberapa kali juga dia menciumi aroma sebatang bunga mawar merah yang tadi Kian berikan. Kembali Disa tersenyum karena mengingat momen ketika Kian memberikan seluruh pemberian spesial itu pada Disa.

Disa terus memandangi barang-barang tersebut, ketika sibuk memikirkan Kian, ponsel Disa berbunyi. Ada nama Kian di layar HP-nya, dengan lekas Disa langsung menjawab panggilan tersebut.

"Halo, Kian." Disa menyapa penuh rasa antusias, ada gejolak bahagia di dadanya, "Kenapa? Lo udah sampe rumah?"

Kian tertawa kecil, "Cepet banget angkat teleponnya, lo dari tadi nunggu diteleponin sama gue, ya? Iya, kan? Ngaku aja, deh, lo!"

Disa menggelengkan kepalanya meskipun Kian tak bisa melihat langsung gestur itu, "Dih! Geer banget lo! Siapa juga yang nunggu ditelepon sama lo! Kebetulan aja tadi gue lagi main HP, makanya bisa langsung angkat telepon lo."

"Ah, yang bener?" Kian memastikan, "Eh gue mau jujur tentang sesuatu. Tapi, lo janji jangan marah sama gue, ya?"

"Mau jujur apaan, Kian?" Disa bertanya dengan nada penasaran, "Kok, gue jadi kepo lo bakalan nanya apaan sama gue. Hehe."

"Gini. Tadi, gue barusan ketemu lo, tapi...." ucap Kian terbata.

"Tapi apa, Kian?"

"Tapi, sekarang gue udah kangen sama lo lagi." lanjut Kian.

Disa terdiam beberapa saat. Ucapan Kian lantas membuat Pipi Disa tersipu. Seakan ada kupu-kupu yang menari di perutnya. Kata-kata dari Kian selalu terasa menyenangkan di telinga Disa. Ungkapan dari hati Kian tidak pernah menyakiti Disa. Beda dengan ucapan dari bibir Kevin yang kadang terlalu jujur hingga sering menyakiti hati Disa.

Disa tak bermaksud untuk membandingkan antara Kevin dan Kian. Tapi, kebersamaan yang Disa rasakan bersama Kian terasa jauh lebih menenangkan daripada persahabatan yang dia lalui bersama Kevin. Kian tidak pernah membawa Disa dalam masalah besar, sementara Kevin, baik sengaja ataupun tak sengaja, selalu membawa Disa ke banyak jurang masalah. Bagai wahan di Dufan, Ancol, Kevin adalah roller coaster yang selalu membawa Disa pada perasaan campur aduk.

Tidak terasa, ternyata Disa sudah melamun cukup Lama. Sejak tadi, Kian menunggu tanggapan dari Disa yang ternyata malah diam saja.

"Eh, Dis?" panggil Kian dari ujung telepon, "Kok, lo diem? Ada yang salah sama omongan gue, ya?"

"Haha. Nggak, kok, Kian." Disa langsung tersentak dari lamunannya, "Kangen lo nggak bertepuk sebelah tangan, kok. Gue juga kangen sama lo. Btw, makasih, ya. Setiap gue natap boneka yang lo kasih, setiap itu juga gue jadi nggak ngerasa sedih lagi."

"Sama-sama, Dis." tanggap Kian, "Oh, iya. Besok gue nggak ngerepotin kalau bantuin lo ngajar les?"

"Nggak, kok. Gue malah seneng banget ada yang bantuin." ungkap Disa, "Besok jadwal gue ngajar anak SD. Lo tau, kan, anak SD agak lebih rame daripada anak SMP perihal belajar. Jadi, kalau lo bantuin, gue bakalan seneng banget. Kita bisa bagi tugas."

"Gue nggak sabar ketemu anak murid lo besok." ucap Kian dengan nada semangat, "Nanti, lo jelasin ke gue, ya, tugas gue apa. Supaya gue bisa bener-bener bantuin lo, bukan malah ngerecokin."

Hanya Tiga KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang