Setelah selesai membereskan ruang tamu, Disa kembali ke kamar. Dia mengambil buku PR dan memeriksa setiap PR yang sudah dia kerjakan untuk mata pelajaran esok hari. Setelah semua PR sudah dia periksa, Disa langsung mengambil buku persiapan SBMPTN. Disa mulai mengerjakan beberapa soal dan berfokus pada soal-soal yang menurutnya sulit.
Ketika mengerjakan satu soal yang sulit, Disa kembali membuka buku catatannya untuk mencari rumus-rumus yang berhubungan dengan soal yang Disa kerjakan. Gadis itu sangat serius mengerjakan setiap soal. Hingga keseriusannya buyar saat ponselnya berbunyi nyaring.
Disa langsung mengambil HP-nya dan melihat nomor yang berada di layar ponselnya. Karena nomor itu dari nomor yang tidak Disa kenali, Disa lantas enggan menjawab panggilan tersebut. Setelah panggilan tak dikenal itu berakhir, nada ponsel Disa berhenti, dan HP-nya tak lagi bergetar. Disa bisa kembali berfokus dengan soal yang ingin dia kerjakan.
Tak lama, HP-nya berbunyi lagi. Karena nomor yang memanggil Disa masih sama, dari nomor tak dikenal, Disa langsung mengaktifkan mode silent, sehingga nada suara panggilan itu bisa disenyapkan. Saat HP Disa mati lagi, Disa mulai berfokus pada soal katiham SBMPTN-nya.
Baru berapa detik Disa berkonsentrasi, layar HP-nya kembali menyala. Dari nomor tak dikenal lagi. Karena kesal, Disa langsung menjawab panggila tersebut, "Ini siapa, sih?"
"Dari rumah sakit, Mbak." jawab suara seorang perempuan di ujung telepon.
"Lho?" Disa tersentak, "Ada apa, Mbak? Obat dari rumah sakitnya, kan, sudah saya bawa semua? Apa ada resep obat yang harus saya ambil? Atau ada barang saya yang tertinggal di rumah sakit?"
"Maksudnya, Mbak?" suara di ujung telepon tadi makin bingung, "Emang Mbaknya tadi sakit juga?"
"Iya. Tadi siang saya juga dari rumah sakit." jawab Disa dengan cepat.
"Mbaknya dari rumah sakit mana?" tanya suara asing itu.
"Tadi saya dirawat di Hermina Depok." kata Disa menjelaskan, "Emang ini dari rumah sakit mana?"
"Kami dari rumah sakit lain, Mbak." suara di ujung telepon tadi menjelaskan, "Ini temannya ada di UGD sekarang."
"Maksudnya gimana, ya?" Disa makin bingung, "Apa ini ada kedok penipuan atau gimana? Saya bukan orang banyak duit, Mbak. Duit saya nggak banyak, jangan ditipu atau dijebak, dong. Nggak lucu bercandanya."
"Saya nggak bercanda, Mbak Disa" ucap suara di ujung telepon
"Kok, Mbaknya tau nama saya?" Disa makin bingung, "Darimana Mbak tau nama dan nomor saya?"
"Karena di kontak HP terakhir pasien kami, atas nama Kian, ada kontak Mbak Disa di panggilan telepon paling akhir. Kami mengira, Mbak Disa adalah keluarganya."
"Kian?" Disa langsung lemas, "Kian kenapa Mbak? Emangnya Kian kenapa sampai saya harus ditelepon dari rumah sakit?"
"Temannya atas nama Kian sedang ada di UGD. Kami menghubungi Mbak Disa untuk memberitahu kondisi Mas Kian." jelas seseorang di ujung telepon tadi, "Kami berharap ada keluarga yang datang ke sini untuk mengetahui kondisi Mas Kian hingga saat ini."
Disa terdiam beberapa saat. Otaknya masih mencerna perkataan tersebut. Namun, jelas tubuh Disa semakin lemas. Disa takut telepon yang dia terima adalah telepon penipuan. Kemudian, Disa langsung menutup telepon tersebut, lalu menghubungi Kian.
Ada rasa panik yang mengguncang pikirannya. Disa benar-benar takut jika hal buruk menimpa Kian, karena sudah sejak Kian meninggalkan rumah Disa tadi, Disa sudah merasakan firasat yang buruk. Perasaan Disa sejak tadi sangat berantakan. Apakah ini pertanda bahwa akan terjadi sesuatu pada Kian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tiga Kata
RomanceDia sahabatku. Tapi, melihat kedekatan kami berdua, orang lain tidak ada yang percaya bahwa kami hanyalah teman biasa. Aku mungkin tidak menyimpan rasa apa-apa. Dia juga tidak menyembunyikan perasaan apapun. Namun, mengapa amarahnya memuncak, ketik...