BAB 27 - Kepanikan Kevin

10K 1.2K 145
                                    

Kevin membaluri hidung Disa dengan minyak kayu putih. Di UKS tidak ada orang sama sekali. Kevin berusaha sendiri untuk menyadarkan Disa, setidaknya agar Disa tetap sadarkan diri meskipun keasadaran Disa semakin menurun. Kevin terus mengecek apakah Disa masih bernapas. Cowok itu segera menarik selimut yang ada di tempat tidur UKS untuk membuat suhu tubuh Disa kembali hangat.

Kevin menunggu ambulans dengan cemas. Sudah berkali-kali Kevin menelepon ambulans, tapi mereka tidak kunjung sampai di sekolah. Disa sudah diberi pertolongan pertama dengan cara menyadarkan Disa dengan aroma minyak kayu putih. Tapi, Disa masih belum seutuhnya terbangun dari pingsan.

Berkali-kali, Kevin sudah menelepon ambulans, dengan cemas Kevin membentak, "Kalian semua pada di mana? Masa saya telepon berkali-kali dari tadi masih di jalan? Kalau teman saya mati bagaimana?"

Kevin semakin tidak sabar dengan penjelasan dari tenaga medis yang berada di ambulans. Kevin lantas meminta tolong agar para tenaga medis segera menjemput Disa di sekolah.

Untungnya, saat itu, para siswa dan siswi sudah fokus belajar, jadi ketika Kevin membopong Disa ke UKS, tidak ada siswa-siswi yang melihat. Karena kebetulan letak UKS dekat dengan ruang guru, yang berjauhan dengan kelas-kelas para murid. Sementara itu ruang guru pun sudah sangat sepi karena semua guru sudah berada di kelas untuk mengajar.

Kevin bersyukur bahwa tindakan membopong Disa tadi tidak mencuri perhatian siapapun, Kevin pun berusaha agar Disa segera dilarikan ke rumah sakit agar satu sekolah tidak heboh saat disa pingsan. Karena jika sudah jam istirahat sekolah, semua siswa akan keluar dari kelas, dan mengetahui kalau Disa berada di UKS. Keadaan bisa akan lebih parah dari ini.

Sembari menunggu ambulans, Kevin menelepon Donny, anak buahnya. Dengan sigap, Donny langsung menerima panggilan tersebut, "Kenapa, Vin?"

"Lo cepet banget angkat teleponnya?" tanya Kevin, "Nggak ada guru emangnya?"

"Biasa. Anak IPS. Masih jam kosong, nih. Hehe." Donny terkekeh, "Kenapa, Vin?"

"Lo tolong ke gudang sekolah, terus amanin di sana, ya. Pintu gudang sekolah ditutup. Pastikan nggak ada siapapun yang masuk gudang tersebut." perintah Kevin, "Sama. Satu lagi. Lo tolong periksa barang-barang di sana, kalau ada barang-barang yang janggal, tolong lo laporin ke gue."

"Oke, Vin." seperti biasa, Donny tidak akan menolak perintah dari Kevin, "Kalau ada apa-apa dan informasi tambahan, pasti gue kabarin lo."

Tak berapa lama, ambulans pun datang. Bunyi ambulans tadi cukup heboh, sehingga mencuri perhatian banyak guru untuk datang mendekati ambulans. Guru-guru tadi menanyakan siapa pasien yang mau diangkut, ketika Kevin membopong Disa, para guru langsung terkejut.

Para guru tadi mencoba meminta penjelasan pada Kevin, tapi Kevin segera menutup pintu ambulans, "Nanti, Bu. Yang penting, Disa selamat dulu."

Ambulans langsung meninggalkan sekolah menuju rumah sakit terdekat di sekolah Disa dan Kevin. Ketika sampai di rumah sakit, Disa langsung diamankan di UGD. Kevin terus mendampingi Disa hingga Disa mendapatkan pengobatan prima.

Sembari tindakan medis dilakukan pada Disa, Kevin mengurus administrasi pasien di meja administrasi. Kevin panik di dekat meja admistrasi dan meminta Disa diberi tindakan terbaik. Bahkan, pihak rumah sakit berusaha menenangkan Kevin agar Kevin tidak bertindak gegabah. Karena kepanikan yang berlebihan justru akan memperburuk keadaan.

Setelah administrasi selesai, Kevin lantas duduk di ruang tunggu luar UGD. Saat sedang menunggu, Kevin terus memantau melalui chat bersama dengan Donny, anak buahnya.

Donny mengirimkan foto-foto benda yang ada di gudang sekolah tempat Disa disekap. Benda-benda yang Donny fotokan ternyata kurang jelas karena keadaan gudang sekolah yang pengap dan gelap. Kevin berterima kasih pada Donny karena sudah lebih dulu mengamankan gudang sekolah agar tidak disentuh oleh orang lain. Karena jika Disa sudah pulih, Kevin akan memeriksa gudang sekolah sendiri dan memastikan apakah ada petunjuk dari pelaku yang menyekap Disa.

Tak berapa lama, suster memberitahukan bahwa Disa mulai membaik. Kevin lantas menanyakan keberadaan Disa pada suster.

Suster tersebut menjawab pertanyaan Kevin dengan detail, "Tadi, temannya, Mas, itu kedinginan. Karena bajunya dan rambutnya basah kuyup. Sepertinya juga ada bekas tamparan di pipinya, dia syok dan panik. Pingsannya bisa disebabkan karena syok. Tapi, temannya nggak apa-apa, makanya tidak perlu diinfus. Tadi pas saya tensi juga tekanan darahnya normal. Nanti kalau sudah sadarkan diri, minta temannya cuci rambut dan mandi dengan air hangat dulu, ya, Mas. Dan, teh panas yang kami sediakan juga harap diminum temannya juga. Saya juga sudah sediakan tisu di dekat tempat tidur pasien, nanti kepala temannya tolong bantu dikeringkan supaya nggak demam, ya."

Kevin menganggukan kepala mengerti, "Makasih, Sus. Saya mau masuk ke UGD dulu, untuk ketemu teman saya."

"Silakan, Mas. Semoga temannya lekas sembuh, ya." suster tadi meninggalkan Kevin untuk mendata nama-nama pasien lainnya yang masuk di UGD.

Kevin lantas memasuki ruangan UGD dan berjalan menuju tempat tidur Disa. Disa masih belum seratus persen sadar. Kevin sedih melihat keadaan Disa saat ini, dia menarik sebuah bangku untuk bisa duduk di samping tempat tidur Disa. Ketika duduk di bangku tersebut, Kevin meraih puncak ubun-ubun kepala Disa dan memberi sentuhan lembut di ujung kepala Disa.

Saat Kevin menyentuh kepala Disa, Kevin merasakan rambut Disa benar-benar basah. Kevin mengambil tisu di meja samping tempat tidur Disa dan mengeringkan rambut Disa dengan tisu tersebut.

Saat mengeringkan rambut Disa, Kevin merasa kesal dengan dirinya sendiri. Jika tadi pagi Kevin menjemput Disa dan mengamankan Disa sampai masuk kelas, tentu hal ini tidak akan terjadi. Kevin kerap menyalahkan dirinya sendiri dan rasanya matanya sudah mulai menggenang dengan air mata. Kevin seharusnya menjaga Disa.

Saat menatap wajah Disa yang masih pucat, Kevin semakin merasakan perasaannya tak karuan. Ada ledakan sakit yang hebat di dadanya. Disa terlalu banyak menahan beban di umurnya yang masih terbilang muda. Disa bisa dibilang bukan anak yang beruntung karena di umur belianya, dia sudah mendapat banyak sekali cobaan. Mengingat Disa yang tadi disekap, rasanya Kevin merasa semesta sudah mulai kelewatan menyakiti Disa.

Rasanya Disa tidak pernah punya salah apa-apa, lalu kenapa Disa semenderita ini? Memikirkan nasib Disa, membuat Kevin menangis sejadi-jadinya. Kevin berusaha mengusap air matanya dengan cepat, hingga matanya terasa benar-benar perih.

Saat Kevin masih mengeringkan rambut Disa dengan lembut, tiba-tiba Disa siuman dari pingsannya. Mata mereka berdua langsung bertatapan. Yang Disa temukan hanyalan kerapuhan dalam pandangan mata Kevin. Disa melihat mata sahabat kecilnya itu benar-benar merah.

Ketika siuman, Disa sudah nampak bingung. Disa juga bingung menemukan dirinya sudah berada di UGD salah satu rumah sakit.

Hanya ada beberapa kata yang keluar dari bibir Disa ketika melihat mata Kevin memerah, "Kevin, lo kenapa nangis?"

***

- Kalau cuma temen, kenapa Kevin bisa ngerasa segitunya sama Disa? Dan, apa arti air mata Kevin? TUNGGU BAB SELANJUTNYA!

- Buat yang udah baca. Langsung VOTE, KOMEN, dan SHARE, ya. VOTE KOMEN SHARE itu gratis loh dan bisa dukung penulis favorit kamu supaya makin semangat nulisnya!

- Mau follow aku di Instagram, bisa banget akun Instagram aku: DWITASARIDWITA

- Kamu TIM KEVIN atau TIM KIAN? Kamu mau ngobrol sama pengagum #HanyaTigaKata dan gabung di grup Whatsapp-nya? Langsung daftar dengan cara WA ke: 0822-610-22-388

Hanya Tiga KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang