Setelah Kevin pulang dari rumah, Disa merapikan kompresan dan es batu yang Disa gunakan untuk membasuh luka Kevin tadi. Disa mencuci baskom dan gelas Kevin. Setelah semua urusan dapur selesai, Disa kembali ke kamarnya.
Ketika sampai di kamarnya, Disa kemudian meraih ponsel. Ada banyak chat dari Kian di Whatsapp-nya. Disa tersenyum sesaat ketika membaca chat dari Kian, karena sebenarnya dalam hati Disa juga menunggu pesan dari Kian.
Baru saja Disa ingin membalas, Kian ternyata langsung menelepon Disa. Dengan cepat, Disa langsung mengangkat panggilan dari Kian.
"Hey, Dis." sapa Kian dari ujung telepon, "Maaf ganggu. Lo udah tidur?"
"Belom, kok." balas Disa, "Lo kenapa belum tidur?"
"Tadi, tuh, gue mau ngomong sesuatu."
"Ngomong di chat maksudnya?"
"Pengennya gitu..." jelas Kian, "Tapi, kayaknya nggak cukup kalau diomongin dari chat. Pengen gue omongin di telepon langsung."
"Haha." Disa meringis, "Penting banget kayaknya sampe harus nelepon gue segala. Lo mau ngomong apaan?"
"Lo lagi megang novelnya Dwitasari nggak?"
"Yang judulnya apa?" Disa berpikir sejenak, "Kan novelnya Dwitasari banyak."
"Tidak Pernah Ada Kita." jawab Kian singkat, "Ambil dulu, dong, novelnya."
"Buat apaan?" Disa bingung, namun dengan segera gadis itu menuruti perintah Kian, "Bentar. Gue ambil dulu. Di meja belajar gue."
Disa kemudian berjalan ke meja belajarnya. Disa duduk di bangku dekat meja belajarnya dan memegang novel pemberian Kian.
"Nih. Novelnya udah ada di tangan gue. Kenapa emangnya, Kian?"
"Coba lo buka halaman 38. Kalimat di paragraf paling akhir." Kian menjelaskan, "Terus bacain, ya."
Disa menemukan yang diinginkan Kian, kemudian Disa membaca kalimat tersebut, "Jangan sampai aku kehilangan kamu sebelum benar-benar memilikimu. Aku sudah takut kehilangan, bahkan sebelum memiliki kamu."
"Bagus kalau gitu. Gue juga takut kehilangan lo, Dis. Hehe." Kian berucap dengan suara sendu, "Suara lo enak banget kalau didengerin dari telepon."
"Oh. Jadi, kalau ngomong langsung, suara gue nggak enak, ya?" Disa berucap dengan nada sebal.
"Enak terus, kok. Langsung ketemu atau dari telepon juga." ujar Kian sembari tertawa kecil, "Udah. Gue mau bilang itu aja."
"Bilang apaan, sih, Kian?" Disa masih menyimpan rasa bingung di hatinya, "Lo, kan, nggak bilang apa-apa."
"Gue takut kehilangan lo." ucap Kian lirih.
Ketika Kian berucap kalimat tersebut, ada panggilan Whatsapp dari Kevin. Disa buru-buru menutup panggilan dari Kian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tiga Kata
RomanceDia sahabatku. Tapi, melihat kedekatan kami berdua, orang lain tidak ada yang percaya bahwa kami hanyalah teman biasa. Aku mungkin tidak menyimpan rasa apa-apa. Dia juga tidak menyembunyikan perasaan apapun. Namun, mengapa amarahnya memuncak, ketik...