Danilla tertawa menatap Disa yang tidak berdaya. Dengan cepat, Danilla menjambak rambut Disa hingga Disa kesakitan. Saking lelahnya, Disa bahkan tak mampu berteriak lagi.
Ketika puas menyakiti Disa, Danilla berucap dengan ucapan lembut, "Disa, gue tau lo kakak kelas gue, tapi gue pun tau kalau lo nggak punya sahabat selain Kevin. Sahabat deket lo cuma Kevin, lo nggak punya temen selain dia."
Disa seakan tidak mengerti maksud perkataan dari Danilla, Disa lantas bertanya, "Maksudnya apaan lo nyergap gue kayak gini? Suruh temen-temen lo itu ada sopan santunnya dikit sama yang lebih tua."
"Lebih tua?" Danilla berucap dengan nada meremehkan, "Kalau umur lo lebih tua, terus kenapa? Gue nggak peduli. Masalah kita belum selesai!"
"Gue nggak ada masalah apa-apa, ya, sama lo." ucap Disa mencoba untuk tenang,
"Sekarang, lo mending lepasin gue. Sebelum gue laporin lo ke guru BK. Gue jamin, lo bakalan diskorsing. Sehari dua hari dihukum untuk nggak masuk sekolah, ya, lumayanlah, buat nyadarin lo. Supaya lo nggak ngelakuin ini ke orang lain. Cukup gue aja korbannya."Karena merasa terancam, Danilla lantas menampar Disa. Tapi, Disa hanya tersenyum hangat.
"Kenapa lo ketawa?" tanya Danilla semakin kesal, "Ada yang lucu emangnya?"
"Segini doang cara lo nampar gue?" Disa berucap dengan nada menantang, "Gue pernah ngalamin yang lebih sakit dari ini. Jadi, jangan lo pikir gue takut sama lo dan semua temen-temen lo ini!"
Danilla lantas menampar Disa dengan keras. Seorang teman dari Danilla meminta Danilla untuk berhenti menampar Disa karena tamparan Danilla bisa menyebabkan Disa memar.
"Rencana awal kita, kan, cuma ngasih peringatan ke Disa. Bukan nyakitin dia secara fisik kayak yang lo lakuin ke dia." ucap salah seorang temannya, "Mending, lo cepetan omongan ke Disa, deh, sebelum bel sekolah bunyi. Karena, kalau kita sampe nggak masuk kelas, orang-orang lain bakalan curiga."
"Dasar bocah-bocah kebanyakan gaya! Prestasi nggak punya, kalau kelarin masalah cuma dengan cara nge-bully kayak gini." Disa tertawa geli sembari meringis menahan sakit dari tamparan Danilla, "Gue lagi nyusun kalimat di kepala gue, nih. Kalimat yang pas buat ngelaporin lo semua ke guru BK."
"Nggak akan ada yang percaya, Disa!" jawab Danilla sembari tertawa geli, "Lo nggak punya bukti apa-apa yang bikin gue dan temen-temen gue bersalah."
"Apa maksud lo lakuin ini ke gue? Emang segalanya nggak bisa diomongin baik-baik?"
"Gue udah berusaha baik sama lo dengan berusaha untuk diem selama ini..." Danilla mencoba menjelaskan, "Tapi, ternyata, makin didiemin, lo makin menggila, Dis. Gue tau, lo ngehasut Kevin buat jadi budak lo, kan. Gue nggak tau omongan apa yang lo ucapin ke Kevin sampe Kevin bener-bener terhipnotis sama lo. Kevin udah beda dari awal kita jadian. Dia cuek dan nggak pernah peduli sama gue. Gue nggak mau putus dari dia, karena dia adalah senjata kampanye gue supaya rame dan mau didengerin seluruh warga di sekolah ini. Gue mau seluruh sekolah ini milih gue untuk jadi Ketua OSIS."
"Yaelah, Danilla. Tanpa lo kasih tau pun, gue udah tau, kok, lo cuma manfaatin Kevin supaya lo menang di pemilihan Ketua OSIS." Disa menatap Danilla dengan tatapan sinis, "Cara lo sampah banget, Danilla. Emang lo nggak bisa pake cara yang halal dikit?"
Ucapan Disa sangat melukai Danilla. Danilla mengambil tumblr pink bertuliskan nama Danilla yang berada di tasnya, kemudian dia menyiramkan air di sekujur tubuh Disa. Baju Disa lantas kebasahan. Perlakuan itupun dilakukan oleh kelima teman Danilla. Mereka sama-sama membuka botol minum mereka dan menumpahkan air di seluruh tubuh Disa. Mereka bahkan tertawa geli ketika melihat Disa yang mulai kedinginan dengan wajah layu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Tiga Kata
RomanceDia sahabatku. Tapi, melihat kedekatan kami berdua, orang lain tidak ada yang percaya bahwa kami hanyalah teman biasa. Aku mungkin tidak menyimpan rasa apa-apa. Dia juga tidak menyembunyikan perasaan apapun. Namun, mengapa amarahnya memuncak, ketik...