BAB 23 - Kehampaan ini bernama Tanpamu

9.9K 1.1K 112
                                    

Sepulang sekolah, Disa langsung pergi ke toilet sekolah untuk mengganti roknya. Disa pada akhirnya mengikuti saran Kevin untuk mengganti rok yang agak pendek menjadi rok yang agak panjang di bawah lutut kaki.

Disa mengingat betapa baiknya Kevin pada dirinya. Kevin memperhatikan setiap detail tindakan yang Disa lakukan. Cara kasar Kevin ketika menegur Disa memang kadang sulit untuk ditolerir, tapi cara itulah yang bisa Kevin lakukan demi menjaga Disa.

Disa sebenarnya tersentuh dengan tindakan sederhana Kevin yang mengantarkan dompet dan rok untuk Disa, tapi mengingat ucapan Kevin yang mengatakan bahwa Disa adalah perempuan dengan hati murahan, yang hatinya bisa dibeli dengan novel. Sontak. Disa langsung kembali kesal.

Disa siap-siap keluar dari toilet, ketika mau keluar dari toilet, Disa mendengar suara seorang perempuan sedang merengek.

"Kamu, kok, nggak mau nganterin aku ke rumah, sih? Kamu beda banget. Nggak romantis lagi." ucap Danilla sambil berjalan mengikuti Kevin dari belakang.

Disa lantas mundur dari toilet dan tidak jadi keluar dari toilet. Karena Disa malas jika harus berhadapan dengan Danilla dan Kevin, jadi dia memilih untuk menunggu beberapa saat di toilet. Di dekat pintu toilet, Disa bisa mendengar percakapan antara Kevin dan Danilla.

"Mending, lo pulang duluan aja, deh." ucap Kevin menyarankan sesuatu pada Danilla, "Gue sibuk. Gue mau rencanain serangan buat nyerang SMA Perjuangan 1."

"Loh?" Danilla berucap dengan nada sebal, "Kok ngomongnya jadi pake gue-lo, bukan pake aku-kamu lagi?"

Kevin langsung berucap, "Iya. Aku keceplosan. Maaf, ya, Sayang. Kamu pulang duluan, ya. Apa mau aku pesenin ojeg online pakai aplikasi aku aja? Nanti aku yang bayar."

"Nggak mau!" Danilla masih berharap pada pacarnya, "Pokoknya aku mau pulang dianterin kamu. Mau naik motor kamu. Kita, tuh, pacaran tapi kayak orang nggak pacaran. Kamu jarang nganterin aku pulang. Kita nggak pernah akrab kayak orang pacaran. Kamu justru lebih akrab sama siapa, tuh, sahabat kamu itu. Disa, ya, namanya?"

"Kamu nggak usah ngelibatin Disa dalam hubungan kita, ya. Karena dia nggak ada sangkut pautnya!" Kevin membentak keras, "Akrab dan dekat itu, kan, proses. Nanti juga deket dan akrab sendiri, kok. Kita juga baru kenalan banget. Kalau kamu sabar jalanin prosesnya, ayo kita jalanin prosesnya bareng. Kalau kamu nggak sabar, nggak apa-apa kalau kamu mau minta putus."

Disa tersentak ketika tak sengaja menguping percakapan antara Kevin dan Danilla. Rasanya perlakuan Kevin pada Danilla berbeda jauh saat Kevin sedang tidak bersama Disa. Ketika ada Disa, Kevin selalu menunjukan kemesraannya pada Danilla. Namun, ketika Disa tak ada, mengapa Kevin sedingin itu pada Danilla?

Danilla lantas kembali berujar, "Kamu, kok, ngomongnya jadi ketus gini? Kamu, kok, jadi berubah gini, sih? Emang si Disa itu ngehasut kamu apa sampe sikap kamu dingin banget sama aku? Disa pasti nggak suka, kan, sama aku? Dia pasti nyuruh kamu buat cepet-cepet putusin aku, kan? Bener, kan?"

Disa yang menguping dari balik dinding toilet langsung kebingungan sendiri. Gadis itu berucap dalam hati, apa hubungannya gue sampe nama gue dibawa-bawa sama Danilla? Dih, aneh banget, deh, tuh, anak.

"Disa itu baik dan nggak pernah jelek-jelekin kamu. Asal kamu tau itu." Kevin menjelaskan, "Maaf, aku nggak bisa nganterin karena aku harus kasih pelajaran buat anak SMA Perjuangan 1. Mereka udah malak dan ngambilin HP salah satu siswa di sekolah kita. Aku mau rencanain pembalasan ke mereka supaya nggak ada siswa yang dipalak dan dikerjain lagi."

"Sayang..." Danilla melembutkan suaranya, "Aku nggak ngancem, ya. Tapi, kamu bakalan nyesel kalau masih terlalu deket sama sahabat kamu, si Disa itu. Aku cuma ngingetin, karena aku nggak mau ngerasain sakitnya cemburu. Aku gini karena aku sayang sama kamu."

Hanya Tiga KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang