18. Jangan Bersedih

1.5K 173 52
                                    


Waktu menguji kita dengan perpisahan,
jarak menguji kita dengan rindu,
dan air mata adalah hujan yang ikhlas jatuh di dada kita masing masing.

.

.

.

🐤🐤🐤

Sejeong merapihkan serpihan kaca yang tergeletak di lantai kamar Sehun, yang merupakan kamar Hunnie juga.

Dia menunduk agar tidak diketahui Sehun kalau air matanya kini sudah jatuh. Sejeong juga harus berhati-hati karena dia tidak ingin tangannya terluka, cukup hatinya yang terluka saat ini.

Dia memasukkan serpihan kaca dan bingkai foto yang rusak itu kedalam tong sampah tadi. Lalu dia mengambil selembar foto itu yang ada dirinya dengan Hunnie.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Dia membersihkan serbuk kaca yang menempel dikertas foto itu dengan hati-hati. Kemudian berlalu, dia ingin segera pergi dari sini.

"Tunggu...!" tahan Sehun. Seketika itu juga langkah Sejeong tertahan. Dia tidak mau berbalik kearah Sehun. Dia diam dan siap mendengarkan apa yang akan Sehun ucapkan.

"Aku harap, kau bisa melupakan Hunnie. Anggap saja kau tidak pernah bertemu dengannya. Bersikaplah wajar dan bekerjalah seprofesional mungkin!!" tegas Sehun.

Sejeong tidak menjawab.

"Dan, satu lagi... Jangan lupa tutup pintunya." kata Sehun datar, dan terkesan santai.

Sejeong kesusahan menelan salivanya. Nafasnya cepat memburu. Akhirnya dia benar-benar melangkah pergi meninggalkan Sehun seorang diri dikamar itu.

"Bagaimana bisa aku melupakan Hunnie, jika perasaan itu semakin hari semakin berkembang. Apakah aku dilarang menyukainya. Apakah dia tidak layak dicintai?" batin Sejeong, seketika itu juga dia melangkahkan kakinya dan berniat untuk keluar dari rumah mewah itu.

Dia bahkan hampir lupa, tujuan awal dia datang kerumah itu. Yaitu Vivi.. "Persyetan dengan Sehun. Tujuanku kesini hanya untuk Vivi" batin Sejeong lagi. Lalu dia berbalik arah.

Sejeong menetralkan wajahnya, untung saja dia pandai menyimpan kesedihannya. Dia tidak sampai larut dalam tangisnya, yang mengakibatkan matanya memerah. Karena dia tahu posisinya sekarang berada dikediaman atasannya. Bagaimana kalau para pelayan menanyakan perihal kondisinya. Tidak, dia akan menyimpan kesedihannya untuk saat ini.

Sejeong berusaha tersenyum menyambut Vivi yang menghampirinya. "Annyong Vivi.. Apakah kamu baik-baik saja..? Kau pasti merindukan tuanmu, bukan..? Jangan kawatir, aku akan selalu menjagamu nde.." Sejeong mengelus lembut kepala Vivi. "Kajjah, kita akan jalan-jalan ketaman kota." ajak Sejeong yang juga sudah ditunggu oleh supir yang biasanya mengantar Sejeong pulang pergi kerumah itu.

✔️ WICH LOVE  ♥ ♥ ♥ Sejeong - Sehun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang