"Sebenernya gue suka sama seseorang ...."
"Hah?!" Alea nyaris melompat dari tempat duduknya begitu mendengar pengakuan yang teramat sangat mengejutkan keluar dari bibir comel Azka. Cowok itu terlihat serius, bahkan tatapan matanya mengarah lurus ke depan, seolah-olah sedang menghitung butiran buah sawo yang menggantung di rantingnya. Buah-buah itu masih muda dan perlu beberapa waktu lagi agar bisa layak konsumsi. Ya, pandangan Azka seperti sedang membayangkan betapa manisnya buah-buah sawo itu jika sudah matang. Semacam itu. "Lo suka sama seseorang? Siapa? Apa gue kenal dia?" desak cewek itu antusias.
Azka tertegun beberapa saat menyaksikan reaksi Alea. Sinar matahari senja perlahan turun dan jatuh di wajah cewek itu. Mereka duduk berdampingan di teras dan hanya terpisahkan oleh sebuah meja kayu.
"Serius lo pingin tahu?" tanya Azka terbata. Sorot matanya jatuh pada setiap detail ekspresi yang terpancar di wajah Alea.
"Ya iyalah, Ka."
Azka menghela napas dengan tenang. Perlahan dia mengalihkan tatapan ke arah lain.
"Kayaknya lo nggak perlu tahu, deh. Nggak penting juga," tandas cowok itu dengan nada kalem.
Kening Alea langsung mengerut tajam. Lho?
"Lo mau main rahasia-rahasiaan dari gue?" protes Alea dengan mata melotot.
Namun, Azka hanya menarik salah satu ujung bibirnya dan tak menanggapi kemarahan Alea dengan serius.
"Lo bohongin gue, ya?" delik Alea kemudian. Ia merasa sedang dipermainkan oleh Azka.
Kepala Azka menggeleng.
"Gue serius, Al." Azka menoleh kembali kepada Alea dan menemukan kerutan tipis masih tercetak di kening cewek itu.
"Tapi ...."
"Gue emang beneran suka sama dia," potong Azka tanpa permisi. "Cuman gue nggak bisa bilang sama dia kalau gue sayang sama dia."
"Kenapa?"
"Karena ..." Azka mengambil napas dari sekeliling tubuhnya. "kayaknya dia suka sama cowok lain," lanjutnya.
Alea melongo.
"Gue nggak ngerti, deh. Lo suka sama seseorang, tapi ..."
"Bukannya gue udah bilang tadi, kalau ini nggak penting buat lo." Azka buru-buru memotong kalimat Alea. "Ya, kan?"
Alea terdiam. Mengunci mulut sambil memutar otaknya. Si konyol Azka sedang jatuh cinta, tapi ia tidak berani mengungkapkan perasaannya gegara mengira cewek itu suka sama cowok lain? Astaga naga!
"Itu kan baru dugaan lo, bukan hal yang sebenernya, kan?" Alea terlihat antusias membahas kasus Azka. Baru kali ini ia dan Azka bertukar pikiran seserius ini. Sebelumnya tidak pernah sama sekali dan harusnya hal semacam ini masuk dalam rekor Muri. "Bisa aja cowok itu temen deketnya dan bukan pacar, kan? Kenapa lo nggak mastiin terlebih dulu daripada menduga-duga kayak gitu? Kan dugaan lo bisa salah, Ka."
Azka tersenyum tipis mendengar pendapat Alea. Nyatanya ada sisi kedewasaan dalam diri cewek itu.
"Sebenernya siapa sih cewek yang lo suka itu, Ka? Kali aja gue kenal dan gue mau banget buat bantuin lo. Gue bisa nyari info soal tuh cewek ...."
Azka gelagapan mendengar penawaran Alea yang menyatakan kesanggupannya untuk membantu cowok itu. Padahal ia tadi bermaksud untuk menyudahi percakapan mereka sebelum berkembang ke mana-mana dan Alea mengajukan seabrek pertanyaan pada Azka.
"Beneran lo mau bantuin gue?" tanya Azka dengan sorot mata tak percaya mengarah pada cewek yang duduk di sebelah kursinya. Dan cewek itu mengangguk yakin.
"Apa cewek yang lo suka itu Raya?" tanya Alea sesaat kemudian, menebak-nebak. Bisa jadi Azka menyukai Raya, kan?
"Apa?!" Azka menjerit histeris mendengar tebakan Alea. "Raya? Gue suka sama Raya? Nggak banget. Gue paling anti sama cewek bermata minus," gerutu Azka kesal bukan main.
"Terus?" pancing Alea dengan mimik bodohnya.
"Udah sore nih, gue mau balik dulu," ucap cowok itu sambil mengangkat pantatnya dari atas kursi rotan yang berangsur menghangat, bersiap angkat kaki dari teras rumah Alea.
"Ka!" Alea bermaksud mencegah, tapi Azka keburu mengayunkan langkah sembari melambaikan tangan.
"Bye, Al!" teriak cowok itu sambil bergerak menuju tempat di mana vespa birunya terparkir, mengabaikan Alea yang hanya bisa tertegun dan tak bisa mencegah kepergian Azka.
Alea. Satu nama yang terus berputar di dalam kepala Azka sepanjang perjalanan pulang senja ini. Tidak. Bahkan jauh sebelum ini, sebaris nama cantik Alea sudah tertulis di dalam benaknya. Terkadang mengganggu, namun jauh lebih sering dirindukannya.
Azka jatuh cinta pada Alea. Itulah kenyataan yang sesungguhnya. Tapi, ada beberapa hal yang membuatnya tak bisa mengungkapkan perasaan pada Alea, bahkan pada angin sekalipun.
Sejak bertemu kembali dengan Alea setelah sekian lama, ada getar-getar aneh yang merayap di dalam dada Azka tiap menatap sosok cewek itu. Alea yang manis dan apa adanya, kadang pandai, kadang bego, dan Alea yang cuek. Azka suka semua itu, tapi sayangnya saat itu Alea sudah punya pacar dan belum lama ini mereka putus. Sialnya, Alea sedang dekat dengan seorang cowok di saat Azka berencana melakukan pendekatan pada cewek itu. Satu lagi berita buruknya, cowok itu lebih keren dari Azka.
Bagaimana mungkin ia bisa bersaing dengan cowok itu? Kepercayaan diri Azka tidak setinggi itu dan selama ini yang ia tahu, sikap Alea sama sekali tidak pernah menunjukkan sebuah reaksi ganjil. Sikap Alea tergolong biasa-biasa saja, dan bisa diartikan jika cewek itu tidak punya perasaan apapun pada Azka. Apa itu namanya cinta bertepuk sebelah tangan? Lalu apa yang harus dilakukan Azka selanjutnya? Berjuang terus demi meraih cinta Alea atau memilih memendam perasaan sendirian ketimbang kecewa, patah hati, dan berakhir mengenaskan?
Sungguh, Azka tidak tahu apa yang mesti ia lakukan setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Sayang Lo, Al! #tamat
Teen FictionAlea mencintai Kak Angga dan mempercayai cowok itu sepenuh hatinya. Tapi kenyataannya Alea hanyalah orang ketiga dalam hubungan jarak jauh antara Kak Angga dan kekasihnya. Kak Alvin, kakak Alea, marah besar dan menghajar Kak Angga untuk membalaskan...