"Oemji!"
Mulut Raya menganga usai mendengar pengakuan Alea, tentang pertemuannya dengan Kak Angga kemarin juga perihal Kak Alvin yang dijemput oleh pihak kepolisian semalam. Sedang kesedihan terlihat sangat kentara terlukis di wajah Alea.
"Beneran Kak Angga minta lo balik, baru dia cabut tuntutannya ke polisi? Kebangetan banget tuh orang. Gue jadi sebel sama dia," geram Raya sembari mengepalkan tinjunya di atas meja. Mendengar penuturan Alea saja sudah cukup membuatnya emosi, bagaimana dengan Alea yang mengalami kejadian ini? Huh!
Alea hanya menggumam pelan. Bahkan semalam ia menangis cukup lama sampai akhirnya tertidur karena kelelahan. Seperti kata Raya, Kak Angga memang keterlaluan. Harusnya ia tak pernah jatuh cinta pada cowok semacam itu.
"Gue cuma nggak nyangka kejadian kayak gini terjadi sama diri gue," tandas Alea lirih. Sepasang mata beningnya tampak berkaca-kaca.
"Yang sabar ya, Al." Raya merangkul pundak Alea dan menepuk-nepuknya pelan. "Gue yakin pasti ada hikmah di balik kejadian ini."
"Thanks, ya Ray. Lo udah banyak bantu gue selama ini ...."
"Bantuin apa?" gelak Raya. "Gue nggak pernah bantuin lo apa-apa, kok."
"Ya, seenggaknya lo selalu ada buat gue, denger curhatan gue, dan ngasih dukungan buat gue."
"Duh, jangan gitu, Al. Gue jadi tersanjung, nih," kekeh Raya geli. Jarang-jarang loh, Alea memujinya seperti ini.
"Mau gue traktir?" tawar Alea setelah menarik napas panjang sekadar menetralkan suasana hatinya.
"Traktir? Boleh dong!" teriak Raya kegirangan. "Bakso porsi dobel boleh?"
"Okay. Tapi minumnya bayar sendiri, ya."
"Dasar Alea!"
***
Dito segera mempercepat langkah kakinya ketika melihat punggung milik Alea bergerak menjauh menuju ke pintu gerbang sekolah, padahal harusnya ia pergi ke gedung olahraga karena siang ini ada latihan taekwondo. Apa Alea lupa kalau hari ini ada jadwal latihan?
"Al!"
Tangan Dito berhasil mencekal pundak Alea dan memaksa cewek itu memutar tubuhnya.
"Sorry," ucap Dito spontan ketika tubuh Alea sudah berbalik menghadapnya. Cewek itu terlihat sangat terkejut. "Aku tadi udah panggil kamu, tapi ...."
"Ada apa?" tanya Alea datar. Cewek itu terlihat berbeda, tak seramah biasanya.
"Kamu nggak ikut latihan hari ini?"
"Nggak."
"Kenapa?"
Alea terdiam. Haruskah ia bilang pada Dito, kalau sejujurnya Alea sedang berusaha menghindari cowok itu? Karena ia kecewa pada Kak Angga dan Alea enggan untuk berurusan lagi dengan cowok itu atau anggota kerabatnya, terutama Dito.
"Gue mau keluar dari keanggotaan klub," tegas Alea.
"Keluar? Kenapa?" cecar Dito terlihat kaget.
"Gue capek," dusta Alea akhirnya. Mengatakan alasan yang sejujurnya pada Dito memang mudah, tapi cowok itu bakal bertanya macam-macam padanya. Alea akan kewalahan menjawabnya.
"Al."
Suara Dito mengurungkan niat cewek itu membalik badan.
"Aku minta maaf atas apa yang terjadi sama kakakmu," ucap cowok itu terdengar tulus.
Kedua mata Alea terbelalak mendengar kalimat Dito.
"Jadi lo udah tahu semuanya?" hardik Alea dengan nada sinis. Tapi ia diam saja tanpa menjelaskan semuanya pada Alea. Dan ini membuat Alea sangat kecewa padanya.
Dito mengangguk.
"Aku udah ngomong sama Kak Angga, tapi gagal. Dia bersikeras ngelaporin kakakmu ke polisi."
"Apa lo juga tahu kalau Kak Angga bakal mencabut tuntutannya asal gue mau balikan sama dia? Lo tahu semuanya tapi diem aja. Kalian sama jahatnya, tahu nggak?"
"Aku bener-bener nggak tahu soal itu, Al. Aku memang tahu kalau Kak Angga lapor ke polisi, tapi ...."
"Udah deh," putus Alea jengah. Cewek itu enggan melanjutkan percakapan. Toh, tidak ada gunanya membahas hal itu sekarang. "Gue capek, Dit. Gue mau pulang dan tolong jangan ganggu gue lagi."
Gerakan tangan Dito yang secepat kilat menyambar lengan Alea persis saat cewek itu hendak membalik tubuh.
"Tuntutan itu sama sekali nggak ada hubungannya denganku, kamu tahu?" tegas Dito dengan rahang mengeras.
"Okay. Gue percaya sama lo. Tapi bisa nggak, lo lepasin tangan gue dan biarin gue pergi?" balas Alea dengan membalas tatapan Dito.
"Sorry." Perlahan cekalan tangan Dito mengendur.
Alea mengembuskan napas kasar lalu melangkah pergi dari hadapan Dito dengan serentet omelan dalam hati. Ia merasa dikhianati.
"Alea!"
Teriakan Dito sama sekali tak digubris Alea. Cewek itu tetap melanjutkan langkahnya tanpa sedikitpun menoleh ke belakang. Dan Dito hanya bisa merutuk dalam hati atas apa yang terjadi. Gara-gara ulah Kak Angga, rencana Dito untuk merebut hati Alea gagal total. Kalau saja Kak Angga tidak melaporkan kakak Alea ke polisi, mungkin kejadiannya akan berbeda. Alea tidak akan marah dan hubungan mereka akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Sayang Lo, Al! #tamat
Teen FictionAlea mencintai Kak Angga dan mempercayai cowok itu sepenuh hatinya. Tapi kenyataannya Alea hanyalah orang ketiga dalam hubungan jarak jauh antara Kak Angga dan kekasihnya. Kak Alvin, kakak Alea, marah besar dan menghajar Kak Angga untuk membalaskan...