Bab 34

230 6 0
                                    

"Bisa kita ngobrol sebentar?"

Alea terperangah dan seketika menghentikan gerakan sepatunya ketika tiba-tiba tubuh Dito sudah berdiri tiga jengkal di depan cewek itu. Bukannya cowok itu tadi sudah ia tinggalkan di koridor kelas, kenapa mendadak muncul dan mengagetkan Alea yang nyaris mencapai halte beberapa meter lagi?

Kening Alea langsung mengerut pertanda sebuah tanda tanya besar mendadak muncul di sana.
"Bukannya tadi gue udah bilang kalau gue capek? Gue pingin pulang dan istirahat, Dit," ucap Alea dengan wajah ditekuk. Ia hanya ingin mengekspresikan jengah yang ia rasakan pada Dito.

"Nggak bakalan lama, kok." Dito mencoba memohon sedikit perhatian Alea.

Alea memutar bola matanya ke sekeliling. Matahari yang bersinar terik memaksanya harus memicingkan kedua mata.

"Please." Suara Dito terdengar kembali. Padahal Alea sedang sibuk menimbang antara meluluskan permohonan Dito atau tidak. Tapi memang nyatanya sulit untuk menolak permintaan cowok sekeren Dito.

"Tiga menit," ucap Alea akhirnya.

Dito mengangguk senang. Upayanya berbuah manis.

"Al ...," Dito menarik napas dalam-dalam. "kamu marah nggak kalau aku bilang ... aku sayang kamu?"

OMG!

Alea tercekat bukan kepalang. Telinganya seperti baru saja tersambar petir menggelegar di siang bolong. Ia tak salah dengar, kan? Dito baru saja nembak dia, kan? Oh My God!

"Apa?" gumam Alea masih dalam suasana kaget. "Lo ... lo suka sama gue?"

"Ya," tegas Dito penuh percaya diri. "Gue sayang sama lo, Al."

Sekali lagi OMG!

Batin Alea menjerit-jerit tak keruan. Bahkan Dito yang ia kenal sebagai seseorang yang sopan dan tak pernah menggunakan istilah lo-gue, rela bilang 'gue sayang sama lo'. Duh!

Kepala Alea menggeleng pelan, berusaha mengingkari kenyataan yang ada. Bahwa Dito, cowok unyu yang lebih pantas jadi bintang iklan sabun muka baru saja nembak dia. Mungkinkah?

"Lo bercanda, kan? Lo nggak serius, kan?"

"Aku serius, Al."

Senyum canggung terbit di bibir Alea tanpa cewek itu sadari. Konyol, batinnya.

"Apa yang bikin lo suka sama gue?" tanya Alea setelah berhasil mengendalikan diri. Selama ini ia merasa biasa-biasa saja. Di SMU Harapan masih banyak cewek yang lebih cantik dan populer ketimbang dirinya, tapi kenapa Dito mesti memilih Alea? Kenapa mesti Dito?

"Jujur aku sering denger cerita soal kamu dari Kak Angga dan dari situ aku mulai jatuh cinta sama kamu. Bahkan jauh sebelum aku ketemu kamu," tutur Dito sungguh-sungguh.

Hah?

Mulut Alea ternganga. Apa hanya dari mendengar cerita tentang seseorang bisa menumbuhkan rasa cinta? Tanpa mengenal, tanpa melihat atau mendengar suaranya. Mungkinkah ada jatuh cinta semacam itu? Satu lagi kekonyolan di dunia ini. Tapi yang jelas Alea benar-benar kecewa dengan pengakuan Dito kali ini.

"Lo pikir gue bakalan percaya sama cerita kayak gitu?" Senyum sinis merekah di bibir Alea. "Jangan harap, Dit," ketus cewek itu kesal.

"Gimana kalau itu memang beneran terjadi?" pancing Dito berhasil menghentikan gerakan ujung sepatu Alea yang hendak beringsut pergi.

"Apa?" sentak Alea. "Cerita kayak gitu cuma ada di dalam novel, Dit," tandas cewek itu. Ya, Dito kan suka membaca novel. Jadi, tidak menutup kemungkinan jika ia mengambil sebagian isi novel yang dibacanya lalu memasukkan bagian itu ke dalam kisah hidupnya. Atau Dito terobsesi pada sebuah novel tertentu. Semua kemungkinan bisa terjadi, kan?

"Tapi aku beneran suka sama kamu, Al."

Agh.

Tangan Alea mengibas tiba-tiba persis di depan wajah Dito. Cewek itu melenguh pelan.

"Gue mau pulang," pamit cewek itu tak peduli ekspresi penuh harap yang ditunjukkan wajah manis Dito. Kenapa semua yang dikatakan Dito terasa palsu bagi Alea? Apa karena dia adalah sepupu Kak Angga atau Alea sedang lelah pada hubungan semacam ia dengan Kak Angga? Pasca perpisahannya dengan Kak Angga membuatnya tak serta merta langsung membuka hati.

Dito hanya menarik napas diam-diam melepas kepergian Alea dari hadapannya. Ia tampak tak ingin memaksa. Mungkin Alea butuh waktu, batinnya sembari membalik badan lalu melangkah menuju area parkir. Mungkin juga tak semudah yang Dito bayangkan untuk meraih sedikit cinta yang tersisa di hati cewek itu.

Suka sama gue? Aish, kok bisa? Dia bilang jatuh cinta sama gue dari cerita doang? Bohong banget!

Alea terus merutuk dalam hati meski kakinya sudah berhenti melangkah. Cewek itu sampai di halte yang detik ini nyaris kosong ditinggalkan penghuni setianya. Hanya Alea dan seorang cewek berkacamata yang tampaknya sedang menunggu jemputan.

Selama ini Alea tak pernah menganggap Dito lebih dari seorang teman. Melupakan Kak Angga begitu saja memang belum bisa dilakukan sepenuhnya oleh cewek itu, tapi bukan berarti ia akan menutup rapat-rapat pintu hatinya. Tapi kenapa mesti Dito? Dito kan sepupu Kak Angga.

Alea menggeleng kuat-kuat untuk mengenyahkan bayangan Dito dan Kak Angga dari kepalanya. Tidak, batinnya menolak. Mestinya tidak seperti ini.

Untung saja bus yang Alea tunggu lewat beberapa detik kemudian. Menyadarkan cewek itu kalau ia harus bergegas angkat kaki dari halte.

Gue Sayang Lo, Al! #tamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang