01| About Him, Me, and Us

110K 7K 2.9K
                                    

Halo ketemu lagi.

Anyway, HAPPY NEW YEAR! 2020! Sending my heartiest new year wish for you all! 🥳

Yep! Di tahun ini tepat tanggal 1 aku bawa cerita baru sesuai janjiku. Semoga suka dan jatuh hati dengan semua yang ada dalam cerita ini.

Jangan lupa bantu share, komen, dan post di instastory kalian yaaa. Aku mau liat antusiasnya. Tag aku di @idybooks

Happy reading!

.
.




Akhirnya aku menikah.

Aku dinikahi Jeon K. Kalinsky tepat di hari ulang tahunku yang ke-27. Sedangkan usia Jeon hampir menginjak 37 tahun. Age gap-nya lumayan jauh. Walaupun begitu, Jeon membebaskanku untuk memanggilnya dengan sebutan oppa atau namanya saja.

Omong-omong, namaku Shin Runa.

Percaya atau tidak, dia melamarku setelah pertemuan kami yang ketiga.

Terkejut? Aku juga. Jeon berani melamarku padahal kami belum kenal lebih dekat.

Bercanda? Jelas tidak.

Lalu kenapa aku menerimanya begitu saja? Hmm, kurasa tidak ada alasan esensial. Sesuai kata hati. Ibuku berpesan jangan abaikan intuisi.

Oh! Tunggu dulu! Aku baru ingat. Ada insiden besar yang mempertemukan kami. Ada kisah lain dibalik hubungan ini.

Um, sebetulnya Jeon itu—

Ah, sudahlah. Kurasa waktunya belum tepat. Mungkin lain waktu kita punya kesempatan yang lebih bagus.

Dan setelah nekat melamarku dengan cara yang tidak biasa, dia juga sering datang berkunjung ke rumah. Aku bisa menangkap arti kesungguhannya.

Alasan lain mengapa aku menerimanya karena sebagai penulis naskah film aku tidak punya banyak waktu menikmati kencan normal. Kurasa alasan ini juga sama terjadi pada Jeon.

Kami memiliki persamaan karakter; workaholic. Persamaan inilah yang membuat kami terasa cocok.

Sebelumnya, aku juga tak tahu kalau Jeon memiliki angka kekayaan yang tidak pernah kuperkirakan. Maksudku, mobil-mobil di garasinya seperti kumpulan babi (hanya sebagai pemanis).

Kolam pemandiannya bagaikan wisata bawah laut. Dia punya simpanan harta tak terduga. Kapasitas rumahnya juga tak tanggung-tanggung. Jeon mungkin bisa menernak puluhan sapi dalam mansionnya tanpa harus mengkhawatirkan lahan. Aku bahkan harus mengahapal denah rumah selama dua hari dan itu masih belum cukup. Terlalu banyak spot yang belum kukunjungi.

Kekayaan bagi Jeon layaknya pakaian; pelengkap badan. Semua mata yang menatap tidak bisa berbohong bahwa Jeon adalah kaum elit.

Wajar. Semua ini pantas Jeon dapatkan setelah aku tahu kisah di balik pengorbanannya.

Di titik ini Jeon dikatakan berhasil berkat menekuni perdangangan multinasional sejak berusia 18 tahun setelah lulus kuliah.

Normalnya, masa kuliah berada di rentang usia 17 atau 18, akan tetapi Jeon lompat satu tahun lebih unggul. Dua tahun berikutnya, dia menyelesaikan studi Matematika dan Ilmu Komputer lalu mulai membangun bisnisnya sendiri. Biarpun temannya berusaha menjodohkannya dengan berbagai wanita, Jeon berhasil menghabiskan sebagian besar usia awal dua puluh tahunnya untuk merampungkan pascasarjana dan disertasi* dengan gelar mendekati sempurna, lalu kembali berfokus pada bisnisnya.

(Tingkat kuliah S2 & S3)

Kini, kerja kerasnya diganjar beragam penghargaan. Hingga saat ini, wartawan mencari namanya bagai Vampir haus darah. Nama Jeon menjadi sesuatu yang menarik minat media massa. Portal berita Asia bukan lagi sandaran bagi namanya. Bisnis dunia adalah panggung tempatnya bermain. Berita mingguan TIME sudah meliris namanya belasan kali.

OcéanorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang