03| Let's Talk Pregnancy

42K 5.9K 2.6K
                                    

Yang mau baca follow akun wattpadku. Jangan jadi pembaca gaib. Jangan lupa vote, komen, dan masukkan ke reading list supaya notif update muncul.

-Mature Content-

— — —


Sesampainya di kawasan taman Bundang-gu segera kuparkirakan mobil bergabung dengan kendaraan milik artis dan beberapa staf produksi.

"Akhirnya datang juga," Sutradara Bong merentangkan tangan lebar-lebar begitu melihatku.

Berbeda dengan sutradara kebanyakan yang galak dan sulit bergaul, sosoknya yang hangat dan terbuka pada semua orang membuat siapa pun mudah nyaman. Andai boleh jujur, beliau memang berlebihan sekaligus menyenangkan.

"Lho, syutingnya belum dimulai?" tanyaku memperhatikan sekeliling yang masih sibuk bersiap-siap.

"Tentu saja belum," sahut Sutradara Bong merengut, lalu membetulkan letak kacamatanya yang merosot. "Artis utama kita justru terlambat."

"Siapa?"

"Se Jin Ah—peri sejuta umat," canda sutradara.

Aku terkikik. "Di mana dia?"

"Masih dirias."

Aku mengangguk singkat mendengar penjelasannya. Syukurlah kalau bukan menungguku. Jika ternyata benar, aku akan merasa berdosa pada semua orang di sini.

Lalu entah dari mana, seorang kru pria melintas membawa tongkat panjang membungkuk ramah padaku, dan aku membalasnya dengan gerakan serupa sembari menebar senyum.

"Eonni!"

Refleks aku berpaling ke sumber suara. Seorang gadis berdiri di depan tenda rias dan berlari mendekat. Dialah Se Jin Ah.

Se Jin Ah langsung bergelayut manja di lenganku dan menyandarkan kepalanya di bahu kiriku.

"Eonni sudah sampai sejak tadi, ya?" tanyanya dengan suara polos.

Se Jin Ah adalah gadis yang akan memerankan masa kecil pemain utama. Parasnya yang cantik membuat siapa pun mudah luluh. Maka dari itu Jin Ah dijuluki peri sejuta umat. Belum lagi tubuhnya yang memang ditakdirkan kecil dan langsing membuat banyak orang terkesima dan iri.

Sepertinya Tuhan sedang good mood saat membuat Jin Ah dalam kandungan. Sayangnya anak ini lebih memilih berakting daripada melanjutkan kuliah.

Bola mataku berputar ke atas, pura-pura kesal. "Kau datang terlambat."

"Maafkan aku, Eonni. Kesalahan ini tidak akan kuulangi." Jin Ah membujukku.

"Saat pembacaan naskah pun bilang takkan terlambat. Sulit dipercaya."

Wajahnya berubah sendu. Tiba-tiba dia menggenggam erat kedua tanganku di depan dadanya. Lalu dengan mata berbinar bak anak kucing ia mentapku, "Eonni, aku janji, benar-benar berjanji akan berjuang mati-matian memerankan karakter naskahmu yang mengagumkan. Aku tidak akan pernah membuatmu kecewa."

Aku mengangguk seraya mempertahankan diri agar tidak tersenyum luluh. "Sebaiknya kau sampaikan permintaan maafmu juga pada sutradara." Daguku bergerak menunjuk sutradara Bong yang masih berada di antara kami.

Bukannya meminta maaf sesuai arahanku, Jin Ah malah mengeluarkan jurus maut berupa aegyo beserta tanda hati di kedua jari. "Aku mencintamu, Gamdog-nim."

Sontak Sutradara Bong menunjuk Jin Ah lurus-lurus menggunakan gulungan naskah. "Anak ini! Sudah sana cepat ambil posisi. Kalau sampai terjadi NG, gajimu kupotong."

OcéanorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang