23| All Rivers Run to the Sea

34.4K 4.9K 3.6K
                                    

"Mana hadiah kami?"

Cecilia menodongkan kedua tangannya padaku.

Saat ini sudah ada tujuh orang yang menghadangku di pintu masuk. Alexandra dan Cecilia menjadi orang paling dewasa diantara ketujuhnya.

Sempat kulayangkan tatapan satu persatu pada semua anak itu. Menyelidik apa yang mereka harapkan dariku.

"Hadiah?"

"Tidak mungkin lupa, kan?" Raut wajah Cecilia melunak.

Aku memasang mimik bingung. "Lupa apa?"

"Paman J belum memberi tahu?" sambar Dean. Wajahnya kelihatan kesal.

"Tentang apa?" Aku dan Dean saling tatap.

"Besok kita semua berpisah." Seorang keponakan laki-laki yang kulupa namanya mengendik. "Pertemuan keluarga hanya diadakan setahun sekali, maka sudah tradisi yang tua meninggalkan sesuatu berkesan untuk kami, orang-orang muda."

"Suamiku tidak memberitahu apa-apa tentang ini."

"Masa?" tanya Yoshio Chow, kakak Miso yang usianya sembilan tahun. Ia melipat tangan dengan congkak. "Terus hadiah kami bagaimana?"

Aku meringis tak enak hati. "Aku belum mempersiapkannya."

Yoshio berdecak. "Kalau begitu percuma ada keluarga tambahan. Sekarang bibi Runa pun tidak bisa memberikan apa-apa," cecarnya.

Anak perempuan di sebelah Dean ikut berdecak malas-malasan. Usianya setahun lebih tua dari Yoshio. Fitur wajahnya sangat pribumi Indian dengan frekles di sekitar tulang pipi putih-kemerahan. Rambut pirangnya dikuncir kuda, menyisakan poni tebal-ikal perpotongan kiri yang menjuntai melebihi dagu. Busana anak itu dari pundak hingga kaki punya nilai jual fantastis; mantelnya berwarna pink kalem sepanjang lutut, dihiasi pita putih pada bagian kerah, Stocking tinggi transparan, dan sepatu kulit hitam dua senti mirip bangsawan kelas A. Jelas sekali sifat anak ini serupa Yoshio.

(Pribumi indian : orang Amerika)

Aku masih hapal nama anak ini yang merengek tidak suka timun sepanjang makan malam. Julia Manon. Si kecil cerewet yang telah dididik untuk beradaptasi dengan lingkungan ayahnya sejak usia empat tahun. Pewaris tunggal Vendor dan supplier perkebunan cokelat, jagung, dan pertanian unggas serta penghasil produk olahan susu bagian Amerika Serikat. Keluarganya memiliki usaha agraris dengan sistem pertanian terbaik dunia. Tunggu, kepalaku agak pusing mengingat mereka semua.

Sekarang Julia terus menatapku tanpa rasa takut sedikit pun. "Uncle J janji memberiku 0,8 persen sahamnya saat umurku tujuh belas."

Kalimatnya membuatku tercengang. "Pamanmu bilang begitu?"

"Kami sudah membangun kerja sama sejak dini. Ayahku bilang, aku harus rajin mendapatkan hati keluarga supaya pekerjaanku mudah. Beberapa tahun dari sekarang aku harus fokus pada peternakan domba dan merealisasikan segala macam jenis wol. Wol itu akan kujual dengan separuh harga untuk perusahaan Uncle J. Perusahaan Jves & Koch tentu butuh kualitas—"

"Cukup, Julia." Alexandra menghentikan. "Kita menemui bibi Runa bukan untuk menjelaskan angan masa depanmu. Simpan itu untuk keluargamu saja." Kemudian gadis manis yang lebih mirip orang Asia itu menoleh padaku. "Jadi... tidak ada apa pun untuk kami?"

"Apa suamiku sudah memberikan sesuatu pada kalian semua?" aku mengembalikan pertanyaan.

"Tentu saja!" sahut Yoshio garang. "Paman J tidak main-main dengan ucapannya. Dia juga mendapatkan satu produk terbatas Hot Wheels Cheetah Base Python langka buatku."

OcéanorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang