26. Taruhan Selesai

1.5K 71 11
                                    

"Apa lo bilang? Si buluk?"

Suara bernada berat itu membuat There dan Beni menengok ke arah belakang. Beni tersenyum meremehkan. "Iya gue bilang lo buluk!"

"Bisa diulangin?" ujar Reihan dingin.

"SI BULUK!"

There kaget, biasanya Reihan akan memukul siapapun yang mengejeknya. Tapi sekarang tidak, ia hanya diam saja. Cewek itu merasa merinding saat Reihan tersenyum sinis, lalu berkata

"Nggak ngaca? Lo jauh lebih buluk daripada gue"

Beni pun kaget. Tidak menyangka kini Reihan lebih memilih beradu mulut daripada beradu fisik. "Lo bukan cuma buluk. Tapi CACAT!" ujar Beni memancing emosi Reihan.

Reihan tidak boleh beradu fisik dengan Beni, karena ia akan lomba basket. Cowok itu tidak mau ada luka sedikitpun di badanya.

"Cacat? Kalau gue cacat, gue nggak bakal jadi most wanted sekolah. Mikir nggak sih lo?"

"Daripada lo, cuma jadi siswa nggak berguna disekolah. Nggak ada prestasi!". Kini nada Reihan sudah mulai meninggi.

"Kakak kelas kok nge bully adik kelasnya"

"Eh lo yang mulai duluan. Disini posisinya lo jadi adik kelas yang nggak menghargai kakak kelas. Ngerti nggak lo?!"

"Nggak sudi gue jadi adik kelas lo"

Reihan tersenyum miring. "Kayaknya lo lupa deh kalau gue anak yang punya sekolah yang lagi buat tempat belajar lo"

Beni benar benar lupa kalau Reihan adalah anak pemilik sekolahan yang ia sekolahi sekarang. "Nggak penting gue mau lupa atau nggak. GUE NGGAK PEDULI!"

Reihan hendak mendaratkan bogemnya dipipi Beni. Tapi ditahan oleh There. "Jangan Kak. Ini ditempat umum!"

Mau tak mau Reihan pun harus menurunkan emosinya. "Lo pergi dari sini atau lo mau mati!"

Beni pun memilih pergi dari tempat itu. Kini hanya tersisa Reihan dan There. "Katanya mau ada latihan basket sampai sore?"

"Udah, gue baru ikut latihan sebentar. Trus kesini nyamperin lo"

There mengangguk lalu melihat ke arah jam tangannya. Sudah sore ia harus pulang. "Kak Rei aku pulang dulu ya"

"Maaf Re gue nggak bisa anterin. Soalnya motor gue di sekolahan"

"Nggak papa Kak. Duluan ya"

"Eh Re tunggu"

"Kenapa Kak?"

Reihan dengan susah payah mengatakan hal ini. "Ayo Minggu nge date" ujar Reihan dengan cepat.

"Cepet banget bilangnya. Nggak dengar Kak"

Reihan menghela napas. "Ayo Minggu nge date sama gue". Kini suaranya dilambatkan.

There tersenyum. "Oke"

"N...n...ntar g...gue kasih tau tempatnnya"

There mengangguk lalu pamit untuk pulang.

Setelah memastikan cewek itu sudah berada jauh dari tempatnya. Cowok itu segera berjalan menuju motornya diparkirkan. Ya Reihan bohong jika motornya disekolah. "Gue terlalu pengecut. Sampai nggak berani buat nganterin lo pulang"

****

Hari ini There sudah siap dengan pakaian yang akan dikenakan untuk nge date bersama Reihan. Kini cewek itu sedang menunggu jemputan dari Reihan.

Reihan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang