17. Jaim

1.5K 67 2
                                    

"Kak sakit! ujar There kesakitan karena Reihan menariknya kuat. "Kak Reihan!"

Merasa sudah sepi Reihan melepas tarikannya. "Kan gue udah bilang jangan deketin Beni"

There mengangkat satu alisnya." Apa peduli kakak?"

"Iya gue peduli sama lo, emang nggak boleh?"

"Masalah Kak Alasava udah selesai?" ujar There mengalihkan pembicaraan

Reihan mengangguk. "Kasih gue kesempatan Re, sekali lagi"

There menggeleng. "Masalah Kak Alsava udah selesai dan sekarang Kakak minta kesempatan? Kaya ibarat udah ninggal trus seenaknya minta balikan lagi"

"There, gue minta maaf. Waktu itu Sava lagi butuh gue. Gue nggak ada pilihan lain"

"Emang Kakak pikir gue nggak butuh Kak Reihan?"

Damn!

Reihan bungkam.

"Tuh kan nggak bisa jawab, buang waktu tau nggak mending gue ke kantin"

Dengan sigap Reihan menahan tangan There.  Tapi cewek itu langsung menepisnya.  "Ke kantin bareng gue Re"

"Nggak minat" ujar There lalu langsung pergi meninggalkan Reihan.

"Kal!". There tiba tiba datang mengagetkan temannya itu.

Kalya hampir tersedak dengan makanannya. "Woy apaan lo, gue hampir nelen bakso yang belum dikunyah, monyet!"

"Yaudah sekarang tinggal dikunyah"

"Enak lo ngomong ya"

"Hehe. Gue mau cerita Kal" raut wajah There langsung berubah kecewa.

"Cerita aja. Cepetan"

"Tadi Beni bawa gue ke gudang gitu tru-"

"SERIUS? NGAPAIN?"

"Ih Kal jangan dipotong dong cerita gue"

"Hehe lanjutin lanjutin"

"Trus dia kaya nyuruh gue buat turutin maunya Beni. Nah pas itu Kak Reihan dateng nolongin gue"

Kalya masih mendengarkan cerita There.

"Tapi gue bingung harus terima dia lagi, apa dijauhin?"

Kalya baru saja menelan baksonya. "Lo jaim dulu aja. Uji Kak Reihan dia masih setia apa nggak sama lo"

"Boleh juga sih. Tapi kalo ntar Kak Reihan malah jauhin gue balik gimana?"

"Ya itu derita lo"

"Kal-_"

"Gue bilang jaim dulu. Kalo Kak Reihan jauhin lo dia emang nggak cinta sama lo"

*****

"There pulang sama gue ya?"

"Bisa sendiri"

"Re masa masih marah. Lo aja nggak makasih sama gue"

There langsung menghadap ke arah Reihan. "Makasih"

Reihan tersenyum. "Nah gitu dong. Sekarang pulang sama gue ya?"

"Nggak"

"There ayo lah"

"Kak! Aku nggak mau"

"Tapi gue mau"

"Yaudah bodoamat gue nggak mau juga"

"Bandel banget sih!" ujar Reihan dengan suara tinggi

"Trus kalo aku bandel kenapa? Aku anak Kakak?"

"Lo mantan gue"

"Ya trus?"

"Pulang bareng gue"

"Nggak mau Kak"

"Dih jaim ntar nyesel"

"Nggak bakal"

"Yaudah gue tinggal ya? Jangan nyesel"

"PD banget sih"

Setelah itu Reihan pergi dan tiba tiba mengajak Alsava untuk pulang. Reihan tertawa senang melihat wajah There yang kesal.

"Sabar There. Jaim dulu sebentar"

"Reihan papah mau bicara"

"Nggak ada waktu. Reihan capek"

"Ngelunjak kamu ya?"

"Emang nggak boleh?"

"REIHAN!"

Dengan sigap Siregar menghadang Reihan dan menunjukkan foto almarhum ibunya.

Mata Reihan langsung membulat. "Pah dapet darimana foto itu?!"

"Laci belajar kamu"

"Pah nggak sopan benget sih main ambil di laci"

"Kenapa kamu masih simpen foto dia"

"Karena cuma mamah yang Reihan punya. Dan There"




Reihan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang