29. Aku Mohon Jangan Pergi

1.7K 76 3
                                    

"Sebelah sini mba" kata suster itu sambil menunjuk tempat Reihan

There pun tersenyum dan berterima kasih kepada suster itu. Setelah itu ia kembali menatap Reihan, tangannya bergerak mengelus rambut lembut laki laki itu. "Katanya tadi kamu manggil aku. Sekarang aku disini Kak buat kamu"

Tidak ada jawaban dari Reihan, laki laki itu masih menutup matanya rapat. "Jawab Kak"

"Mungkin tadi pasien memanggil nama anda di alam bawah sadarnya. Jangan terlalu dipaksakan ya mba". Suster itu berkata sambil mengingatkan There.

There mengangguk. "Iya suster". Cewek itu menggenggam tangan Reihan. "Pasti bosen ya Kak tiduran terus disini" kini There mulai berbicara sendiri dan tersenyum sambil mengelap air matanya.

"Lebih mending Kak Rei rewel buat jelasin taruhannya itu daripada Kakak diem terus kayak gini" tangan There bergerak menyentuh pipi Reihan. "Pipi Kakak tetep halus ya. Kak, ganteng deh kalau lagi tidur kayak gini"

Cewek itu pun kembali menangis. "Kak Rei aku minta maaf. Tolong bangun Kak"

"Maaf mba ini sudah sepuluh menit. Silahkan jenguk lagi besok"

There pun tidak bisa membangkang lagi, bertemu sepuluh menit dengan Reihan saja ia sudah senang. Cewek itu pun terseyum kepada Reihan lalu melangkah dengan berat hati meninggalkan ruangan itu. "Aku pulang dulu Kak. Besok aku jenguk lagi ya"

****

"Woy! Ngalamun aja" Kalya langsung duduk disebelah There tanpa dosa

"Ish gue kaget tau nggak sih"

"Pasti mikirin Kak Rei kan? Bener kata orang memikirkan seseorang sampai lupa dengan lingkungan disekitarnya"

"Siapa yang bilang, buktinya gue masih inget makan, minum, sekolah..."

"Tugas fisika hari ini?"

There langsung melotot mendengarnya. "Emang hari ini?!"

"Tuh kan lupa"

"Buruan Kal ke kelas. Gue nyontek tugas lo ya" ujar There sambil menarik tangan Kalya untuk segera menuju kelasnya.

There pun mengerjakan tugasnya dengan secepat kilat. Semasa pelajaran, dia tidak fokus sama sekali. Ia hanya menantikan kabar dari pihak rumah sakit.

"Re ayo mau ke kantin nggak?" tanya Kalya yang sudah berdiri

There memandang bingung. "Emang udah istirahat? Sejak kapan"

"Dih lama lama lo lupa sama dunia ini" setelah mengatakan itu Kalya melenggang pergi tanpa menunggu There. Cewek itu pun hanya bisa berteriak meminta Kalya menunggunya.

Cewek dengan rambut dikepang itu sedang duduk sendiri memandang lapangan basket yang tidak ada apa apa. "Gue kangen Kak"

Ponsel There bergetar disaku roknya. Cewek itu segera mengambil ponselnya dan melihat nama yang tertera disana.

Zea.

"Halo, kenapa Ze?"

"Kak Rei kritis Kak"

Mendengar kalimat itu rasanya seperti tersambar petir. There langsung berlari menuju luar sekolah tidak peduli dengan jam setelah istirahat ini. "Sial, nggak ada kendaraan"

Tanpa pikir panjang, cewek itu pun memilih berlari dari sekolahnya menuju rumah sakit. Sepanjang berlari hatinya tidak tenang, air matanya terus mengalir deras.

Akhirnya There sampai di rumah sakit. Ia segera menuju ruangan Reihan yang sudah ada banyak orang disana. Ada Zea adik Reihan dan laki laki paruh baya yang sepertinya adalah ayah Reihan.

"Ngapain lo disini?" tanya seseorang yang tidak lain adalah Grace

"Gue mau ketemu Kak Rei. Minggir lo"

"Eh nggak sopan banget lo sama kakak kelas"

"Kak Grace udah, biarin Kak There masuk" ujar Zea melerai.

"Masuk aja Kak" tawar Zea

There pun langsung masuk dan tersenyum kepada suster di dalam sana. "Saya boleh jenguk kan sus?"

"Silahkan mba"

"Kak, aku udah disini. Tadi kenapa kamu kritis?"

There mencium kening Reihan, sambil terus meneteskan air matanya.
Tidak lama kemudian ada bunyi dari monitor detak jantung. Sudah berubah garis.

"Kak! Kak Reihan!"

Dokter dan suster segera mengangani Reihan. Tangisan There semakin kencang.

"Semuanya harap tunggu diluar" ucap dokter itu.

Zea pun merangkul lengan There dan menenangkannya. "Ayo Kak kita keluar dulu"

"Pangeran, aku mohon jangan pergi"

Reihan✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang