Empat Belas

11 3 0
                                    

Ratu yang merasa sangat akrab dengan Rani dan telah percaya kepadanya, sebelum bel masuk Ratu menceritakan semua tentang kisah Rangga.

“Gue tau, Ra. Kenapa kemarin Kak Rangga marah saat lu minta nglepasin tangan lu.” ucap Rani semangat seperti menemukan jawab TTS tersulit.

“Kenapa? Sampai sekarang aku penasaran.”

“Ya, karena ia merasa hanya elo yang dia punya sekarang. Kan abangnya udah benci terus ibunya juga udah nggak peduli. Makanya dia nggak pengen lo pergi. Oh, so sweeeeeeet.....”

Rani menghentikan ke’lebay’annya ketika tiba-tiba Pak Sadimin masuk kelas.
“Emang udah bel, ya? tanya Rani ke teman di meja belakangnya.

“Udah tadi.” jawabnya singkat dan dibalas senyum meringis oleh Rani.

-----------------------------------------------------
Ratu dan Zahra meletakkan mukena di almari masjid. Seperti biasa, mereka melaksanakan Solat Dhuha saat istirahat pertama. Selain menghemat uang saku, solat sunnah satu ini sangat mujarab untuk menyejukkan hati dan pikiran.

“Tumben ya, masjidnya rame banget hari ini.” ucap Zahra heran.

“Iya, ya. Biasanya bisa dihitung dengan ekor mata jumlahnya.”

Begitu selesai memakai sepatunya Rangga langsung berdiri dan tersenyum melihat Ratu keluar musola. Lalu ia melambaikan tangannya sambil berkata, “Assalamualaikum.”

“Pantesaaan...” ucap Ratu dan Rani bersamaan.

“Pantesan apa?” tanya Yos dan Rangga bersamaan juga.

“Pantesan rame! Ngapain juga ke musola bawa rombongan segala.” jawab Ratu sambil melihat begitu banyaknya siswi di dalam musola.

“Nggak rombongan kok. Cuma bertiga aja sama Aldi dan Yos. Tobat nggak harus nunggu tua, kan?”

“Tuh rombongan, gerombolan cewek yang sedang action di dalam musola sambil pake mukena.” jawab Ratu.

“Oh, jadi kamu cemburu. Karena takut aku tertarik sama mereka.” jawab Rangga sambil menaikkan alisnya.

“Siapa juga yang cemburu? Cuma risih aja ngelihatnya. Ke musola cuma mau cari perhatian aja.” ucap Ratu gugup.

Sedangkan Rangga tersenyum bahagia karena baginya cemburu berarti takut kehilangan.

“Permisi kak. Mau pakai sepatu dulu.” lanjut Ratu sambil menunduk untuk berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Okee.. nanti aku jemput di kelas kamu saat istirahat kedua. Kita makan siang bareng.”

“Nggak usah kkh..” balas Ratu yang terhentikan karena melihat Rangga langsung pergi. Yang berarti ucapannya tadi tanpa ada penolakan.

“Ya udah, Ra. Gapapa lagi, harusnya tuh bersyukur bisa makan bareng cowok idola sekolah.” ucap Rani sambil tersenyum.

“Bilang aja biar kamu bisa modus sama Kak Aldi. Iya kan?”

“Oh... jadi kamu ngajak aku nih nanti? Dengan senang hati gue bakal nemenin lo.” balas Rani senang.

“Dasar!”

----------------------------------------------------
Jumlah RAY FC bertambah drastis sejak istirahat pertama tadi. Karena cowok idola sekolah mereka solat Dhuha.

Akan tetapi saat istirahat kedua saat ini, mereka patah hati hebat manakala melihat di depan ketiga cowok idola sekolah terdapat dua cewek. Yang tak lain, hanya cewek biasa yang sama sekali tidak terkenal, Ratu Disya Az-Zahra dan Dewi Anggraeni.

Merasa diperhatikan banyak orang, Ratu merasa risih dan nafsu makannya hilang. Sedangkan sahabanya makan lahap sambil curi-curi pandang ke Aldi.

“Dimakan dong. Santai aja. Kamu harus terbiasa kalau makan sama aku.”

“Hmm.. nggak deh kak. Ratu mau kelas saja.” ucap Ratu lalu berdiri.
Otomatis Rangga mencegah dengan menarik tangan Ratu.

Jatung Ratu hampir copot, tapi bukan  karena tangannya ditarik oleh Rangga.

Melainkan suara, “Aaaaaaa...” suara yang bersumber dari ruangan kantin, yang tak lain adalah jeritan para RAY FC.

Ratu hanya bisa melihat sekeliling. Bingung mengapa sebegitu hebohnya saat Rangga menarik tangannya. Akan tetapi, hal itu justru membuat kantin semakin heboh dan cibiran langsung terdengar bersahutan.

Ratu hanya bisa menunduk pasrah. Ia benci menjadi pusat perhatian. Sedangkan hatinya terasa miris.

Seburuk itukah Ratu sehingga banyak siswi yang tidak suka jika Rangga berpacaran dengannya.

Rangga yang takut Ratu akan menangis karena ia paham benar bahwa gadisnya itu mudah nangis juga mengingat beban hidupnya sudah berat, beralih mengambil mangkuk soto milik Ratu dan menarik tangannya untuk keluar dari kantin yang semakin gemuruh itu.

Sedangkan Rani mau ikut berdiri ditahan oleh Yos.
“Di sini aja.”
“Tapi, Ratu..” balas Rani yang takut Ratu kenapa-napa.

“Aman, ada Rangga kok. Habisin makan lu, gue temenin kok.” jawab Yos dengan tersenyum.

Masyaaa Allah... Mungkin ini ya yang namanya rejeki anak sholehah. Gak bisa sama Kak Aldi, Kak Yos pun jadi.

Teriak Rani dalam hati dengan perasaan berbunga-bunga.

“Hm.. iya kak.” ucapnya singkat lalu melanjutkan makannya.

Melihat Rangga sudah punya cewek, Yos merasa ‘sendiri’ dan ia memutuskan untuk tidak mau kalah.

Kalo sama sohib aja setia, sama pacar juga pasti setia. ucap Yos dalam hati sambil memandangi Rani yang dengan lahap makan bakso di depannya.

Rangga membawa Ratu ke lapangan indoor sekolahnya yang sedang sepi karena semua pada istirahat di kantin.

“Dimakan dong, Ratu. Keburu bel. Kan belum Solat Dhuhur.”

“Iya, Kak. Makasih.” Jawab Ratu dan segera memakan sotonya yang hampir dingin. Sedangkan Rangga, fokus memandangi Ratu.

“Lo, Kak Rangga nggak makan?”

“Lagi nggak lap...” jawab Rangga terhenti karena tiba-tiba sendok berisi lontong soto itu berada di hadapannya.

“Dikit aja, Kak. Lumayan buat ganjel perut.” ucap Ratu sambil menyuapi Rangga. Sedangkan Rangga sedikit salah tingkah yang tiba-tiba disuapi oleh orang selain bundanya. Dan otomatis telinganya merah padam.

Lucu juga, seorang idola sekolah telinganya merah saat salah tingkah, batin Ratu sambil mengunyah sotonya.

Ratu, hanya kamu yang memandang dan memperlakukanku dengan cara yang berbeda dan selalu melakukan hal-hal di luar dugaanku. Tiba-tiba menyuapi, tiba-tiba mengobati luka di siku tanganku dengan daun berjari lima, yang entah namanya apa. Membuatku semakin tidak mau kehilanganmu.

(Hope) One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang