Enam Belas

9 4 0
                                    


Sebelumnya, Ratu selalu pulang pergi sekolah naik angkot. Ia harus bersabar walau harus menunggu lama datangnya angkot. Ia harus bersabar dengan suasana sesak di dalam angkot. Kesabaran yang tak lain karena motivasi ‘oneday’nya.

Dia yakin bahwa ketika ‘oneday’ nya datang, ia tidak perlu naik angkot yang sesak dan panas ini. Sesuai dengan janji-Nya balasan orang yang sabar tidak ada selain kemudahan dan kebahagiaan di hari esok.

Finally, mulai tadi pagi sampai seterusnya, Ratu tidak lagi naik angkot melainkan dijemput Rangga untuk berangkat dan pulang sekolah bersama. Dan Ratu mulai terbiasa dengan perubahan itu. Termasuk, makan siang semeja dengan cowok idola sekolah.

“Terima kasih ya, Kak Rangga udah dianterin sampai rumah.” ucap Ratu setelah menyerahkan helm ke Rangga.

“Iya. Itu kan sudah jadi kewajiban aku ke pacarku.”

Spontan terlihat semburan merah di pipi mulus Ratu.

“Eh, by  the way. Masa aku terus dipanggil ‘kak’, Kapan nih dipanggil ‘ayang’.” lanjut Rangga seolah belum puas melihat Ratu tersipu olehnya.

Sebaliknya Ratu yang belum pernah merasakan ini sudah tak tahan. Tanpa balasan ia langsung masuk ke lorong yang menuju rumahnya. Rangga geli melihat tingkah Ratu yang tiba-tiba nyelonong.

“Eh, Ratu! Assalamualaikum.” salam dari Rangga sedikit berteriak supaya Ratu bisa mendengar karena jaraknya yang semakin jauh.

Dari depan pintunya, Ratu membalas salam Rangga dalam hati lalu mengibas-kibaskan tangannya di depan muka semunya. Ia sangat salah tingkah dengan ucapan Rangga.

Tiba-tiba, “Drttt..ddrttt..”. Suara getar dari sakunya yang tak lain adalah sebuah panggilan masuk.

“Angga?”
Kenapa dia bisa tahu nomor hpku? Padahal, waktu itu ia tidak memberi nomor teleponku ke dia, tapi Ratu menyimpan milik Angga dan berjanji akan menghubunginya begitu sampai di rumah. Tapi, jajinya itu terabaikan akibat kekuwatirannya ke Kak Rangga yang tak ada kabar setelah dari Surakarta.

“Haloo? Ratu?” suara dari lawan telepon.

“Oh iya, ada apa, Ga?” jabaw Ratu terbuyar dari lamunannya.

“Ini aku sudah sampai di Surabaya. Kamu bisa nggak nemenin aku cari apartemen?”

Oh iya, kan Angga mau kuliah di ITS.
“Iya-iya. Bisa kok. Kamu tunggu di halte deketnya ITS ya? Lima belas menitan lagi aku kesana. Ini baru pulang sekolah. gimana?”

“Iya deh. Bye.” Tiba-tiba Angga menutup teleponnya tanpa salam, tidak seperti Rangga.

Ngapain juga aku banding-bandingin mereka, ya? tanya Ratu dalam hati, bingung dengan dirinya sendiri.

--------------------------------------------------------
“Assalamualaikum.” salam Rangga begitu masuk apartemen abangnya.

“Darimana aja lo? Dapet apa lo berangkat pagi pulang malam setiap hari?” tanya abang Rangga dengan nada meremehkan.

“Sejak kapan salam balesannya sepanjang itu?” jawab Rangga dan berlalu ke kamarnya.

--------------------------------------------------
Di dalam kamarnya, Rangga terlentang sambil melihat langit-langit kamarnya. Meski kosong tanpa hiasan dan hanya dicat poles dengan warna putih, dalam imajinasi Rangga seolah penuh warna yang indah. Karena bisa dibilang moodnya sangat baik hari ini. Bahkan bisa disebut terindah. Ini terjadi sejak ia bertemu dengan Ratu. gadis yang terlihat biasa tapi luar biasa menurut Rangga. Dan mungkin hanya satu di dunia ini.

Just only one, Ratu.

Bayangan indah itu tiba-tiba hilang ketika seseorang masuk kamarnya tanpa permisi.

“Woi! Malah enak-enakan terus lo. Gak inget apa lo udah kelas tiga! Bentar lagi ujian sekolah, ujian nasional, sama ujian praktek dan lo masih gini-gini aja. Gak ada usaha sama sekali.” rentetan omelan kasar dari Ricky, abang Rangga. Namun, tak ada sahutan dari dari lawan biacaranya.

Hal itu, membuat Ricky semakin jengkel lalu menambahkan dengan tatapan meremehkan, “Oh iya, kan anak IPS. Mana ada ujian praktek.”

Di sinilah batas kesabaran Rangga. Tanpa balasan langsung mendorong abangnya yang menghalangi jalan kamarnya langsung pergi ke tempat yang bisa melegakan hatinya yang saat ini terasa penuh. Ia memutuskan untuk pergi ke rooftop apartemenya.

Anginnya terasa semilir menyejukkan. Meski tak mengobati kekecawaan dan luka hatinya tapi sedikit melegakan. Namun, ketenangannya hanya bertahan sementara. Karena masalah baru yang lebih melukai hatinya baru saja datang

(Hope) One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang