Dua puluh

15 3 0
                                    

Waktu terasa begitu cepat. RAY FC tidak menjadi surut. Justru semakin berkobar akibat para idola sekolah dinilai tambah plus-plus setiap harinya.

Seperti pagi ini, mereka bertiga kompak memakai kaca mata di hari pertama ujian. Ada kesan 'cute' tapi  terlihat cerdas dan semakin keren. Seragam yang digunakan pun sangat rapi dan sesuai aturan.

Tak ada lagi kebrutalan  yang biasa ia ciptakan untuk meramaikan suasana. Idola sekolah saat ini sangat cocok dijadikan idola. Rajin, rapi, pintar, dan tampan pastinya, sempurna sudah.

"Seru juga ya pake kacamata kayak gini. Semakin berasa jadi cowok pintar." ucap Yos bangga sambil menanggapi selamat pagi dari fans-fansnya.

"Sori ya, Yos. Kalau gue udah biasa keliatan pinter." jawab Rangga santai.

"Halah... Sama sama cuma keliatan aja. Gak pinter beneran kayak si Aldi noh." balas Yos sambil menggepuk pundak Rangga keras.

"Aduuh... Sakit woi! Santai dong."
Sedangkan Aldi hanya tersenyum dengan tingkah kedua sobatnya yang sangat setia. Namun, tiba-tiba ada yang mengusik pikirannya.

"Ga, gimana kabar Ratu? Lu udah gak pernah cerita lagi tentang dia lagi kayak dulu?"

"Iya lu tuh, Ga. Dulu aja ratu jadi topik kebanggaan lu. Setiap hari, setiap saat Ratu, Ratu terus yang diomongin. Ratu yang lucu lah, Ratu yang polos lah, Ratu yang takut kecoa lah. All about Ratu." oceh Yos panjang lebar menimpali Aldi.

"Ratu kembali kayak dulu lagi. Istirahat pertama ke mushola istirahat kedua kekantin. Tetep aja sama Rani kemana-mana.  Bedanya udah ada cowok lain yang antar-jemput dia." jelasnya lengkap.

"Apal banget, Ga. Ternyata lu tetep perhatian ya. Padahal kan udah sebulan putus." goda Aldi.

"Apaan sih, gue cuma sekedar tau."

"Sekedar tau, apa cari tau nih? giliran Yos menimpali.

Sedangkan Rangga merasa tersudutkan karena terciduk memperhatikan Ratu secara diam-diam setiap hari.

Sejujurnya, Rangga masih belum rela melepaskan Ratu. Tapi, gimana lagi Ratunya seolah biasa meski berpisah dengannya. Bahkan dengan mudahnya berpindah ke lain hati.
Tapi, semakin banyak tekanan ini, Rangga semakin dewasa. Jika tidak berpikir dewasa, mungkin ia yang sudah merebut kekasihnya itu sudah diajar habis-habisan.

Dengan sekuat tenaga, Rangga menahan perasaan ini, mengontrol emosinya, dan membangun jiwanya. Agar cukup hatinya yang terluka, fisiknya jangan juga.

"Kalau lu memang belum bisa nglepasin dia, lu perjuangin dong, Ga?" nasihat Aldi yang seolah memberi secelah kesempatan.

Rangga berhenti di salah satu bangku panjang depan kelasnya, "Entahlah. Gue gak yakin bisa membawanya kembali. Dia itu kayak Dewi yang mana bisa jadi milikku seorang."
Tak biasanya Yos tidak mengomentari ocehan Rangga kini sangat terkesan mellow alias mengenaskan.

Sedangkan Aldi hanya diam, tidak bisa memberi usulan. Karena ia tahu kalau Rangga bukan tipe cowok yang mudah tertarik dengan cewek. Bahkan, ini adalah pertama kalinya Rangga tertarik dengan lawan jenis, setaunya. Semenjak ia kenal tiga tahun yang lalu.
-----

(Hope) One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang