Dua puluh tiga

21 3 0
                                    

"Oh iya. Kak Rangga kan tadi ujian terakhir. Apa rencana Kak Rangga ke depan?" tanya Ratu membuka pembicaraan setelah sampai di pinggir sungai.

Awalnya Ratu ragu ketika berhenti di tempat yang sepi alias jauh dari keramaian. Ternyata setelah masuk gerbang, ada taman yang indah serta ada lampu-lampu di pinggir sungai yang tenang dengan tempat duduk yang disetel untuk dua orang.

"Aku kuliah sambil bisnis sendiri." jawab Rangga datar seperti masih mengambang ucapannya.

"Kakak emang nggak lagi fokus UTBK?"

"Nggak, aku masuk lewat jalur prestasi."

Namun Ratu hanya menatapnya dan menunjukkan tanda tanya besar.

"Apa lagi selain basket yang aku bisa. Waktu itu, timku dapet juara umum. Lumayanlah, langsung dapat respon positif dari univ."

"Alhamdulillah... Oh iya, terus bisnis mandiri apa yang mau kakak bangun?"

"Gak tau."

"Ha?"

"Aku bingung, Rat. Padahal aku udah sewa tempat. Udah mulai bisa ditempati bulan depan."

"Terus, Kak?"

"Aku masih belum punya inspirasi."

"Kak, kakak pernah bilang kalau bundanya kakak suka batik kan?" tanya Ratu sambil menerawang.

"Gak usah ditanya lagi. Udah hektaran kain yang udah bundaku batik sejak ayah meninggal. Terus sama eyangku disimpan, katanya sayang. Soalnya katanya sih bagus batik buatan bunda."

"Naaah... Itu kak, kan bisa kita manfaatin." jawab Ratu dengan bangga.

"Tapi, Rat. Batik itu udah banyak. Yaa cuma gitu-gitu doang. Pasti gak bisa jamin." balas Rangga ragu.

"Nah. Makanya itu kak. Yang harus dilakukan adalah INOVASI." sambil menekan kata terakhir.

"Maksudnya?" Rangga mulai tertarik dengan ide Ratu.

"Kita harus buat yang beda, Kak. Misalnya batiknya itu khusus buat fashion remaja."

"Mana mau remaja pake batik, Ratu? Kaya nenek-nenek dong pake batik. Atau mak-mak rempong."

"Duuuh... Kak. Fashion remaja itu yang tau juga anak remaja. Nah, kita sebagai anak remaja itu kuncinya untuk menarik khalayak remaja lain."
Rangga tidak percaya dengan ide Ratu. Dia sangat kagum dan tak pernah terpikirkan olehnya.

"Ratu punya rahasia kak."ada

"Apa-an?"

Ratu mendekatkan mulutnya ke telinga Rangga lalu berbisik, "Selain Ratu bisa buat kerajinan tangan, Ratu juga bisa desain baju."

"Beneran?" tanya Rangga semakin kagum.

"Yah, sementara ini cuman jadi hobi. Tapi sepertinya setelah ini bisa dikembangkan deh kak. Sama dipraktikan langsung."

"Serius?"

Ratu mengangguk, "Bahkan, Ratu udah banyak koleksi desainnya. Kayaknya bakalan cocok deh buat konsep ini."

"Yaudah, yuk ke rumahmu. Aku udah penasaran nih."

"Tuh kan, Kak Rangga 'tuman'. Kalau ada maunya pasti nggak sabaran. Selalu maunya sekarang. Kalau kata orang Jawa nih, 'sak dek sak nyet'."

"Hehehe... Harap maklum dong. Iya juga ya, udah jam sembilan lewat. Aku antarin pulang yuk, besok kita lanjutin lagi.".

Ratu tidak menjawab namun meraih tangan Kak Rangga. Untuk pertama kalinya Ratu duluan yang mengganggam tangan laki-laki itu.

Rangga tidak bisa melepaskan pandangannya dari tangannya yang sekarang sedang digenggam pujaan hatinya. Malam itu, sungguh manis baik untuk Rangga maupun Ratu. Mereka bahagia bahkan dengan hal yang sesimpel apapun itu.

(Hope) One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang