Dua Puluh Lima

13 2 0
                                    

"Ratu" panggil Rangga kepada Ratu setelah masuk rumah Ratu.

"Iya, Kak?"

"Kamu beneran kan mau bantuin aku bangun bisnis aku?" tanya Rangga sedikit takut.

"Ya ampun.., Kak. Ragu banget sama ucapanku."

"Bukannya gitu, Ratu. Tapi itu kan nggak mudah. Dan lagi, akan menyita banyak waktu kamu." jelas Rangga takut Ratu salah paham.

"Waktu apa-an sih, Kak? Justru Ratu seneng. Karena akhirnya Ratu punya aktivitas baru. Nggak monoton seperti biasanya. Tunggu sebentar ya, Kak. Aku ambil design aku."

....

"Subhanallah... Ratu. Ini nggak sekedar hobi namanya. Ini tuh udah seperti designer profesional. Pake ada depan belakang lagi."

"Profesional apa-an, sih? Masih belajar kok" jawab Ratu yang selalu rendah hati.

"Emangnya sejak kapan kamu gambar ini? Kok banyak banget, bagus-bagus lagi."

"Mm.. itu sejak waktuku banyak di rumah sakit."

"Lama banget ya kamu nunggu-in mama kamu?" tanya Rangga pelan-pelan.

"Berjam-jam, Kak. Katanya sih, dokternya itu kalau pagi nge-cek yang rawat inap terus operasi baru deh yang periksa siangnya."

Kasihan banget sih, Ratu. Moga aja dokter semakin banyak. Kan, kasian nunggunya lama banget. Antri dari pagi sampai siang, belom lagi antri obat.

"Ratu, kain batiknya bunda mungkin sampainya baru tiga hari lagi. Tadi aku udah minta tolong sepupu aku buat ngirim. Tapi, ini ada fotonya. Nih lihat."

Ratu memandangi ponselku itu dengan mata berbinar. Sepertinya, konsep yang ia bayangkan sesuai dengan motif kain batiknya.

"Kak, sambil nunggu kainnya sampe. Gimana kalau kita nyiapin tokonya?"

"Terus masalah jahit gimana? Kan itu yang sulit. Apalagi kan design-nya baru dan unik."

"Biar Ratu yang nge-handle soal itu.

Namun tidak ada respon dari Rangga. Ia hanya menaikkan kedua alisnya.

"Hahaha.. Kak Rangga pasti bingung yaa? Jadi itu kak, dua pabrik besar yang mengapit rumah aku itu kan bekas pabriknya ayah. Nah, tentunya aku masih punya data tentang karyawannya. Jadi aku bisa minta tolong mereka buat yang ngejahit."

Sedetik kemudian muncul bentuk 'O' di mulut Kak Rangga.

Ratu membuka map kuning bertuliskan "Data Pegawai 2011/2012".

"Kak, gimana kalau kita ke rumahnya orang yang ini" ucap Ratu sambil menunjuk nama yang paling atas.

"Ini adalah penjahit pertama mama, yang paling mama percaya, dan paling setia sampai usaha ayah gulung tikar" lanjutnya.

"Ya udah, yuk. Alamatnya juga nggak jauh kan dari sini."

Ratu tidak menjawab ajakannya. Yang terlihat hanya senyum bahagia terlukis di wajahnya. Sepertinya petualangannya baru di mulai. Meski hanya bermodal wawasan sebatas pelajaran di sekolah dan hasil pengalamannya melihat ayahnya yang berwirausaha, sepertinya ia siap mendampingi Kak Rangga.

Makasih ya, Rat. Karena kamu mau menemaniku berjuang. Bahkan, memulai hal baru, mulai dari nol.

Kira-kira senyumnya Rangga kalau lihat Ratu, kayak gini kali yaa???

Kira-kira senyumnya Rangga kalau lihat Ratu, kayak gini kali yaa???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siapa nih yang mau jadi Ratu?

Meleleh banget nih pasti kalau aku. Hehehe 😅

(Hope) One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang