Sembilan

14 4 0
                                    

Saat membersihkan kamarnya, Ratu menemukan barang kenangannya. Sebuah tas kecil berbahan karung goni, berhias bunga kering. Kelihatan alami, sederhana tapi berharga di hati Ratu.

Ketika nenek meninggal, Ratu masih berusia enam tahun. Ratu kecil sangat merasa kehilangan. Karena kesederhanaan nenek akan menjadi kenangan tersendiri bagi Ratu.

Mamanya yang saat itu sibuk, dapat tergantikan dengan kehadiran nenek. Nenek yang selalu mengepang rambut Ratu kecil. Menemani Ratu kecil bermain seharian. Sampai menceritakan dongeng sampai Ratu kecil terlelap. Dan tak lupa di setiap momen selalu terselip pesan untuknya.

Ketika nenek meninggal, rumahnya ramai sekali orang berziarah. Almarhumah nenek cukup dikenal luas. Katanya nenek dulu merupakan tokoh yang berperan penting di desa.

Tapi, nenek tidak pernah cerita tentang hal itu sehingga sampai sekarang Ratu tidak tahu. Saking banyaknya tamu, Ratu kecil sampai tidak terurus. Mamanya sibuk meladeni tamu, ayah juga. Akhirnya tidak ada yang menemani Ratu kecil bermain.

Ratu kecil berjalan sendiri ke tempat favoritnya. Sebuah sungai yang cukup lebar tapi tenang dengan tanaman dan bunga yang tertata seperti taman di pinggir danau.

Di sanalah ia bertemu teman pertamanya, Angga.
Angga sedikit lebih besar dari Ratu. Awal pertemanannya saat..

“Lap lap (bunyi kilat). Dar... Juedaaar..” bunyi petir dahsyat dan langit langsung berubah menjadi gelap.

“Aaaaa...” teriak Ratu kecil yang sangat takut dengan suara petir.

Ratu melihat seorang bocah tengah berdiri di tepi sungai sambil membawa pancing ikan. Ratu langsung menghampirinya sebelum ada petir susulan yang mengerikan bagi Ratu kecil.

Belum sampai Ratu menghampiri bocah itu, petir susulan menyambar langit dan timbul suara gemuruh yang melebihi awal.

Otomatis Ratu lari lebih cepat dan memeluk bocah itu dengan isakan tangis hebat.

Ratu kecil yang sangat takut suata petir itu terus memejamkan mata sambil menangis dengan tangan memeluk bocah yang tidak dikenalnya.

Sampai bocah itu berkata, “Petilnya udah berhenti kok. Belhenti dong nangisnya. Nanti manisnya hilang.”
Ratu melepaskan pelukannya dan beralih menatap bocah di hadapannya.

“Telima kasih.” ucap Ratu kecil sangat tulus.

Bocah itu hanya mengangguk lalu mengusap pipi gadis di depannya dengan telapak tangan kecilnya.

Sedangkan Ratu kecil diam, ia membiarkan bocah di hadapannya menyentuh pipinya. Ia merasakan kehangatan dan ketulusan dari bocah yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Seakan Tuhan adil, setalah kehilangan nenek tersayangnya, Ratu dipertemukan orang yang tidak kalah baik.
“Nama kamu siapa?. Aku Angga.”

“Lratu.” suara khas anak kecil berumur lima tahun yang belum fasih mengucapkan 'r'

“Sudah nggak deles ujannya. Aku antal pulang ya. Lumah Atu dimana?”

Ratu kecil menunjukkan rumahnya lalu Angga mengantarkannya pulang dengan tangan saling berpegangan.

Malam itu, Ratu tidak lagi mendengar dongeng dari nenek. Tapi, ia tersenyum bahagia karena telah menemukan teman baru.

Ratu kecil berjanji bahwa ia akan melakukan apapun untuk Angga. Karena bagaimanapun ia telah menolong ia dari ketakutannya. Ratu mengenang momen indah tersebut hingga ia terlelap.

Keesokan harinya, Ratu menjalankan aktivitas seperti biasa. Ia mulai masuk sekolah TK. Hanya saja ia diantar oleh ayahnya, biasanya neneknya lah yang mengantar jemput sekolah.

Sorenya, Ratu kecil izin kepada mamanya untuk pergi main ke ‘taman surga’ dan mamanya mengizinkan. Ratu ingin bertemu Angga.

Sesuai dugaan, Angga sedang memancing di sungai itu. Sore itu, menjadi hari yang pertama bagi Ratu bermain selain dengan neneknya.

Angga sangat baik. Berhasil membuat Ratu kecil tertawa dan membuat ia terbuka dan berpikir bahwa di kehidupannya ia juga butuh teman selain dari keluarganya. Hingga akhirnya timbul rasa sayang di hati Ratu kecil.

Di umurnya yang masih tujuh tahun, Angga cukup lihai memancing. Setiap sore, Ratu kecil selalu merangkai bunga sembari menemani Angga yang hobi memancing. Entah untuk mahkota, kalung, gelang, bahkan cincin dari bunga.

Angga menyadari bahwa Ratu sangat suka bunga. Karena terlalu banyak aksesoris yang ia buat sampai menumpuk di keranjang rumahnya. Sehingga Angga ingin memberi Ratu sebuah kejutan.

Angga meminta papanya karung goni bekas karena papanya pedagang sayur di pasar. Seharian Angga menjahit karung goni itu yang tentunya mengganggu mamanya yang sedang membatik untuk diajari menjahit. Mamanya yang asli Yogyakarta memiliki bisnis kain batik di desa tersebut.

Di sore yang indah, di taman surga, Angga memberikan sebuah tas kecil kepada Ratu. Ratu sangat senang karena tas itu sederhana dan unik apalagi berhias benda kesukaan Ratu, bunga.

Tapi, sore itu merupakan hari terakhir Ratu bertemu dengan Angga. Karena begitu pulang, ayah dan mamanya sudah mengemasi barang untuk pindah ke sebuah kota besar, Kota Surabaya.

“Awwh... kecoa.”

“Ya ampuun..kecoa. Ngagetin aja.” seru Ratu kaget dan tersadar dari lamunannya.

Ia segera melanjutkan beres-beres kamar hingga ada suara ketukan pintu.

“Iya.. sebentar.” Sahut Ratu sambil berjalan menuju pintu depan.

“Waah.. terima kasih Pakdhe. Kebetulan saya lagi lapar habis bersih-bersih kamar.” seru Ratu senang mendapat bungkusan makanan dari Pakdhe.

Ratu langsung menuju ruang makan dan melahap makanannya sambil mendengarkan radio. Setelah itu, ia mandi dan tidur siang di kamar masa kecilnya.

(Hope) One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang