Sembilan Belas

12 4 0
                                    

Hari-hari berikutnya juga tidak segera membaik bahkan bisa dibilang semakin memburuk. Seluas apapun SMA Bunga Bangsa tetap saja terasa begitu sempit bagi Ratu. Karena, setiap istirahat maupun pulang sekolah Ratu selalu berpapasan dengan orang yang paling ingin ia hindari saat ini, Kak Rangga.

Meskipun, masih tetap sama. Langsung mengalihkan pandangan. Itulah yang membuat Ratu semakin geram. Hubungannya tiba-tiba jadi seperti ini. Yang indah hanya melewatinya lalu berlalu.

Untuk apa membuat janji jika hanya untuk menyanggupi lalu mengingkari?

“Ran, apa aku sudahi aja ya semua ini? Aku udah nggak tahan.” tanya Ratu  begitu ia tidak fokus belajar akhir-akhir ini.

“Terserah elu, Ra. Gue selalu dukung apapun keputusan lu.”

“Makasih ya, Ra. Kamu emang sahabat terbaikku. Kita makan siang yuk.” ajak Ratu dan menggandeng Rani ke kantin.

“Eh, Ran. Kamu pesen makanan dulu , ya? Aku mau ngangkat telepon bentar. Habisini aku nyusul.” ucap Rani begitu mendengar dering telepon berbunyi.

“Iya? Waalaikumussalam. Ada apa, Ga?”

“Jangan deh, nanti jadi ngerepotin kamu.”

Apa ini kesempatanku untuk membuka hati untuk cinta pertamaku? Angga.

“Yaudah deh, nanti jam tiga sore di gerbang depan, ya? Makasih.”
Jantung Ratu hampir copot ketika mengetahui bahwa ada Kak Rangga tepat di depan pintu kelasnya. Namun, Ratu langsung menetralisirkan napasnya dan mulai menyiapkan kata-kata  dan memberanikan diri untuk mengungkapkan perihal perasaan tidak nyamannya.

“Kak Rangga, tunggu!” panggil Ratu yang melihat Kak Rangga langsung nyelonong pergi setelah ketahuan ngintip di depan pintu kelasnya.

“Hmm?” itulah pertanyaan singkat yang ditanyakan Kak Rangga dengan wajah datar.

“Saya mau pu-tus.” jawab Ratu gugup namun spontan langsung dibalas Rangga dengan, “Oke. Baru aja gue mau bilang. Ternyata elu udah inisiatif sendiri.”

Sungguh jawaban di luar dugaan Ratu. meski Ratu menginginkan putus, tapi belum sepenuh hatinya untuk berpisah dengan Kak Rangga. Sosok yang pernah membuat lega perasaannya. Sosok yang mewujudkan satu persatu ‘one day’ nya, merasakan menjadi remaja seperti pada umunya. Juga sosok yang akhir-akhir ini membuat hati Ratu sesak karena menjauh tanpa memberi alasan.

“Ya udah, Kak. Terima kasih untuk  dua minggu terindah juga satu minggu yang terburuk.” tutup Ratu lalu berlalu menyusul Rani.

Sedikit ada penyesalan tapi ia meyakinkan perasaannnya bahwa ini adalah yang terbaik dan jujur ia lebih menginginkan bersama dengan cinta pertamanya. Mungkin kekuatan cinta pertama lebih kuat daripada cinta monyet yang hanya bertahan tiga minggu.

Sedangkan Rangga hanya bisa memandang punggung Ratu dengan rambutnya yang dikuncir kuda menjauh tanpa menoleh kembali.

---------

”Oi... oi, Raden Rangga!” teriak Yos menghebohkan seluruh isi kantin.

“Pa-an, sih. Biasa aja.” sahut Rangga risih.

“Lagian, nglamun aja. Ada apaan sih? Nggak mau cerita nih?” kini gantian Aldi yang bertanya dengan nada santai namun tetap perhatian.

“Gue baru aja putus” jawab Rangga singkat. Bagaimanapun ia tetap tidak bisa menyembunyikan rahasia dari kedua sahabat setianya.

“Appph—a?” tanya Yos spontan sambil menyemprotkan kuah bakso ke atas meja dan hampir mengenai seragam Rangga.

“Pa-an, sih?” ucap Rangga singkat lalu pergi menghiraukan tatapan penuh tanda tanya dari raut muka Yos.

“Biarin aja, Yos. Nanti juga kembali.”

“Gitu ya, kalau lagi galau.” ucap Yos yang tidak berpengalaman segala hal tentang ‘cewek dan pacaran’.

“Makanya, Yos. Cepet cari pacar biar tau rasanya gimana.”

“Gimana gue mau ngelanjutin hubungan gue. Kalau si Rangga udah putus sama Ratu. jadinya kan gue juga jauhan sama Rani nini nini.”

“Berarti takdir elu emang jadi jomblo. Wleek?” ejek Aldi lalu pergi meninggalkan Yos sendirian di bangku kantin.

Namun, tidak ada reaksi dari Yos. Justru ia diam dan mencerna ucapan Aldi barusan. Beberapa detik kemudian baru ada teriakan, “Wooii... kutu kupret emang. Gue ditinggal sendirian. Woooi.”

Seketika seluruh bola mata di kantin menatap ke arah Yos.

“Apaan liat-liat. Belum pernah liat cowok cakep lagi sendirian ya elu pada!” bentak Yos tanpa ada objek yang dituju. Semakin menunjukkan ‘sendiri’ alias ‘jomblo’. Kembali lagi, jomlo tapi keren dan emang keren, keren sekali andaikan sikapnya sedikit dijaga seperti Aldi.

-----

“Woooii! Ga, Jangan ngerem mendadak dong. Ampir aja kan kenak.” teriak Yos kaget dengan rem mendadak dari depannya.

Namun, yang diajak bicara tak menjawab justru membuka kaca helm dan memfokuskan matanya kepada satu objek. Hal tersebut membuat Yos dan Aldi juga mengikuti arah pandangan Rangga.

“Emang cewek kutu kupret. Baru aja putus tadi siang, sorenya udah semobil sama cowok lain. Emang muka nggak menjamin ya. Luarnya aja kelihatan baek-baek. Eh, dalemnye sama aja.” komentar Yos panjang lebar.

“Udah. Jangan nerocos aja. Lanjut kuy.” Aldi emang yang paling sabar dan cocok jadi penengah.

Tidak ada sahutan atau komentar dari Rangga. Ia langsung menutup kembali kaca helmnya dan melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

-----

lhasil malam ini Rangga termenung di meja belajar dengan  dagu yang berpangku tangannya. Sekarang sudah lengkap masalahnya. Ayahnya yang se-pashion dengannya sudah meninggal. Bunda yang ia harapkan kasih sayangnya bahkan tidak mempedulikan kehadirannya. Juga abang, saudara satu-satunya justru membencinya. Sekarang, gadis penyemangatnya juga ikut pergi darinya.

Sepertinya perjuangannya harus dimulai meski tanpa ada pendukung di sekitarnya. Oh, kan masih ada Aldi sama Yos. Gue pasti  bisa. Ayah, Angga akan banggain ayah. Angga bakal ngelakuin bisnis ayah. Biarpun Abang akan benci ke Angga.
---

Rangga mengambil tabungannya lalu menemui pemilik rumah toko bertingkat untuk menyewanya. Murni menggunakan uang simpanannya. Sebulan lagi, ia sudah akan mengakhiri masa SMA nya dengan ujian nasional.

Setelah itu, fokusnya adalah masuk di manajemen bisnis sambil membangun bisnis. Meski ia masih belum pasti apa yang akan ia kelola. Setidaknya, kemajuan sudah terasa. Yaitu mulai tumbuh cita-cita yang kuat. Meski cita-cita yang sangat dilarang oleh saudara satu-satunya, Bang Ricky.

(Hope) One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang