Bab 2 - Panggilan Khusus

108 8 0
                                    

"Namaku Riyanti, nama kamu siapa?" ujarnya seraya mengulurkan tangan kanannya yang disambut halus oleh tangan Dipta.

Dipta tersenyum, "Dipta Anak baru kelas 11 IPS," Riyanti tersenyum sumringah, baru kali ini ada
teman wanita di sekolahnya yang mengajak Dipta berkenalan.

"Pantesan aku baru lihat kamu, ke sana yuk lihat pertandingan basket antar kelas," ujar Riyanti menunjuk jari telunjuknya kearah lapangan, Dipta mengiyakan ajakan Riyanti.

Di jam istirahat seperti iniemanglah banyak aktivitas yang dilakukan para siswa, bahkan kantin kini sangatlah terlihat padat. Kedua temannya Gino dan Ikwal mereka entah tengah kemana namun yang Dipta yakini mereka pasti sedang mengantri di kantin melakukan kegiatan rutinitasnya.

Teriakan di balik tribun cukup terdengar riyuh, ini adalah pertama kalinya Dipta melihat pertandingan basket yang hampir mirip seperti di tv, sangat ramai. Ia duduk di sebelah teman barunya, mata Dipta menangkap Ashton yang tengah mendribble bola kearah ring bukan hanya Ashton, ia pun melihat sosok gadis yang sekarang telah menjadi pujaan hatinya.

Mata keduanya tak sengaja bertemu seketika Dipta melempar senyum, namun Kyara mengalihkan pandangannya kearah penjuru.

Kyara geram, "Dasar cowok aneh..," gumamnya namun masih bisa di dengar Dinda. "Siapa yang aneh Kya?" Dinda menengok ke kanan ke kiri, namun Kyara menggelidikan bahunya.

Sifat Kyra memang lebih banyak diam di bandingkan ketiga temannya yang lebih banyak bicara, ia jauh lebih irit. Bahkan Genk Vio CS yang sangat populer terkenal dengan genk suka membully, berulah sana-sini hampir sama dengan genk Ashton CS. Tapi, tidak dengan Kyara ia lebih banyak mengikuti saja 

Pertandingan selesai, di menangkan kelas 12 IPA tim Ashton, lambaian tangan terlihat jelas dari arah lapangan. Kyara hanya menatap sebal mendapat lambaian tangan dari Ashton di lapangan sana.

Bel berbunyi semua siswa berhamburan, berlalu lalang memasuki kelas.

***

"Mmm.. rara saya mau tanya boleh?" Dipta mengulas senyum seraya menatap Kyara yang masih tengah fokus dengan catatannya.

Kyara menatapnya namun itu hanya sekilas, kembali fokus ke catatannya, "Kemarin ada cowok kesini, dia marah-marah sama semua murid yang ada di kelas termasuk saya, dia marah gara-gara ada yang berani duduk sebangku sama kamu. Dia pacar kamu ra?" Dipta terus menyerocos bicara.

Geram mendengar ocehan teman sebangkunya Kyara hanya sekilas menatap Dipta seraya terus mencoret-coret catatannya menunjukan kekesalannya.

Dipta mengulas senyum "Maaf ya ra," masih menatap Kyara.

Kyara menatap tajam kearah Dipta, "Nama gue Kyara bukan rara!" ia terus mencoret-coret catatannya.

Dipta tidak marah, sama sekali tidak justru ia kembali mengulas senyum tipisnya. Dipta kagum baru kali ini gadis di sampingnya itu merespon dirinya. Sungguh merdu suaranya meskipun terkesan jutek, tapi Dipta tidak memungkiri bahwa Kyara bukan hanya cantik tapi juga mempunyai suara yang sangat khas merdu.

"Itu panggilan khusus saya buat kamu," Dipta masih menatap Kyara, yang di tatap balik menatap memperlihatkan kilatan mata tajamnya.

"Terserah!" Kyara kembali fokus ke catatannya.

Aneh sudah di juteki masih saja senyum seakan Dipta sangat menyukai sikap jutek dan dingin Kyara, bahkan ia sekarang telah sengaja menyenggol lengan Kyara yang tengah mencatat berhasil membuat gadis itu menarik nafas panjangnya, ia ingin sekali memukul wajah tengil Dipta.

***

Baru saja Kyara sampai di kamar kebanggaannya, ia melempar tas sembarang arah seketika ia melihat secarik kertas terjatuh ke lantai, yang ia yakini bahwa kertas tersebut berasal dari kantong tas ranselnya.

Melelahkan, Kyara merebahkan tubuhnya ke kasur berukuran king size. Kyara lelah karena Dipta selalu saja mengganggunya ia jadi penasaran dengan kertas yang jatuh dari kantong ranselnya barusan, ia memungutnya lalu membaca isinya.

Senyum..
Jangan tidak senyum, harus senyum yah. Sayang wajah cantik  kamu kalau di tekuk terus.

-Dipta.

Seketika sudut bibirnya melengkung sempurna hanya 3 detik. Kyara terdiam untuk apa, dia tersenyum meladeni isi kertas tidak jelas itu.

***

Wajib follow, vote dan komen
Jangan jadi silent reader dong
Guys!

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang