Bab 8 - Mulai Terasa

31 5 0
                                    

Pagi buta Kyara terkejut melihat kedatangan Dipta di depan rumahnya, pria itu tengah berdiri seraya tersenyum ke arahnya.

"Gue enggak mau panas! Mendingan naik mobil, udah sana lo pergi deh sana." ujarnya ketus.

Dipta senyum, "Saya akan tetap antar kamu meskipun kamu enggak mau naik motor bareng saya, tapi izinkan saya antar kamu meskipun harus terpisah saya ikutin mobil kamu dari belakang ya." ujarnya meminta dengan wajah tampannya.

Kyara mendesah pasrah, percuma jika ia melarang Dipta, ia sangat yakin pria itu pasti terus-terusan memohon kepadanya.

Setelah mengiyakan permintaan Dipta setidaknya Kyara tidak satu kendaraan dengan Dipta sesekali Kyara melihat ke arah kaca belakang mobil yang ia dapati, adalah Dipta yang sedang mengendarai motor merah tuanya.

Dipta tidak marah ataupun kecewa mendapat penolakan dari Kyara, setidaknya ia bisa mengantar Kyara walaupun terpisah. Sudah mendapatkan izin saja Dipta sudah sangat bahagia.

Dipta anggap bahwa hari ini adalah hari pertama kalinya ia bisa berangkat sekolah bersama Kyara, gadis pujaannya.

***

"Terimakasih sudah mau berangkat sekolah bareng saya, saya masuk kelas duluan ya." Kyara diam mendengar penuturan Dipta, ia bisa melihat dengan jelas rasa ikhlas di dalam nada bicara Dipta.

Hal aneh yang Kyara lihat dalam diri Dipta, pria itu tidak pernah kecewa walaupun dirinya selalu menolak apapun ajakannya atau bahkan saat berbicara ketus terhadapnya pria itu selalu menyahutinya dengan senyuman.

Tidak henti-hentinya Dipta tersenyum menyapa para siswa lain yang berpapasan dengan dirinya, di tambah dengan pagi harinya yang sangat berkesan bagi Dipta.

"Dipta," merasa namanya di panggil Dipta mengulas senyum menghampiri sumber suara.
"Hay dip,"
"Hay kamu ngapain berdiri disini sendirian?"
"Enggak ngapa-ngapain sih cuman lagi nungguin kamu aja,"
"Nungguin saya?" Riyanti mengangguk
"Sekarang kan saya sudah datang, ayo masuk kelas bareng," Riyanti kembali mengangguk, ia bingung harus menjawab apa ucapan Dipta, berada di dekat Dipta saja sudah mampu membuat jantungnya berdegup cepat. Ah! Dipta selalu berhasil membuatnya gugup.

Keduanya berjalan berdua memasuki kelas.

"Dasar pria lenje, tadi sok manis ke gue sekarang sok manis ke cewe lain!" gumamnya yang masih mampu di dengar Dinda.

"Hah lo ngomong sama siapa Kya? Cowok mana yang lo maksud barusan?" sederet pertanyaan yang Dinda ajukan, Kyara acuh tidak menanggapinya justru ia lebih memilih meninggalkan Dinda yang masih diam mematung di tempatnya.

"Kyara tungguin gue..," Dinda berlari menyamakan langkahnya dengan langkah Kyara.
"Lo kenapa sih Kyara?" masih sama hanya diam.

Akhir-akhir ini Dinda merasa bahwa sahabatnya Kyara ini sudah mulai parah, benar-benar semakin dingin sikap Kyara, ia hanya berharap sikap dingin itu secepatnya mencair.

Bruk! Kyara meletakan tasnya dengan sedikit sentakan, membuat Riyanti terkejut yang tengah menduduki bangku milik Kyara.

"Minggir lo disuruh siapa duduk di bangku gue?" nada suara Kyara naik satu oktaf.

"Maaf aku hanya numpang duduk sebentar!" Riyanti menunduk tidak berani menatap Kyara.

"Bangku lo disana, dan bangku gue bukan tempat tumpangan paham! Terus lo mau sampai kapan duduk disini hah!" Riyanti melenggang pergi, duduk kembali di bangkunya.

Dipta hanya diam melihat apa yang baru saja terjadi di hadapannya, ia ingin melerai tapi ia juga tidak ingin menambah suasana jadi kacau.

Tidak ada obrolan, Kyara hanya diam sedangkan Dipta selalu saja bersikap sok manis kepada Kyara.

Fifi sekretaris kelas memasuki ruangan menyuruh seluruh penghuni kelas untuk bergegas berganti pakaian karena di pagi hari ini jam pelajaran pertama di mulai oleh Pak Ardi selaku guru penjaskes lebih tepatnya guru olahraga.

Sungguh Kyara sangat malas berhadapan dengan terik matahari walaupun jam pelajaran di mulai pagi hari.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang