Bab 16 - Cemburu Vers. Dipta

28 4 0
                                    

Dua hari yang lalu Dipta diperbolehkan pulang dari rumah sakit dan dua hari ini juga seorang Dipta lebih banyak diam tapi Dipta masih tersenyum kepada Kyara hanya senyum, tidak ada gombalan, bahkan tidak ada lagi surat dan air mineral yang biasa Dipta taruh di kolong meja tepat duduk Kyara.

Dipta sendiri bingung dengan dirinya, ia masih mengingat jelas ketika Kyara tersenyum bahagia mengucapkan kata, 'Kak Romeo' yang mungkin sebentar lagi Romeonya akan pulang, itu hanya kemungkinan. Begitupu juga dengan Kyara yang merasa aneh dengan teman sebangkunya itu Dipta yang Kyara tahu suka menggodanya tapi sekarang pria itu lebih banyak diam.

Memang dua hari yang lalu Kyara tengah bahagia karena mendapat kabar lewat pesan chat yang dikirim Romeo untuknya pesan singkat yang berhasil membuat Kyara tersenyum bahagia yang kini berhasil mengusir rasa rindu berbulan-bulan. Tapi, sekarang Kyara dibuat pusing dengan sikap Bagaskara Pradipta.

Pelajaran biologi sedang dimulai, tugas membuat Kyara malas mengerjakan soal-soal yang di berikan Pak Adam kepada para murid disisi lain pria di sampingnya tidak mengajaknya mengobrol sama sekali, Kyara ingin memulai pembicaraan tapi dirinya malu. Sesekali Kyara melirik kearah sebelah kirinya namun tidak ada tanggapan seakan teman sebangkunya itu tidak lagi menganggap keberadaan dirinya.

***

Kantin sangat ramai tapi tidak seramai hati Kyara Anindira berkali-kali dirinya menatap ke sembarang arah hanya untuk mencari batang hidung pria yang sedari tadi mendiaminya terus menerus, lelah juga.

Vio yang menatap heran ekspresi wajah Kyara ia yakin ada yang tengah menganggu pikiran teman se genk nya ini, sesekali Vio berdecak sinis menatap Kyara namun sayang Kyara tidak menyadari tatapan sinis Vio.

"Kayaknya ada yang lagi di cariin nih!" ucapan Vio seperti sindiran bagi Kyara yang merasa memang tengah mencari seseorang.
"Maksud lo apa?"
"Lo lagi nungguin si upik abu tersayang lo itu kan?"
"Jaga bicara lo ya,"
"Enggak usah ngegas juga kali, santai aja!" Kyara menatap tajam Vio yang di balas tatapan sengit.
"Eh kalian jangan berantem, malu dilihat murid lain kita ini satu genk," kata Mila melerai pertikaian.

Kyara bangun menatap satu persatu sahabatnya, "Genk kalian bilang? Kita ini sahabat! dan sorry gue bukan budak dia paham lo semua." katanya sambil menatap tajam kearah Vio.

Kyara sudah muak dengan semua peraturan yang tidak jelas bagi Kyara selama ini dirinya selalu hanya ikut-ikutan dengan ketiganya dan dirinya paling tidak suka jika terus-terusan di pojokkan apalagi di tambah sikap Vio yang merasa meng ketuai diantara persahabatan mereka.

Ada atau tidak adanya Kyara dalam genknya Vio tidak memperdulikan tentang keberadaan Kyara karena Kyara pula populeritasnya tersingkir di sekolah.

Kyara menatap mendapati pria yang sedari tadi berhasil menganggu di pikirannya, melihat Dipta bersama gadis lain yang tengah asyik bercanda rasanya Kyara tidak suka melihat Dipta sedekat itu dengan perempuan teman sekelasnya Riyanti.

Riyanti si putri penolong Dipta saat tragedi perkelahian di acara pesta sedangkan dirinya. Kyara hanya gadis yang labil tidak dapat menentukan keputusan. Ia berjalan menghampiri keduanya yang berhasil memecahkan obrolan mereka, menatap Dipta.

"Gue mau ngomong sama lo,"
"Siapa? Saya atau..," katanya melirik Riyanti.
"Kamu Pradipta." ucapnya meraih pergelangan tangan kanan Dipta menyeretnya menjauh dari Riyanti.

Dipta yang terus di genggam tangannya hanya diam tidak tahu apakah dirinya harus senang karena Kyara menyentuhnya atau sebaliknya hanya saja sekarang Dipta risih dengan tatapan siswa lainnya yang terus-terusan menatap keduanya.

Dipta di bawah ke ruangan perpustakaan, mereka yang berada di dalam terkejut melihat Kyara yang datang dengan seseorang apalagi orang itu adalah Dipta.

Tatapan sinis yang Kyara lemparkan berhasil membuat siswa yang berada di dalam diam tidak lagi menatap keduanya. Keduanya saling bertatap langsung di balik rak buku, membuat jantung keduanya berdegup tidak karuan.

"Kamu ngapain bawah saya kesini?"
"Lo kenapa?"
"Kenapa bagaimana?"
"Kenapa lo cuekin gue terus, dari kemarin lo diemin gue terus kenapa ?"
"Saya,"
"Iya kenapa?"

Dipta menghela nafas, menghembuskan nya sembarang arah, "Minggu depan ada ulangan saya harus fokus belajar," alasan yang tidak masuk akal.
"Ulangan.. enggak masuk akal!"
"Masuk akal karena kamu, hampir setiap hari pikiran saya memikirkan kamu terus menerus jadi membuat saya kurang fokus," tuturnya.

Kyara masih tidak percaya bahkan ia semakin yakin bahwa Dipta berbicara bohong.

"Sudah ya, saya mau masuk ke kelas sebentar lagi jam pelajaran ke 5 akan di mulai mau bareng atau saya duluan?"
"Bareng." mereka berjalan berdua menelusuri koridor saling merilik satu sama lain.

Jujur saja Dipta sangat rindu menjahili Kyara tapi hari ini rasanya ia tidak ingin berbicara, bahkan Dipta harus berkelahi dengan batinnya sendiri mengenai keegoisan dirinya diam tanpa alasan yang kuat.

"Lo kenapa diam aja sih?"
"Pengen aja,"
"Lo kenapa sih?"
"Kamu yang kenapa dari tadi nanya kenapa mulu?"
"Iya gue sih enggak kenapa-napa? udah deh mendingan lo jujur, lo kenapa sih?" tanyanya kembali.
"Mumpung jarak kelas kita masih 10 langkah lagi jawab sekarang!" Dipta menatap kearah kelasnya yang memang berjarak tinggal menghitung langkah saja.
"Saya..,"
"Langkahnya kecil-kecil aja,"
"Iya," Dipta menurut, bisa dilihat keduanya seperti sepasang kekasih yang tengah bertengkar namun dengan cara konyol.
"Saya jujur, saya enggak tahu kenapa pas ngeliat kamu senyum-senyum sendiri rasanya kesel aja enggak tahu kenapa?"
"Kapan?"
"Waktu di rumah sakit apalagi kamu nyebut nama Romeo,"
"Kak Romeo? Ah, pesan itu jadi lo belum tidur waktu itu?" Dipta menggeleng.
"Sudahlah enggak usah di bahas kelas kita tinggal satu langkah lagi," Kyara menatap pintu kelas yang sekarang semakin dekat.
"Cemburu jadi lo cemburu?" kata Kyara berhasil membuat Dipta diam.

Dia tidak mengerti tentang arti kata cemburu ia lebih memilih masuk kelas dan duduk di tempatnya. Tepat saja Pak Agus datang ke kelas namun langkah Pak Agus terhenti melihat Kyara yang masih berdiri di depan kelas.

"Kyara, kamu kenapa enggak masuk kelas malah berdiri disini?" Kyara terkejut mendengarnya.
"Ah iya Pak maaf." ucapnya.

Kyara menatap Dipta tajam ini semua gara-gara Dipta berhasil membuatnya termenung di depan pintu kelas sendirian dan berhasil membuat dirinya di tertawai murid lainnya.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang