Pria itu masih duduk manis di ruang tamu, masih menunggu kedatangan gadis yang ia cintai. Baru saja pikirannya memikirkan gadis itu turun menghampirinya dengan wajah yang masih tak kalah terkejutnya melihat siapa yang menunggunya.
"Kak Romeo?"
Romeo berdiri menatapnya balik dengan khas senyuman manisnya.
"Kyara,"
"Ini beneran kakak?"
"Iya ini kak Romeo,"
"Akhirnya kakak pulang juga," katanya menerima pelukan hangat dari Romeo.Senang rasanya menunggu hal bertahun-tahun yang akhirnya berbuah manis, Romeonya pulang menepati janjinya.
"Ehem,"
"Mama," ia melepaskan pelukannya.Anggun tersenyum melihat kegembiraan terukir jelas di wajah Kyara.
"Romeo,"
"Tante,"
"Akhirnya kamu pulang juga, silahkan duduk,"
"Iya tante,"
"Ya sudah tante tinggal dulu ya, kalian ngobrol aja dulu."Banyak hal yang Romeo ceritakan mengenai kuliahnya, dan banyak hal pula yang ia ceritakan mengenai rasa rindunya terhadap Kyara. Senang berjuta senang mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Romeo ini bukan mimpi yang Kyara rasakan ini nyata Romeonya ada di depan matanya sekarang.
"Mata kamu sembab kenapa?" tanyanya.
Deg seketika Kyara khawatir Romeo curiga mengenai kesembapan matanya.
"Lagi sakit mata Kak,"
"Oh jangan-jangan kamu nangisin kakak ya," Kyara tersenyum masam mendengar kata menangisi teringat akan Dipta. sedang apa pria itu sekarang?"Kyara, Kyara!"
"Iya kak,"
"Kenapa melamun jadinya,"
"Eh, enggak kok kak,"
"Malam ini kita jalan yuk,"
"Malam ini?"
"Iya kenapa, kamu mau kan?"
"Iya kak aku mau."Malam ini, malam minggu biasanya Dipta akan menemuinya walaupun hanya sekedar memberi ucapan selamat tidur tapi apa pria itu akan datang malam ini. Kenapa sekarang dirinya jadi memikirkan Dipta bukankah sekarang ada Romeo yang sedang bersamanya, entahlah pikirannya kalut saat ini.
***
Dipta masih bekerja hingga larut malam, tidak perduli dengan keadaan, ia tidak mungkin uring-uringan tidak jelas di rumah bagaimana pun ia tidak ingin larut dalam kebencian saat ini hanya dengan bekerja bisa menghilangkan rasa kekecewaannya.
"Anterin saya ke kafe vektoria ya mas,"
"Siap mba."Penumpang ketiga Dipta, ia mengantarkan sampai di tempat kafe vektoria tujuannya.
Sebelum meninggalkan kafe matanya menangkap jelas dua insan yang tengah tertawa bahagia di dalam sana, Dipta dapat melihatnya lewat kaca kafe. Kyara dan seseorang entah siapa pria yang bersama Kyara sepertinya keduanya tengah menikmati makan malam bersama.
Dipta putuskan meninggalkan kafe tidak ingin berlama-lama melihat pemandangan yang menurutnya berhasil membuat rasa sakit di hatinya.
Siapa dia?
Apakah dia romeo mu, ra?
Lupakan-lupakan Dipta, fokus lupakan jangan termakan dengan kata cinta.
Cinta hanya menyesatkan!Hatinya berkecamuk, mengapa Tuhan memberi rasa sesakit ini, mengapa Tuhan harus memberikan rasa cinta pertamanya pada Kyara Anindira.
Cemburu saat ini rasa itu yang Dipta rasakan mungkin ini adalah rasa yang pertama dan kedua kalinya Dipta rasakan cemburu melihat Kyara sebahagia itu dengan pria lain selain dengan dirinya, harusnya Dipta senang melihat Kyara bahagia bukan bersikap seperti ini.
***
"Di makan dong kenapa sih Kyara yang kakak kenal dulu enggak suka melamun deh?" Kyara tersenyum masam.
"Aku cuman, lagi enggak enak badan aja kak,"
"Mau kakak suapi?"Menggeleng cepat, "Enggak usah kak, aku bisa makan sendiri kok," katanya seraya menelan steak yang sudah di potong-potong.
Kyara merasa saat itu ada seseorang yang memperhatikannya dari luar, mungkin dirinya hanya merasa nyatanya tidak ada.
"Dipta.. lo lagi ngapain sih? Kenapa enggak ngabarin gue sama sekali."
Pertanyaan yang selalu dikatakan batinnya, saat ini Kyara merasa dirinya tengah merindu iya merindukan seorang Bagaskara Pradipta.
Tanpa Kyra sadari Romeo memperhatikan gerak-gerik yang terlihat jelas dari gambaran wajah Kyara, ia yakin ada sesuatu yang terbelenggu dalam pikiran gadis itu. Bahkan saat ini Romeo seperti tidak mengenali Kyara yang biasa ia kenal rasanya gadis itu sudah sangat berbeda tidak seperti biasanya.
Makan malam selesai, Kyara langsung minta pulang tidak berminat untuk jalan-jalan kemanapun, tapi sekarang Romeo memaksanya untuk berjalan-jalan keliling ibu kota menikmati keindahan malam.
"Sebentar aja, please. Kakak janji setelah melihat-lihat ibu kota kita pulang." Kyara menerima ajakan percuma juga berdebat dengan Romeo tidak akan pernah menang.
Satu jam lebih mengelilingi keindahan kota mereka terjebak macet, Kyara melihat keramaian pasar malam teringat akan Dipta yang pernah mengajaknya nge-date ke pasar malam. Melihat anak kecil memakan permen kapas, lagi dan lagi mengingatkan tentang Dipta mengingat pria itu berhasil mencetak senyuman di bibir Kyara.
Sederhana tapi sangat bermakna.
"Kyara.. Kyara."
"Iya kak?"
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri,"
"Kak, kita turun sebentar yuk,"
"Ngapain katanya mau pulang?" mata ekor Kyara menatap keramaian pasar malam.Dahi Romeo bergelombang, "Pasar malam?" Kyara mengangguk, "Ngapain sih ke tempat gituan, kotor jangan ah makanannya juga enggak higeinis kalau kamu mau kita bisa cari tempat yang lebih baik," ujarnya.
Kyara menolak ia langsung meminta pulang, tidak ingin kemana pun mood nya langsung berantakan, Romeo sama saja seperti pria yang lain tidak seperti dengan Dipta.
"Dipta gue kangen sama lo, please jangan terus-terusan marah kayak gini."
"Gue enggak bisa, gue enggak terbiasa didiemin kayak gini sama lo."
Hatinya terus berbicara rasanya Kyara ingat teriak sekencang mungkin.
Sampai rumah Kyara langsung memasuki kamarnya, lelah ingin segera tidur, lelah memikirkan Pradipta, besok ia harus bertemu dengan Pradipta. Tapi, sebelum tidur ia membuka kertas kecil yang sampai sekarang masih Kyara simpan doa sebelum tidur doa yang di tulis langsung oleh tangan Dipta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara Pradipta (END)
Teen FictionBagaskara Pradipta terjerat pesona gadis cantik Kyra Anindira, Pindahan dari kampung membuat pria kelahiran Solo tersebut selalu mendapat bully-an--di sekolahnya. Bagaskara Pradipta berhasilkah meluluhkan sikap arogan Kyra Anindira, gadis Arogan yan...