Bab 20 - DPR (Duduk Berdua di Pohon Rindang)

31 5 0
                                    

Setan apa yang merasuki raga seorang Kyara sepanjang koridor tidak henti-hentinya ia tersenyum terkadang Kyara menyapa murid lain dengan melemparkan senyuman manisnya. Kyara gadis yang dikritik selalu bersikap cuek tapi di pagi ini Kyara benar-benar berbeda.

Sampai akhirnya senyumnya terhenti di ambang koridor sekolah saat melihat pemandangan yang berhasil menyentil perasaannya, pemandangan Dipta bersama Riyanti yang tengah mengobrol di depan kelasnya.

"Iya saya juga agak sedikit bingung dengan soal nomor 15,"
"Kalau kamu aja bingung apalagi aku dip, makannya aku nanya ke kamu." ucapan Riyanti terhenti seketika karena melihat Kyara yang melintas di depan keduanya.

Kyara langsung memasuki kelasnya tanpa melakukan tindakan apapun, Kyara sadar ia tidak mungkin melakukan tindakan tidak jelas di depan keduanya, bisa-bisa semua orang tahu mengenai hubungan dirinya dan Dipta.

"Saya ke kelas sebentar ya Yan?" merasa mengerti maksud Dipta, Riyanti langsung meng-iyakan.

Dipta menghampiri Kyara terlihat jelas raut keanehan dari wajah Kyara karena sesekali gadis itu membanting buku pelajarannya yang di keluarkan dalam tas ranselnya, ini sangat tindakan kurang baik mohon jangan ditiru ya kawan.

"Jangan kasar-kasar itu ilmu," Kyara menatap tajam.
"Ngapain lo disini?"
"Mau duduk," Kyara memutar bola matanya tidak ingin menatap Dipta.

Sepanjang pelajaran di mulai Kyara hanya diam bahkan tidak ingin melirik Dipta sama sekali, Dipta yang merasa kebingungan hanya ikut diam. Kyara sendiri bingung dengan perasaannya akhir-akhir ini suka sensitif mungkin efek datang bulannya juga di tambah dengan pemandangan-pemandangan yang berhasil menyentil hatinya di pagi hari.

Dinda yang sekarang tengah memperhatikan Kyara hanya bisa mengerutkan dahinya, Dinda rasa akhir-akhir ini persahabatan antara dirinya dengan Kyara semakin merenggang apalagi sekarang Kyara sangat jarang sekali kumpul dengan genknya.

"Kyara," merasa namanya di panggil Kyara melirik ke sumber arah, Dinda memanggilnya, ia hanya melempar senyum biasa.

Meja Kyara dan Dinda lumayan sedikit dekat hanya beda kolom dan barisan saja.

"Kyara kamu kenapa?" Dipta terus berjalan menyamakan langkahnya dengan Kyara.
"Kenapa, kenapa gimana sih?"
"Malah balik nanya,"
"Gue enggak tahu, udah ah gue mau ke kantin lapar,"
"Lapar?"
"Iyalah," Kyara terus berjalan tanpa menoleh ke samping.
"Ikut saya," katanya seraya meraih pergelangan tangan Kyara.
"Mau kemana?"
"Udah ikut aja katanya lapar."

Dipta berencana mengajak Kyara makan siang bersama, dan Kyara pikir Dipta akan mentraktirnya.

Ashton memukul tembok dengan keras yang berhasil membuat kedua temannya meringis menatap tangan Ashton yang memerah, pemandangan yang semakin membuatnya murka retinanya melihat jelas keberanian Dipta menyentuh tangan Kyara tanpa ada penolakan dari sang pemiliknya.

"Lo nyakitin diri lo sendiri, tangan lo memar tuh,"
"Diam!"

***

"Duduk," katanya menunjuk kursi bercat putih itu.

Kyra diam menatap kesembarang arah, hanya ada pohon beringin dan satu kursi panjang bercat putih.

"Kenapa diam saja ayo duduk," katanya sambil menepuk sebelah kursi kosong yang didudukinya.

"Lo ngapain sih ngajakin gue kesini? Pakai acara keluar sekolah segala, mau ngajakin gue pacaran disini,"

"GR," dahi Kyara bergelombang mendengar ucapan Dipta barusan.

"Saya mau ngajakin kamu makan, katanya lapar," Dipta membuka kotak bekal yang sedari tadi ia bawa, berisikan nasi putih dan lauk rendang seadanya buatan sendiri.

"Ayo di makan,"
"Gue enggak napsu makan," Kyara enggan menatap makanan yang di bawakan Dipta.

Dipta memilih memakannya sendiri, Dipta tahu Kyara pasti tidak berselera dengan makanan yang dirinya bawa, ada rasa sedikit kecewa dalam hatinya namun Dipta berusaha mengerti.

Kyara yang sedari tadi menatap Dipta lahap memakan nasi dan rendang yang di tawarkan kepadanya yang kini berhasil mengundang salivanya naik turun, Kyara langsung meraih kotak bekal yang di pegang Dipta, ia ikut langsung melahapnya. Kyara diam meresapi setiap rempah-rempah yang meresap dalam daging rendang tersebut benar-benar membuat Kyara ketagihan.

"Pelan-pelan makannya," Kyara nyengir kuda,
"Ini rasanya enak banget, buatan siapa?"
"Saya,"
"Kamu?"
"Iya ibu yang ajarkan."

Pria yang satu ini benar-benar berhasil membuatnya semakin kagum bukan hanya pintar dalam segi hal pelajaran, perdagangan tapi pria ini juga pintar dalam segi masakan. Dan hari ini Dipta senang karena untuk pertama kalinya seorang Kyara mengatakan kata kamu bukan lo lagi pada dirinya.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang