Bab 5 - Pernyataan

48 5 0
                                    

Senin, Pukul 06:00 Wib
Dipta datang lebih awal sampai ke sekolah, dan suasana masih cukup sepi hanya ada beberapa siswa. Apa ia yang terlalu rajin atau memang siswa lain yang sering datang kesiangan.

Dipta baru saja membeli dua minuman air mineral di kantin, satu minuman ia buka meminumnya sampai habis yang satunya ia bawa ke kelas. Menatap teman sebangkunya masih belum datang, ia telah menyiapkan kertas kecil yang ia telah tempelkan di dekat air mineral yang baru saja ia beli, ia taru air mineral itu ke kolong meja bagian Kyara.

Dipta duduk di bangkunya, satu persatu murid berdatangan beberapa menit kemudian kelas sudah mulai sedikit ramai, yang di tunggu Dipta datang masih dengan wajah dinginnya.

Dipta melempar senyum "Pagi Rara," Kyara hanya diam, ia duduk di samping Dipta tidak berniat sama sekali membalas sapaan Dipta. dan Dipta tidak merasa kecewa sapaannya tidak di jawab oleh Kyara.

Kyara melihat sekilas tangan kiri Dipta, ia dapat melihat jelas luka di siku Dipta yang tertutup rapat oleh bantuan plester bergambar kucing, senang di tatap Kyara, ia menatap balik lawannya, yang di tatap justru membuang muka.

"Kamu semalam tidur jam berapa, udah sarapan? " Dipta bertanya seraya menatap Kyara, Kyara masih diam bahkan kini Kyara lebih fokus ke buku catatannya.

"Semalam saya mimpi kamu lho, kamu tau enggak di mimpi saya, kamu itu..,"

"Enggak tahu dan gue enggak mau tahu mimpi lo itu," Kyara jengah nada suaranya naik satu oktaf, menatap tajam Dipta yang kini tengah menelan salivanya mendengar ucapan Kyara barusan.

"Saya..," ucapannya terhenti melihat Kyara menutup buku catatannya dengan keras, pergi begitu saja meninggalkan Dipta yang masih duduk di bangkunya.

***

Keluar dari kelas, ia kesal melihat Dipta yang terus-terusan berusaha mengajaknya mengobrol, kebetulan hari ini, hari senin seperti biasa upacara upacara akan segera di mulai, ia bergegas turun ke lapangan ikut mengambil barisan. Baru saja ia senang tidak di ganggu oleh Dipta.

"Hay Rara," Kyara memutar bola matanya melihat kedatangan Dipta yang mengambil barisan di sampingnya. Kenapa peraturan di sekolahnya ia harus duduk sebangku dengan urutan nomer sesuai absen dan upacara pun ia harus berdiri di samping Dipta sesuai nomer absen jua.

Ah! Kesal melihat Dipta yang terus-terusan menatapnya, ia menatap Dipta tajam memberitahu "Sudah cukup main-mainnya." namun Dipta malah tersenyum melihat wajah Kyara bukannya ketakutan.

"Kya kemana topi lo?" suara Dinda berhasil memisahkan kontak mata diantaranya, seketika Kyara ingat bahwa dirinya lupa membawa topi untuk upacara.

"Ya ampun din gue lupa! Gimana dong?" tanya Kyara panik.

"Gimana sih lo, hari ini gue enggak bawa topi cadangan tahu, lo tahu sendiri kan peraturan di sekolah ini kayak gimana," jawab Dinda.

"Gue pasti kena hukuman nih!"
"OMG Kyara Anindira.. bu Ratih udah mulai keliling," bu Ratih guru killer yang bertugas memperhatikan kedisiplinan para siswa.

Kyara merasakan kepalanya ada yang menaruh sesuatu yaitu sebuah topi, ia melihat siapa yang meminjamkannya topi.

"Udah pakai aja topi saya," ujar Dipta.
"Enggak usah," Kyara hendak mengembalikan topinya.
"Udah Kyara pakai aja dari pada lo yang di hukum mendingan tuh si upik abu yang di hukum nanti." ucap Dinda menyakinkan Kyara.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang