Bab 30 - End Part

120 5 0
                                    

Tahun ajaran baru Kyara dan Dipta masih duduk bersama satu bangku bedanya kini mereka duduk di bangku barisan kedua.

Dipta tidak pernah berubah Dipta masih menjadi dirinya hanya saja kini Kyara berubah menjadi gadis yang lebih baik, popularitasnya masih menjadi Princess Kyra di tambah dengan kedatangan siswa baru adik kelasnya yang hampir keseluruhan adik kelas cowok  suka sama Kyara semua, sudah tidak ada lagi yang mereka tutupi semua sudah mengetahui status keduanya berpacaran.

Walaupun semua sudah mengetahui Kyara sudah memiliki pacar tapi tetap saja para adik kelas ingusan itu masih mencoba mendekati Kyara dengan berbagai macam cara termasuk adik kelas cowok yang satu ini Juan siswa baru di kelas 10 IPA yang berusaha mendekati Kyara.

Terbukti saat masa-masa MPLS dimana saat itu para senior menugaskan mereka membuat puisi dan membacakannya langsung di depan disitulah Juan membuat puisi untuk Kyara.

Dipta tahu itu sangat tahu bahkan berkali-kali Kyara merengek kesal mengenai sikap Juan kepadanya hanya saja Dipta tidak ingin mempermasalahkan hal itu, Lagian wajar jika Kyara banyak di kagumi semua pria karena Dipta pernah merasakan hal itu.

***

Mereka kini sedang di kantin menikmati makan siang bersama, duduk berdua.

"Oh iya, nanti malam aku ikut kamu ya,"
"Ikut jualan?"
"Iya,seperti biasa."
"Boleh."

Kyara tersenyum seraya mengunyah baksonya. Begitu juga dengan Dipta yang saling pandang berhasil membuat Kyara merasa malu.

"Apaan sih,"
"Kenapa?"
"Jangan ngeliatin aku kayak gitu,"
"Kenapa emang?"
"Malu ih,"
"Dilihatin sama pacar kok malah malu,"

Dipta terkekeh, seraya mengusap dagu Kyara benar-benar berhasil membuat jantung Kyara berdegup kencang. Dipta melihat itu, melihat Kyara tersipu, "Makannya pelan-pelan jangan kayak bocah," Kyara bushing.

"Hay kak Kyara,"

Kyara kenal suara itu, ia mendongak keatas melihat Juan adik kelas gila itu selalu menghampiri saat Kyara dan Dipta makan.

"Hay," sapa Dipta, Kyara melotot yang di sauti senyuman Dipta.
"Ada apa?" Dipta mulai bertanya.
"Bolehkah aku ikut gabung duduk disini?" Dipta diam berpikir sejenak sedangkan Kyara berharap Dipta menolak hal itu.
"Boleh," Kyara kaget menatap Dipta lagi-lagi Dipta tersenyum.
"Makasih Kak Dipta," menekan kata, Dipta mengangguk.

Tidak ada pembicaraan Kyara risih momen makan siangnya bersama Dipta terganggu, dan Dipta tahu Kyara sedang kesal bisa ia lihat sedari tadi Kyara hanya mengaduk-aduk bakso miliknya sedangkan Juan selalu mencuri pandang kearah Kyara seraya memakan mie ayam miliknya.

"Baksonya kenapa enggak di makan ra,"
"Males aja makannya,"
"Kayak belajar aja,"
"Sini," Dipta mengambil alih mangkuk bakso milik Kyara.

"Kamu harus makan katanya nanti malam mau jalan? Ayo aa..," ujar seraya menyuapi Kyara, ia tersenyum senang. Ah Dipta selalu berhasil membuatnya luluh.

"Jangan lupakan makan siang, enggak baik tahu nanti kalau lupa aku enggak sayang lagi sama kamu," katanya jenaka.
"Kok gitu?"
"Iya, nanti kalau kamu sakit, aku kesepian di kelas kan aku juga butuh penyemangat sayang," ujarnya sambil mengacak-acak anak rambut milik Kyara.

Kyara Tersenyum malu, baru kali ini Dipta bilang sayang secara langsung biasanya Dipta hanya bilang sayang di telefon dan sms saja.

Jangan lupakan Juan, Juan kesal melihat kedua kakak kelasnya bermesraan di depannya di tambah kakak kelas tercintanya Kyara. Juan salah tempat duduk, dia langsung berdiri dan pamit beralasan masuk ke kelas.

Dipta menatap punggung itu menjauh tapi tunggu Juan berhenti menatap kebelakang melihat Dipta yang sedang tersenyum kepadanya secepat mungkin Juan berjalan.

"Jadi kamu sengaja bersikap kayak gitu di depan adik kelas gila itu?" Dipta mengangguk.
"Ya ampun, kamu itu..,"
"Biarin aja suruh siapa dia ganggu kita berduaan,"
"Kamu kesal?"
"Iya, apalagi saat dia curi pandang ke arah kamu,"
"Kamu cemburu?"
"Iya sayang."
"Ah Dipta,"

Kini giliran Kyara mengacak-acak rambut Dipta.

"Jangan,"
"Kenapa?"
"Nanti enggak tampan,"
"Biarin, lagian emang ada yang suka sama kamu?"
"Ada,"
"Kamu Kyara."

Kyara tertawa kalau bukan di sekolah ingin rasanya Kyara memeluk Dipta.

***

Malamnya Kyra menemani Dipta jualan balon seperti biasa di pasar malam, ini yang buat Kyara semakin cinta Dipta tidak pernah gengsi mengakui siapa dirinya.

Menurut Kyara, Dipta sangat terlihat tampan malam ini berpakain kasual menambah ke tampanan seorang Pradipta.

"Cari makan yuk,"
"Eh, udah jualannya?"
"Udah,"
"Cepet banget,"
"Kamu aja yang ngelihatin aku terus sampai lupa,"
"Ish, apaan sih,"
"Udah ayo cari makan,"

Menggenggam kedua tangan Kyara, bahagia Dipta bisa menjalani hubungan bersama Kyara. Ketoprak, Dipta memesan dua ketoprak. Apapun yang Dipta beli Kyara selalu menerimanya baginya bersama Dipta ia bisa mengerti apa artinya cinta sederhana itu.

"Lapar?"
"Banget,"
"Kenapa enggak bilang kalau kamu lapar kan nanti kita cari makan saat itu juga,"
"Kamu kan lagi kerja,"
"Iya jangan gitu nanti kamu sakit gimana,"
"Iya nanti kalau aku lapar langsung bilang sama kamu deh."

Aneh, Dipta selalu khawatir akan kesehatan Kyara karena baginya Kyara segalanya Dipta tidak ingin membuat Kyara sakit hanya karena menahan rasa lapar demi menunggu dirinya selesai berjualan.

***

Mereka sedang berada di Fly Over seraya menikmati rembulan bersama.

"Aku harap kamu akan selalu ada bersamaku," Dipta tersenyum.
"Semoga ya kita boleh berencana, semoga Tuhan mengabulkannya,"  ujarnya seraya tersenyum.
"Aku takut..,"
"Kenapa takut ada aku disini ra," Kyara memeluknya merasakan kedamaian tersendiri.
"Aku dengar sekolah lagi mengadakan beasiswa untuk angkatan kita ini. Beasiswa itu kuliah ke luar negeri dan aku yakin kamu pasti mendapatkannya, kamu kan murid berprestasi," ujar Kyara.

"Amin, lalu apa yang kamu takutkan ra?"
"Aku takut.. jauh dari kamu,"
Dipta menatap wajah Kyara dalam meniup wajahnya.

"Jangan takut, sejauh apapun bumi ini menjaraki aku dan kamu, aku pastikan aku akan tetap mencintai kamu,"
"Upik Abu," Dipta tertawa mendengarnya.

"Jangan takut aku pergi kalaupun aku pergi aku pastikan aku kembali kecuali aku pergi karena kematian, aku enggak mungkin dong bangkit dari kubur." Kyara terkekeh mendengarnya, ia semakin memeluk erat Dipta.

Dipta tidak ingin memikirkan hal yang belum tentu terjadi di masa datang lagi pula ujian sekolah masih sangat jauh yang terpenting ia belajar dengan baik dan menikmati hari-hari bersama Kyara Anindira.

Cinta yang hakiki tidak akan terpisahkan walau jarak menentang, walau bujur bentang khatulistiwa memisahkan mereka pasti akan bersatu kembali.

END.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang