Bab 29 - Akhir Kisah

45 4 0
                                    

Semuanya membaik, senang bisa dekat dengan keluarga Dipta secara langsung dan sekarang Kyara tahu alasan mengapa Dipta menerima beasiswa pindahan ke Jakarta.

Awal pertama kali bertemu dengan Dipta itu semua tidak ada yang menduga, bahkan Kyara sendiri tidak menegerti mengapa dirinya bisa jatuh hati kepada si upik abu.

Seharian ini Kyara habiskan bersama Dipta mencoba hal baru dari memanen sayur sampai bermain air di sungai, hal baru yang pernah ia rasakan. Seumur hidupnya hanya bisa bermain ke tempat-tempat mewah dan sekarang Bagaskara Pradipta mengenalkan alam sekitarnya.

"Terimakasih,"
"Untuk?"
"Semuanya,"
"Enggak ada kata terimakasih untuk cinta ra," ingin rasanya memeluk tapi Kyara tahan, tempat yang tidak memungkinkan, berdiri di batu besar dekat sungai yang mengalirkan air jernih yang ada bisa- bisa mereka jatuh nantinya jika berpelukan.

Bagi Dipta hal yang paling dirinya syukuri adalah bisa memeliki orang-orang yang dirinya sayangi dan cintai, wanita pertama yang sangat ia cintai adalah ibu dan adiknya dan sekarang gadis yang berhasil membuat dirinya berhasil masuk dalam kategori jatuh cinta adalah Kyara Anindira.

Dipta masih memeluk ibu dan adiknya berat rasanya harus pergi meninggalkan mereka, di tambah kondisi ibunya yang sekarang sering sakit.

"Jaga dirimu baik-baik ya ndo,"
"Iya bu,"
"Mas nanti kalau udah sampai di jakarta jangan lupa kabari Sri dan ibu yo,"
"Iya,"

Ibu Ningrum menatap Kyara yang sedari tadi berdiri, menatap bahagia keluarga kecil yang sederhana namun penuh makna, saling menyayangi satu sama lain dan sekarang dirinya rindu Papa dan Mamanya.

"Nak sini kemari," Kyara mendekat, Ibu Ningrum memeluknya hangat.
"Ibu titip Dipta ya nak,"
"Iya bu,"
"Ya sudah kalau gitu sana kalian cepat berangkat, jangan sampai kalian ketinggalan kereta,"
"Iya bu, kita berdua pamit ya Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikum salam."

Sejenak ia menatap sendu ibu dan adiknya dari kejauhan, langkahnya  benar-benar sangat terasa berat. Tapi, ini semua demi kebaikannya di masa depan. Kyara meraih jemari tangan Dipta mencoba memberinya kekuatan, tersenyum menguatkan segalanya.

"Pak Jono pulang sendirian aja, aku pulang bareng Dipta naik kereta,"
"Tapi non?"
"Pak ini perintah," menaikan suaranya satu Oktaf.
"Kyara," ia menatap Dipta nyengir kuda.
"Ehem... Iya-iya, Pak Jono aku pulangnya bareng sama Dipta naik kereta, Pak Jono tenang aja aku pasti akan baik-baik aja, Ok."
"Baik Non,"
"Bapak tenang aja saya akan menjaga Kyara dengan baik, saya pastikan Kyra pulang dengan selamat,"
"Ya sudah kalau gitu, Pak Jono pulang duluan ya non,"
"Iya Pak."

15 menit lagi kereta akan berangkat secepat mungkin Kyara dan Dipta langsung memasuki kedalam kereta, duduk berdua bersama Dipta.

Ini pertama kalinya Kyara menaiki kereta kelas biasa, sangat ramai dan padat fasilitasnya saja iya bisa di bilang cukup asalkan bersama Dipta semuanya terasa sempurna.

Kereta melaju, sedikit obrolan yang mereka bicarakan, ngantuk mulai menyerang keduanya. Berinisiatif tidur di bahu Dipta namun sejenak menatap wajah teduh Dipta sedekat ini bahkan Kyara baru sadar pria di sampingnya bukan hanya tampan tapi juga manis, sedikit lengkungan brewok tipis yang belum di tumbuhi rambut kecil menambah kesan tampannya.
Dipta yang merasa di perhatikan melirik ke sampingnya mendapati Kyara yang tengah tersenyum.

"Kenapa?"
"Ngantuk,"
"Tidur saja, nanti kalau sudah sampai saya bangunkan,"
"Iya."

Tidak kuat menahan kantuknya Kyara tertidur pulas di bahu Dipta, bukan hanya Kyara yang bahagia bisa dekat seperti ini tapi Dipta juga, ia menatap wajah Kyara begitupun juga dengan Dipta dirinya sangat bahagia bisa sedekat ini dengan Kyara gadis pujaan hatinya.

Kau boleh menjauh tapi aku tidak akan menjauh, semakin kamu menjauh aku akan semakin mendekat karena aku tahu kamu pasti akan luluh, pada waktunya.

Benar gadis pujaannya sudah luluh dengan sendirinya, Dipta tidak pernah memaksaan perasaannya karena pada dasarnya yang membolak balikan hati manusia adalah Tuhan.

Sampai kapan pun saya akan terus mencintai kamu, jika suatu saat nanti kita terpisah saya akan terus berusaha mencintai kamu, agar Tuhan kembali mempersatukan kita berdua.

Tapi, saya yakin Tuhan tidak akan memisahkan kita jika memang sudah jalan takdirnya.

-Bagaskara Pradipta-

***

Sampai di jakarta semuanya berjalan seperti biasanya, menikmati masa remaja mereka, Ikhwal, Gino dan Dipta persahabatan mereka sudah membaik dan untuk genk Vio CS tidak terlalu mengkhawatirkan semuanya baik-baik saja.
Begitupun juga dengan hubungan Kyara dan Dipta berjalan dengan baik, tidak ada lagi yang mereka tutupi.

Dan untuk selanjutnya, entahlah saya tidak tahu saya hanya menulis kisah mereka.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang