Bab 17 - Jadian

33 5 0
                                    

Date of date last and lastday

Cemburu.. Dipta masih ingat kata yang di lontarkan Kyara beberapa hari yang lalu. Cemburu satu kata berjuta makna tidak jelas. Cemburu kata yang tidak dapat dituduhkan, jika dikatakan pasti tidak padahal iya.

Hari ini Dipta ingin mengakhiri rasa cemburunya dia ingin bertemu Kyara nanti bukan di kelas tapi di kantin itupun akan Dipta coba.

Dipta berjalan penuh pikiran tentang penawaran Gino sahabatnya kemarin kejadian yang hampir membuat Dipta hilang kendali, kejadian dimana dirinya tidak menyukai siapapun itu yang menghina harga diri seorang wanita.

Siang itu, Dipta, Ikhwal dan Gino mereka sedang bermain duduk di bawah pohon rindang sambil bernyanyi dan berdendang. Tapi, suasana jadi mencekam ketika ikhwal mempertanyakan diamnya Dipta kepada Kyara.

"Dip, kamu udah enggak suka lagi sama Kyara? Soalnya aku perhatiin kamu jarang bicara sama dia?"

"Kalau Dipta udah enggak suka berarti dia sudah sadar, matanya udah kebuka lebar!" timpal Gino seraya memetik senar gitar.

"Perasaan saya masih sama, masih utuh," Gino menatap Dipta kesal, Dipta masih saja bodoh.

"Dasar bodoh sudah tahu di tolak masih menantang!"

"Saya memang masih harus banyak belajar No,"

"Suka apanya sih kau Dipta sama sih cewek itu, cewek murahan kayak dia aja kau jilati! Mendingan juga Riyanti." Dipta berdiri menatap tajam Gino tidak terima Kyara di katai.

"Jaga ucapan kamu Gino! Kyara itu seorang perempuan dia harus di hargai bukan di katai seperti itu, lagi pula jika Riyanti yang kamu begitu kan apa kamu mau?"

"Jangan bawa-bawa Riyanti!" ucap Gino seraya mendorong bahu Dipta sedangkan Ikhwal mencoba melerai.

"Kamu yang pertama kali mengucap nama Riyanti! Lagi pula aku tahu kamu suka kan sama Riyanti bukan aku! Kalau kamu cinta dia tunjukan pengorbanan mu!"

Brugh! Gino memukul sudut bibir Dipta, dia tidak suka jika privasinya di publikasikan.

"Sudah kalian jangan berantem!"
"Saya enggak pernah cinta sama Riyanti saya cuman cinta sama Kyara," ujar Dipta.

"Ah tai lo!"
"Udah No, kamu harus ingat Dipta sahabat kita," ujar Ikhwal mengingatkan.

"Mulai sekarang dia bukan sahabat kita lagi! Terserah lo wal mau ikut sama gue apa sama si upik abu itu."

Gino melangkah pergi meninggalkan Dipta dan Ikhwal yang masih berdiri barulah Ikhwal menyusul Gino meninggalkan Dipta seorang diri bersama pohon rindang yang masih berdiri kokoh di sampingnya.

Dipta masih ingat pertengkaran kemarin bahkan luka yang masih lebam di sudut bibirnya masih terasa tadi saja barusan Dipta berpapasan dengan Gino dan Ikhwal hanya Ikhwal yang menyapanya dengan senyuman tidak dengan Gino hanya diam tanpa melihat sama sekali.

***

Pertama kalinya Dipta menginjakan kaki di kantin sekolah biasanya Dipta lebih memilih duduk di pinggir koridor sendirian atau membaca buku di perpustakan di karenakan Dipta harus menghemat kantongnya.

Dimana Kyara dari jam pelajaran di mulai gadis itu tidak banyak bicara lebih banyak diam bahkan lebih banyak mengantuk ketimbang memperhatikan guru meskipun Dipta sedang mendiami Kyara tapi Dipta juga masih memperhatikan Kyara.

Mata Dipta menatap ke seluruh sembarang arah matanya menangkap senyum sinis berasal dari Ashton tapi Dipta tidak memperdulikannya ia hanya ingin berbicara dengan Kyara.

Dipta melihat Vio, Mila dan Dinda tapi tidak ada Kyara dimana gadis itu baru saja berbalik hendak meninggalkan kantin kerah bajunya di tarik dari belakang.

"Hey upik abu, ngapain lo disini?"
"Ashton,"
"Iya ini gue kenapa?"
"Kayaknya dia kangen sama lo bos!" celetuk Marchel
"Kangen pukulan," timpal Joni yang berhasil membuat seisi kantin tertawa.
"Saya harus pergi,"
"Buru-buru banget sih dek!"
"Ck!"

Vio yang semakin penasaran ia enggan untuk melewatkan momen kembalinya pertarungan Ashton dan Dipta si upik abu.

"Bakalan seru nih guys,"
"Bener Vi ini harus di abadikan,"
"Ih gue takut deh ngeliat orang berantem mendingan ke kelas aja yuk," kata Dinda.
"Ya ampun Dinda berantem aja belum juga mulai, lebay lo ah,"
"Tahu lo din, tenang aja kali." ujar Vio seraya senyum-senyum manis menatap Ashton.

Dipta tidak bisa berbuat apa-apa ia bukannya takut terhadap Ashton hanya saja Dipta sadar posisinya hanyalah seorang murid yang beruntung mendapatkan beasiswa pindahan ia tidak ingin beasiswanya di cabut.

Dipta hanya pasrah jika Ashton membabi butanya lagi pula tidak ada yang baik dari perkelahian. Lagi pula kalah menang tetap saja jadi arang.

"Kenapa lo diam takut sama gue?"
"Bos kita kan udah lama nih enggak pemanasan mendingan kita latihan pemanasan kecil-kecilan sama sih upik abu gimana," usul Joni.
"Boleh juga ide lo,"
"Come On!" Ashton mendorong Dipta yang kini berhasil membuat pantat Dipta mencium lantai sempurna.

"Stop!" semua mata terpenjuru kearah suara lembut seseorang yang kini berjalan menghampiri Dipta membantunya berdiri.
"Kyara," ucap Dinda tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Kyara ngapain sih di situ mau jadi pahlawan juga kayak sih Riyanti." kata Vio geram.

Ashton hanya diam terkejut melihat siapa yang menghentikannya mungkin orang lain tidak bisa tapi Kyara berhasil membuatnya diam.

"Jangan jadi so jagoan ini sekolah tempat belajar bukan ring perkelahian!" satu kalimat yang berhasil membungkam semua siswa, Kyara pergi bersama Dipta yang kini tengah tersenyum manis kepada Kyara.

Dipta senang Kyara menolongnya ini pertama kalinya seorang Kyara menunjukan keberaniannya lagi pula Kyara sudah bosan berseteru dengan batinnya yang terus menerus menyuruhnya membantu seorang Pradipta.

Sekarang mereka berada di depan toilet, Dipta rasa ini tempat yang cukup nyaman karena petugas kebersihan sekolah selalu memperhatikan kebersihan toilet.

"Lo kenapa sih enggak pernah ngelawan?"
"Kalah menang sama aja,"
"Bilang aja enggak berani,"
"Saya berani,"
"Mana buktinya,"
"Kamu mau jadi pacar saya?"

Kyara terkejut bukan main yang Kyara maksud bukan keberanian tentang ini lagi pula bukankah Dipta sudah pernah menyatakannya namun belum ada jawaban.

"Kenapa diam? Katanya suruh berani,"
"Maksud gue,"
"Iya atau enggak?"
"Iya..,"
"Jadi iya yeh."

Dipta senang tidak kepayang mendengar jawaban iya dari bibir Kyara langsung sedangkan Kyara masih tak sadar apa yang barusan ia lontarkan yang jelas Kyara hanya menjawab menurut kata hatinya jika mendengarkan egonya tidak akan pernah terus-terusan benar.

Hanya saja Kyara heran tempat dan waktu yang tidak tepat di kondisikan yang ia dapatkan Kyara harus jadian dengan seorang Bagaskara Pradipta di toilet benar-benar konyol ini akan menjadi momen yang selalu Kyara ingat.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang