"Siapa yang sakit paman?"
"Ibu mu dip,"
"Ibu sakit?"
"Iyo."Kabar yang semakin membuat keadaan Dipta panik, baru saja dirinya sampai rumah harus mendapatkan kabar terburuk.
"Besok Dipta akan pulang kampung paman,"
"Bagaimana dengan sekolahmu?"
"Dipta bisa minta izin dengan pihak sekolah,"
"Sudah besok pagi-pagi kamu langsung berangkat ke stasiun biar enggak kehabisan tiket, urusan sekolah kamu biar paman yang langsung meminta izin kepada pihak sekolah kamu sekalian menjelaskan alasannya," ujar pamannya.Dipta memasuki kamarnya, merebahkan tubuhnya di ranjang mencari kenyaman dalam tidurnya, bagaimana Dipta bisa tidur nyenyak malam ini sedangkan di kampung ibunya sedang sakit.
Sakit hati yang Dipta rasakan tidaklah sebanding dengan sakit ibunya.
***
Tiba di stasiun antrean sangat panjang padahal Dipta sudah berangkat pagi-pagi tapi namanya juga stastiun kereta pasti selalu ramai.
Butuh beberapa jam akhirnya Dipta dapat duduk nyaman dengan tenang di dalam kereta, pemandangan sejuk berhasil membuat Dipta tersihir akan keindahannya.
Pikirannya masih tidak karuan disisi lain pikirannya memikirkan kondisi ibunya, disisi lain pula Dipta teringat akan Kyara Anindira.
Dipta tidak akan pernah memaksakan perasaannya untuk berhenti mencintai Kyara biarkan perasaannya tetap mencintai dan mengagumi seorang Kyara Anindira biarkan saja perasaan ini terus tumbuh tanpa harus ada paksaan untuk berhenti.
Biarkan saja karena Dipta yakin pasti akan ada waktunya perasaannya akan berhenti dengan sendiri.
***
Kyara masih mencoba menghubungi Dipta, sayangnya operator yang selalu menjawab bukan Dipta. Bangku sebelahnya masih kosong dimana Pradipta. Apa yang membuatnya tidak berangkat sekolah dan mengapa ponselnya tidak dapat di hubungi sama sekali.
Sudah beberapa kali Kyara bertanya kepada teman-teman dekat Dipta, beragam jawaban yang Kyra dapat.
"Mungkin sebentar lagi juga Dipta akan datang." kata Ikhwal.
"Gue enggak tahu, lo kan temen sebangkunya harusnya lo lebih tahu kenapa dia berangkat sekolah." kata Gino.
"Aku enggak tahu, coba deh kamu tanya sama ketua kelas mungkin aja Dipta sudah menitipkan surat izin." kata Riyanti.Ketua kelas Rizki hanya menunjukan surat izin yang di titipkan oleh satpam sekolah, selebihnya Rizki tidak tahu alasan Dipta izin karena apa, karena di dalam surat hanya bertuliskan "keperluan keluarga."
Di temani Dinda ia masih mencari informasi alasan Dipta tidak berangkat sekolah bahkan izin beberapa hari, tepat di hadapannya Ruangan kepala sekolah ia melihat seseorang di dalamnya seperti tidak asing, ia kenal bukankah itu paman Dipta.
"Ra kenapa berhenti disini sih?"
"Itu bukannya pamannya Dipta?" melirik kearah Kantor.
"Mana?" Dinda celingukan, mencari.
"Itu yang ada di ruangan kepala sekolah,"
"Wah jangan-jangan ini ada kaitannya sama Dipta,"
"Iya, ini pasti berkaitan," melangkah langsung di cegah Dinda.
"Lo mau kemana?"
"Masuk ke dalam,"
"Sinting lo ya di dalam tuh ada kepala sekolah! kalau lo mau nanya nanti aja, tunggu pamannya Dipta keluar baru kita tanyain langsung sama pamannya Dipta." ujar Dinda ada benarnya.
"Tapi gue penasaran,"
"Penasaran sih penasaran tapi yang sopan dikit kali ra, udah ah! kita tunggu aja disini." katanya.Benar kata Dinda tidak mungkin dirinya langsung memasuki ruangan kepala sekolah bisa-bisa dirinya di cap murid tidak mempunyai etika dan sopan santun.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara Pradipta (END)
JugendliteraturBagaskara Pradipta terjerat pesona gadis cantik Kyra Anindira, Pindahan dari kampung membuat pria kelahiran Solo tersebut selalu mendapat bully-an--di sekolahnya. Bagaskara Pradipta berhasilkah meluluhkan sikap arogan Kyra Anindira, gadis Arogan yan...