Bab 11 - Handsaplast

32 5 0
                                    

Dipta di seret, tubuhnya tersungkur ke lantai, tak mampu berdiri menahan rasa sakit di perutnya akibat pukulan keras dari Ashton.

"Bangun! Lawan gue upik abu," teriaknya menggema.

Dipta masih diam, kepalanya di ludahi, Dipta masih tak bergeming, ia mencoba berdiri, berhasil. Pukulan keras menghantam sudut bibirnya memberikan tanda bercak merah ia tersungkur kembali.

"Wow.. ini harus di abadikan nih," kata Mila seraya mengambil beberapa foto.
"Menurut gue ini itu perkelahian yang bakalan selalu di ingat sepanjang sejarah," tutur Vio.

Jadi bahan tontonan di tengah-tengah lapangan, Gino dan Ikhwal di cegah mereka tidak dapat berkutik, tidak tahan melihat sahabatnya Dipta terus di pukuli. Pria itu masih tersungkur lemas tidak berdaya. Berharap guru datang melerai perkelahian, namun sayang, para guru tengah menghadiri rapat penting.

"Ini peringatan yang pertama buat loh, jauhi Kyara!" ujar Ashton seraya menendang perut Dipta.

Beruntung satpam sekolah, membubarkan perkelahian.

Kyara menatap sendu, cowok yang barusan di bawa petugas PMR. Terbesit rasa kasihan di hatinya sedari tadi Kyara menyaksikan perkelahian dari lantai atas, sendirian.

Niat hati ingin membantu, rasa gengsi terlebih dahulu menyelimuti niatnya ia hanya berani melihat dari arah kejauhan.

***

"Sakit ya?" tanya Riyanti.
"Lumayan,"
"Tuh kan dip, udah aku bilangin jangan dekat-dekat sama sih Kyara, bahaya," kata Gino.

Dipta hanya diam terbaring, menatap langit-langit di atap sana, tidak menanggapi ucapan Gino. Perih di perut dan pelipisnya masih terasa ia jadi malas berbicara.

"Sudah Gino kamu jangan terus-terusan menghakimi Dipta, dia sedang sakit," ujar Riyanti.

Dipta bangun, berdiri berusaha menahan rasa sakitnya.

"Kamu mau kemana lagi Dip?" tanya Ikhwal mencegah Dipta berdiri.

"Saya mau masuk kelas, sebentar lagi jam pelajaran di mulai, bukannya Pak Agus menitipkan tugas di kelas kita," katanya.
"Tapi kamu masih sakit Dipta,"
"Saya masih kuat kok Yan." ucapnya pada Riyanti.

Menghiraukan ocehan kedua sahabatnya Dipta bersikukuh berjalan menelusuri koridor sendirian, beberapa murid menatapnya kasihan melihat cara jalan Dipta, ia memasuki kelasnya.

Kyara terkejut melihat kedatangan Dipta yang kini telah duduk di sampingnya dan Dipta masih sempat-sempatnya tersenyum padanya.

"Lo ngapain ke kelas, lo kan masih sakit mendingan lo balik sana ke UKS istirahat aja," tutur Kyara.

"Saya sudah sembuh, obat saya ada di sini bukan di tempat itu." Kyara mengerti maksud Dipta, keadaan bonyok seperti ini bisa-bisanya pria itu bergombal.

"Mungkin memang obat sakit Dipta Kyara," kata Riyanti lirih menatap Dipta dari ambang pintu.
"Dipta bocah itu selalu cari gara-gara,"
"Sabar no namanya juga cinta." ucap Ikhwal.

Terlihat jelas dekat bersama Kyara seorang Dipta tersenyum kembali karena memang sepertinya Kyara adalah obat sakitnya.

Sesekali Dipta mencuri pandang melirik kearah Kyara, gadis itu menyodorkan handsplast plaster bergambar gajah ke kawasan meja Dipta tanpa mengalihkan pandangannya ke depan. Dipta tersenyum sumringah mendapat perhatian kecil dari Kyara, jadi, Kyara membelikannya handsplast untuk menutupi lukanya padahal Dipta sudah sembuh menurutnya.

"Terimakasih,"
"Jangan ke GR-an ya, gue cuman kasihan sama lo,"
"Lebih juga enggak apa-apa kok."

Malas meladeni Dipta, ia kembali dalam aktivitas mengerjakan tugasnya.

***

Bersenda gurau, bergosip itulah hobi genk Vio CS kurang lengkap Kyara lebih memilih memasuki kelasnya di bandingkan menongkrong di kantin, meskipun keadaan sekolah bisa dibilang tengah tidak karuan.

"Akhir-akhir ini Kyara jarang banget ya kumpul bareng kita," tanya Mila.
"Sibuk meureun,"
"Sibuk bersama si upik abu,"
"Hah! maksud loh apa Vi?" tanya Mila.
"Nanti juga lo tahu sendiri Mil, tapi kalau lo kepo tanya aja sama Dinda teman satu kelasnya," tuturnya kembali.
"Lah kok gue? Gue jarang merhatiin Kyara, tapi setahu gue sih mereka enggak dekat-dekat amat kalian kan tau sendiri si upik abu itu bukan tipenya Kyara," ujar Dinda masih membela sahabatnya.

"Bener juga sih, palingan si upik abu yang deketin sih Kyara mulu." kata Mila sedangkan Vio dia lebih memilih diam, hanya tersenyum sinis seraya mengaduk-aduk jus jeruk miliknya.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang