Bab 6 - Ungkapan

47 5 0
                                    

Jam istirahat, semua siswa berhamburan kearah kantin, sepi dan hening di dalam kelas hanya berpenghuni benda mati. Para siswa sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, berbeda dengan Kyara yang masih duduk di bangkunya menatap air mineral yang kini sudah berada di genggamannya. Fokus matanya menatap kertas yang tertempel di botol mineral tersebut. Melirik ke sembarang arah, ia rasa tidak ada siapa-siapa.

Meraih kertas yang tertempel, sebelum membacanya, ia sempatkan meminum air mineral tersebut karena saat ini tenggorokan memang benar-benar terasa kering, membuka kertas isi kertasnya.

Terimakasih sudah mau meminumnya itu artinya kamu menerimanya.

Maaf aku tidak bisa memberi cokelat seperti penggemarmu yang lainnya, karena aku yakin kamu pasti sudah terbiasa dengan manisnya cokelat-cokelat di loker mu itu.

Kamu harus tau air mineral ini jauh lebih manis, jauh lebih sehat di bandingkan cokelat-cokelat itu.

Bibir tipis Kyara terangkat, melengkung sempurna membaca pesan entah dari siapa Kyara tidak tahu sama sekali. Tapi, Kyara akui ini adalah pertama kalinya ia mau menerima pemberian dari penggemarnya bahkan sampai membaca pesannya.

Dipta yang melihat dari kaca luar ruangan kelas yang di temani Gino dan Ikhwal, hatinya bahagia saking bahagianya ia sampai loncat-loncat tidak jelas, Gino dan Ikhwal yang melihat hanya bisa geleng-geleng kepala.

"Gino, wal kalian melihatkan pemberian dan surat dari saya dia baca," Dipta berbicara serah menyamakan langkah kaki Gino dan Ikhwal.

"Iya Dipta kita berdua juga lihat tadi! sudah berapa kali kamu ngomong hal itu?" Gino geram.

"Iya dip kamu jangan lebay dulu takutnya nanti jatuh terlalu dalam," Ikhwal mencoba menasehati yang di nasehati tidak perduli.

"Kalian berdua tuh aneh temannya bahagia malah di nasehatin," Gino menghembuskan nafas kasarnya.

"Dip bukannya kita enggak seneng lihat kamu bahagia kita juga bakalan ikut bahagia. Masalahnya, kamu belum terlalu kenal jauh sama Kyara kita berdua hanya takut nanti kamu tersakiti," ujar Gino.

"Iya Dipta kita ini sebagai sahabat kamu hanya khawatir takutnya kamu di beri harapan palsu," kini giliran Ikhwal yang menasehati.

Dipta paham tentang ke khawatiran kedua sahabatnya. Tapi, bagaimana pun juga ia tidak mungkin berhenti mencintai Kyara ia sudah benar-benar menempatkan Kyara di hatinya.

"Hay,"
"Eh kamu Riyanti,"
"Kalian lagi pada ngapain berdiri disini?" tanya Riyanti
"Biasa obrolan cowok," ucap Gino merangkul Dipta dan Ikhwal.
"Dipta ke kantin yuk," ajak Riyanti, Dipta hanya diam.
"Ehem.. cuma Dipta doang nih yang diajakin?" Gino bertanya.

Dipta diam seketika ia melihat Kyara berjalan bersama dengan Dinda, ia bisa melihat jelas senyum dan tawa dari bibir Kyara, semakin mendekat sedetik kemudian kontak mata keduanya bertemu hanya dua detik selepas itu Kyara membuang muka ke sembarang arah.

"Dipta..," teriak Ikhwal tepat di telinga Dipta yang berhasil membuyarkan pikirannya.

"Udah ngeliatnya, sekarang giliran Riyanti yang kamu lihat, dia ngajakin kita ke kantin! Ayo cepetan." Dipta menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Ikhwal.

Dipta melempar senyum kearah Riyanti yang kini tengah tersipu malu.

***

Jam istirahat telah usai, semua siswa berhamburan memasuki kelas.

Jam pelajaran ke-empat telah di mulai sejak 30 menit yang lalu, akhirnya Dipta dapat mengikuti pelajaran kembali walaupun ia pada saat pelajaran ke-satu dan dua ia tidak mengikutinya karena harus melakukan hukuman yang Bu Ratih berikan.

Bagaskara Pradipta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang